cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Sari Pediatri
ISSN : 08547823     EISSN : 23385030     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 1,509 Documents
Proporsi Infeksi Tuberkulosis dan Gambaran Faktor Risiko pada Balita yang Tinggal dalam Satu Rumah dengan Pasien Tuberkulosis Paru Dewasa Aryana Diani; Darmawan B. Setyanto; Waldi Nurhamza
Sari Pediatri Vol 13, No 1 (2011)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (82.901 KB) | DOI: 10.14238/sp13.1.2011.62-9

Abstract

Latar belakang.Tuberkulosis (TB) anak merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang sering dijumpai di negara berkembang. Anak mendapatkan infeksi TB dari orang dewasa di lingkungan sekitar mereka. Risiko infeksi TB meningkat pada anak yang tinggal dalam satu rumah dengan pasien TB dewasa. Belum ada studi mengenai proporsi dan faktor risiko transmisi infeksi TB anak di Indonesia.Tujuan. Mengetahui proporsi dan gambaran faktor risiko infeksi TB pada balita yang tinggal dalam satu rumah dengan pasien TB paru dewasa.Metode. Uji potong lintang deskriptif di Puskesmas Kecamatan Tebet, Jakarta-Selatan selama Juli-Agustus 2010. Subjek adalah balita yang tinggal dalam satu rumah dengan pasien TB paru dewasa. Pada setiap subjek dilakukan pemeriksaan antropometri, uji tuberkulin, dan pencatatan data sesuai formulir data penelitian.Hasil. Dilaporkan 85 subjek, terdiri dari 42 perempuan dan 43 lelaki ikut serta dalam penelitian. Uji tuberkulin positif ditemukan pada 36 dari 85 anak (42,4%). Pada gambaran karakteristik subjek, didapatkan sebagian besar subjek hanya memiliki 1 orang sumber penularan, intensitas kontak dengan sumber penularan yang lebih dari 8 jam/hari dengan sputum BTA positif 1 (48,2%). Persentase antara kepadatan populasi/hunian yang tidak memenuhi syarat dengan memenuhi syarat hampir berimbang (55,3% dan 44,7%). Mayoritas subjek memiliki status sosioekonomi menengah rendah dan status gizi baik. Didapatkan 67,1% subjek tinggal dalam rumah dengan ventilasi buruk. Infeksi TB lebih banyak ditemukan pada kelompok subjek dengan jumlah sumber penularan lebih dari 1, sputum BTA positif 3, kepadatan populasi yang tidak memenuhi syarat, ventilasi buruk, intensitas kontak <8 jam/hari dan status sosioekonomi menengah tunggi-rendah. Persentase infeksi TB banyak dijumpai pada kelompok subjek dengan status gizi buruk yang memiliki pajanan terhadap asap rokok. Sebagian besar pasien TB paru dewasa dengan sputum BTA positif 3 tinggal dengan subjek berstatus gizi baik.Kesimpulan. Proporsi infeksi TB pada anak balita yang tinggal dalam satu rumah dengan pasien TB paru dewasa 42,4%. Faktor risiko pajanan yang kemungkinan berperan adalah jumlah sumber penularan, sputum BTA dan kepadatan populasi/hunian. Faktor risiko infeksi yang kemungkinan berperan sirkulasi udara/ventilasi dan pajanan terhadap asap rokok.
Hiperplasia Adrenal Kongenital di Surabaya: Analisis Retrospektif Praktek Endokrin Anak 1997-2011 Connie Untario
Sari Pediatri Vol 14, No 6 (2013)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp14.6.2013.337-40

Abstract

Latar belakang. Hiperplasia adrenal kongenital (HAK) merupakan suatu penyakit herediter yang mengakibatkan dampak sangat besar bagi pasien, keluarga dan lingkungannya namun masih sering terjadi keterlambatan diagnosis.Tujuan. Melakukan analisis keluhan utama dan tanda awal HAK untuk membantu menegakkan diagnosis dini.Metode. Analisis retrospektif kasus seri HAK pada praktek endokrin anak 1997-2011, pada 19 kasus, 10 perempuan dan 9 laki-laki. Semua kasus HAK dalam penelitian adalah pasien rujukan.Hasil. Ambiguitas genitalia terdapat pada semua anak perempuan (10), 6 diantaranya sebagai keluhan utama. Tidak ada keluhan utama hiperpigmentasi walau didapatkan pada semua pasien kecuali 3 anak lakilaki. Seorang anak laki-laki datang dengan keluhan pubertas prekoks. Muntah dan diare ditemukan merata pada perempuan dan laki-laki (5:6). Pada seluruh anak laki-laki, muntah-diare merupakan keluhan utama, dan semua termasuk dalam kelompok salt wasting. Hanya didapatkan satu keluhan utama muntah-diare pada anak perempuan, 2 dari 7 pasien datang dengan keluhan utama gagal tumbuh. Tiga kasus didiagnosis berdasarkan riwayat keluarga. Terdapat 12 kasus didiagnosis sebelum berumur 1 bulan.Kesimpulan. Sangat diperlukan kecermatan dalam melihat gejala klinis HAK. Ambiguitas genitalia pada perempuan, hiperpigmentasi kulit, muntah dan diare, serta gagal tumbuh adalah tanda-tanda klinis yang sangat penting. Pemeriksaan kadar natrium dan kalium sangat membantu sebelum dilakukan pemeriksaan hormon, karena berdasarkan temuan tersebut, penanganan kedaruratan gangguan elektrolit dapat segera diberikan. Melalui diagnosis dini kita dapat mencegah dampak buruk HAK seperti pemberian nama yang keliru, kegawatan karena gangguan elektrolit, bahkan krisis adrenal serta pubertas prekoks. Sari Pediatri2013;14(6):337-40.
Perbandingan Kadar Seng Plasma pada Diare Akut Gizi Baik dan Gizi Kurang Anak Usia 6 bulan-2 tahun Riwi Dwi Surjani; Ina Rosalina; Azhali MS
Sari Pediatri Vol 10, No 3 (2008)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp10.3.2008.196-200

Abstract

Latar belakang. Diare menjadi salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di bawah usia 5 tahun, dengan insidens tertinggi pada usia 6 bulan–2 tahun. Selama diare berlangsung terjadi penurunan kadar seng plasma. Kondisi ini makin diperberat jika sebelumnya telah terjadi deplesi seng plasma pada anak dengan status gizi kurang.Tujuan. Membandingkan kadar seng plasma pada anak diare akut gizi baik dan gizi kurang usia 6 bulan–2 tahun.Metode. Comparative study dengan rancangan penelitian cross sectional yang dilaksanakan di RS Hasan Sadikin, RS Ujung Berung, dan RS Cibabat sejak Oktober sampai Desember 2007. Setiap subjek penelitian diambil sampel darah untuk diperiksa kadar seng plasma, status gizi diperiksa dengan skor Z. Kadar seng plasma <84,5 μg/dL dikategorikan rendah dan ≥84,5 μg/dL normal. Analisis statistik dihitung dengan menggunakan uji t untuk mengetahui perbedaan kadar seng plasma rata-rata antara anak diare akut gizi baik dan kurang serta uji x2 untuk mengetahui perbedaan antara kadar seng plasma normal dan rendah pada anak diare akut gizi baik dan kurang.Hasil. Dari 60 subjek penelitian terdapat 30 anak gizi kurang dan 30 anak gizi baik yang menderita diare akut. Terdapat 24 anak gizi kurang dan tujuh anak gizi baik yang memiliki kadar seng plasma di bawah nilai normal. Kadar seng plasma rata-rata pada anak diare akut gizi baik adalah (104,38±19,31) μg/dL dan (69,20±15,77) μg/dL pada anak diare akut gizi kurang (p=0,000). Hasil uji x2 menunjukkan kadar seng plasma anak diare gizi kurang secara bermakna lebih rendah daripada kadar seng plasma anak diare akut gizi baik (x2=19,288; p=0,000).Kesimpulan. Kadar seng plasma pada anak gizi kurang usia 6 bulan–2 tahun yang menderita diare akut lebih rendah dibandingkan dengan anak gizi baik.
Wabah Difteri di Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Indonesia Kusnandi Rusmil; Alex Chairulfatah; Eddy Fadlyana; Meita Dhamayanti
Sari Pediatri Vol 12, No 6 (2011)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp12.6.2011.397-403

Abstract

Latar belakang.Sejak tahun 1986 tidak ditemukan lagi kasus difteri yang dirawat di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Jawa Barat. Namun, wabah difteri selalu terjadi di beberapa kabupaten di Jawa Barat seperti yang dilaporkan sejak tahun 1993 sampai tahun 2010. Kementerian Kesehatan juga melaporkan peningkatan kasus difteri di beberapa provinsi di Indonesia tahun 2010. Suatu penelitian saat wabah di Kecamatan Cikalong Wetan Kabupaten Cianjur tahun 2001 sebagai gambaran kejadian wabah di salah satu kabupaten di Jawa Barat.Tujuan. Menggambarkan kejadian wabah difteri, mengetahui tingkat kekebalan dengan mengukur kadar antibodi difteri dan untuk menemukan kemungkinan adanya kuman C. difteriaeberedar di masyarakat di daerah wabah.Metode. Data kejadian penyakit dan kematian diperoleh dari Puskesmas Cikalong Wetan RS Cianjur dan Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur. Data kadar antibodi diperoleh dengan mengukur kadar anti bodi terhadap difteri pada 698 subyek, yang dibagi menurut kelompok usia. Titer antibodi diukur dengan menggunakan teknik ELISA ganda.Hasil.Selama wabah terdapat 25 kasus yang dilaporkan dari Puskesmas Cikalong Wetan dengan angka kematian/crude fatality rate(CFR) 28%. Diduga kuat bahwa kasus pertama berasal dari kecamatan yang berdekatan dengan Kecamatan Cikalong Wetan. Beberapa bulan sebelumnya dijumpai kasus rawat inap 21 pasien, 55% di antaranya balita, dengan angka kematian 35% terutama disebabkan oleh miokarditis. Walaupun cakupan imunisasi difteri pertusis tetanus (DPT) tinggi pada anak kurang dari 1 tahun di Kecamatan Cikalong Wetan, hanya 19,3% anak usia 1 tahun memiliki tingkat kekebalan protektif yang memadai. Titer antibodi terus berkurang sesuai dengan meningkatnya usia anak, bahkan tidak ada subjek yang memiliki kadar protektif yang memadai pada kelompok usia 5 – 6 tahun. Enam dari 324 biakan apus tenggorokan pada masyarakat tumbuh strain toxigenic C. difteriae gravis.Kesimpulan.Wabah yang terjadi di Kecamatan Cikalong Wetan Kabupaten Cianjur disebabkan oleh karena rendahnya kadar antibodi terhadap toxigenic C.difteriaepada masyarakat.
Gambaran Perkembang Bicara dan Bahasa Anak Usia 0-3 Tahun Gladys Gunawan
Sari Pediatri Vol 13, No 1 (2011)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp13.1.2011.21-5

Abstract

Latar belakang. Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak merupakan tema global utama dalampelayanan kesehatan anak saat ini. Kegiatan deteksi dimaksudkan untuk menyingkirkan adanya penyimpangantumbuh kembang anak dan melihat faktor risiko yang mempengaruhinya. Kemampuan bicara dan bahasamerupakan salah satu indikator perkembangan anak yang sangat penting. Perubahan sosial dan demografitelah menyebabkan jumlah anak yang menerima perawatan dari seseorang yang bukan orangtuanya semakinbertambah, dan sebagian menitipkan anaknya di Tempat Penitipan Anak (TPA).Tujuan. Mengetahui gambaran perkembangan bicara dan bahasa anak usia 0-3 tahun di TPABanjarmasin.Metode. Penelitian deskriptif secara cross-sectional, dengan metode purposive sampling. Subjek penelitianadalah 33 anak usia 0-3 tahun yang dititipkan di delapan TPA di Banjarmasin. Instrumen penelitian yangdigunakan adalah alat skrining yang dipakai Early Languange Milestone scale-2, kuesioner terhadap orangtua, dan pengasuh anak di TPA.Hasil. Hasil penelitian dengan ELMs-2 menunjukkan bahwa 100% subyek dinyatakan pass atau menunjukkanperkembangan bahasa dan bicara yang normal. Kuesioner terhadap orang tua dan pengasuh anak di TPAmenunjukkan bahwa tingkat pendidikan orang tua dan pengasuh TPA berada di tingkat tinggi. Subyekpenelitian berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi yang baik.Kesimpulan. Perkembangan bicara dan bahasa anak usia 0-3 tahun di delapan TPA Banjarmasin adalahnormal, sesuai dengan tahapan perkembangan pada usia masing-masing anak.
Pola Resistensi Salmonella Enterica Serotipe Typhi , Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSHS, Tahun 2006–2010 Anggraini Alam
Sari Pediatri Vol 12, No 5 (2011)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp12.5.2011.296-301

Abstract

Latar belakang. Peningkatan kejadian resistensi Salmonella enterica serotype typhi (S. typhi) terhadap berbagaiantibiotik telah banyak dilaporkan. Tanpa mengenal pola kepekaan kuman tersebut di suatu rumah sakitakan menimbulkan peningkatan mortalitas dan morbiditas akibat S. typhi.Tujuan. Mengetahui pola kepekaan S. typhi terhadap kloramfenikol, ampisilin, trimetoprim-sulfametoksazol,seftriakson, sefotaksim, seftazidim, sefoperazon, meropenem, imipenem, dan siprofloksasin.Metode. Merupakan penelitian observasional deskriptif berdasarkan data rekam medis pasien didiagnosisdemam tifoid anak (0–14 tahun) sejak 1 Januari 2006 - 31 Desember 2010. Semua hasil kultur S. typhipositif dari darah, urin, feses, atau cairan serebrospinalis dilakukan uji kepekaan dan resistensi terhadapberbagai jenis antibiotik, dengan metoda difusi cakram (tahun 2006-2009) dan metoda v-tech radiometric(tahun 2010).Hasil. Kultur S. typhi ditemukan 15,8% dari seluruh spesimen dari 216 pasien demam tifoid. Selama tahun2006–2010, S. typhi menunjukkan sensitivitas yang baik terhadap berbagai jenis antibiotik. Antibiotik linipertama (kloramfenikol, ampisilin, dan trimetoprim-sulfametoksazol) 92–100%, seftriakson, sefotaksim,dan sefoperazon 95,7%–100%, seftazidim 81,8%–100%, meropenem 100%, imipenem 94,7%–100%,serta siprofloksasin 100%.Kesimpulan. Sejak tahun 2006 sampai 2010 tidak terjadi peningkatan kejadian resistensi antibiotik dariS. typhi. Kloramfenikol, ampisilin, dan trimetoprim-sulfametoksazol, masih menunjukkan sensitifitas yangtinggi sehingga dapat dipakai sebagai terapi lini pertama demam tifoid
Faktor Risiko dan Luaran Fungsi Hati pada Asfiksia Neonatus di Unit Perawatan Intensif Neonatus (UPIN) RSUP Sanglah Denpasar I Wayan Dharma Artana
Sari Pediatri Vol 14, No 4 (2012)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp14.4.2012.260-4

Abstract

Latar belakang. Asfiksia neonatus menyebabkan disfungsi organ, termasuk hati sebagai salah satu organyang dikorbankan akan mengalami cedera karena proses asfiksia.Tujuan. Mengetahui dan membandingkan luaran fungsi hati pada asfiksia neonatus dan mengetahui faktorrisiko kejadian asfiksia.Metode. Penelitian dengan rancangan potong lintang, subyek dipilih dengan cara non random sampling,yaitu consecutive sampling, sejak bulan Juni sampai Desember 2010. Subyek penelitian 46 neonatus asfiksiadan 60 kontrol. Hubungan antara derajat asfiksia dengan parameter fungsi hati dilakukan dengan analisisof varian (ANOVA).Hasil. Dari 46 neonatus asfiksia, derajat ringan 21 (19,8%), derajat sedang 11 (10,4%), derajat berat 14(13,2%). Terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok asfiksia dengan kontrol terhadap enzim serumglutamic oxaloacetic transaminase (SGOT), serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT), Prothrombin time(PT) dan International normalised ratio (INR)(p<0,001). Faktor risiko terhadap kejadian asfiksia adalahumur kehamilan (p<0,013) dan berat badan lahir (p<0,001).Kesimpulan.Asfiksia neonatus menyebabkan luaran SGOT, SGPT lebih tinggi dibandingkan kontrol. NilaiINR dan PT juga dipengaruhi oleh asfiksia neonatus.
Status Gizi Berdasarkan Subjective Global Assessment Sebagai Faktor yang Mempengaruhi Lama Perawatan Pasien Rawat Inap Anak Fina Meilyana; Julistio Djais; Herry Garna
Sari Pediatri Vol 12, No 3 (2010)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (75.952 KB) | DOI: 10.14238/sp12.3.2010.162-7

Abstract

Latar belakang. Length of stay (LOS) adalah masa rawat seorang pasien di rumah sakit dihitung sejakpasien masuk rumah sakit dan keluar rumah sakit, yang dipengaruhi oleh faktor usia, komorbiditas, hipermetabolisme,dan kegagalan organ serta defisiensi nutrisi. Status gizi merupakan salah satu komponenyang mempengaruhi biaya perawatan, lama hari perawatan, dan kualitas hidup. Salah satu cara penilaianstatus gizi adalah subjective global assessment (SGA) yang terdiri dari anamnesis dan pemeriksaan fisis yangmencerminkan perubahan metabolik dan fungsional.Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh status gizi berdasarkan SGA terhadap lama perawatanpasien rawat inap anak.Metode. Penelitian analitik observasional dengan rancangan kohort prospektif dilakukan selama periodeFebruari - Juni 2010 terhadap 311 pasien yang menderita infeksi akut usia 1 bulan 14 tahun yang dirawatdi ruang perawatan anak kelas III RSUP dr. Hasan Sadikin. Penilaian status gizi berdasarkan SGA dikelompokanmenjadi SGA A (gizi baik), SGA B (malnutrisi ringan + sedang, dan SGA C (malnutrisi berat).Hasil. Berdasarkan penilaian status gizi dengan SGA berturut-turut didapatkan SGA A, SGA B, dan SGAC sebesar 114 (36,7%), 98 (31,5%), dan 99 (31,8%). Dengan menggunakan uji chi square, didapatkanperbedaan lama perawatan yang bermakna (p<0,001) pada kelompok subjek SGA C dibandingkan kelompokSGA B dan SGA A. Berdasarkan analisis multivariat regresi logistik, kelompok SGA C berisiko 2,205 kalilebih tinggi untuk menjalani perawatan lebih lama (RR: 2,205; 95% CI: 1,151-4,227).Kesimpulan. Penelitian ini menunjukkan bahwa status gizi yang dinilai dengan SGA terbukti berpengaruhterhadap lama hari perawatan dan dapat dianjurkan untuk digunakan dalam penilaian status gizi.
Kadar Procalcitonin pada Anak dengan Demam Neutropenia Finia Cahayasari; Lelani Reniarti; Alex Chairulfatah
Sari Pediatri Vol 14, No 2 (2012)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.293 KB) | DOI: 10.14238/sp14.2.2012.104-9

Abstract

Latar belakang.Demam neutropenia merupakan penyulit yang sering terjadi pada anak dengan penyakit keganasan sehingga menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Sebagian besar demam neutropenia disebabkan oleh bakteri, sehingga perlu diberikan terapi empiris dengan antibiotik spektrum luas. Pemberian antibiotik bukan tidak berbahaya, karena itu diperlukan penanda bahwa demam yang terjadi disebabkan oleh bakteri. Procalcitonin(PCT) merupakan penanda terjadinya respons inflamasi tubuh yang disebabkan oleh bakteri. Tujuan.Untuk mengetahui nilai diagnostik PCT sebagai penanda infeksi bakteri pada anak keganasan dengan demam neutropenia. Metode.Penelitian potong lintang dilakukan sejak bulan Januari sampai Agustus 2011 di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung, pada 49 pasien usia 1−13 tahun dengan demam neutropenia pada berbagai kasus keganasan. Sediaan darah untuk pemeriksaan biakan dan kadar PCT dilakukan pada saat pasien masuk rumah sakit atau pertama kali demam dan hari ke-5 untuk pemeriksaan PCT kedua. Penelitian kami telah disetujui oleh Komite Etik RS Dr. Hasan Sadikin Bandung. Analisis statistik menggunakanchi-square,Mann Whitney, uji t, dan korelasirankSpearman.Hasil.Dari 49 subjek penelitian ditemukan 18 (37%) dengan hasil biakan bakteri positif dan 31 (69%) tidak ditemukan bakteri. Pada pasien dengan hasil biakan bakteri positif ditemukan perbedaan bermakna dibanding dengan hasil biakan negatif dalam jumlah leukosit (p=0,020), absolute neutrophyl count(ANC)(p=0,020), dan kadar PCT (p=0,021) pada pemeriksaan awal. Demikian pula pemeriksaan pada hari ke-5 terdapat perbedaan bermakna dalam jumlah leukosit (p=0,003), ANC (p=0,002), dan kadar PCT (p<0,001). Pada kelompok biakan darah positif jumlah leukosit, ANC, dan kadar PCT pada pemeriksaan awal dibandingkan dengan pemeriksaan hari ke-5 tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Terdapat korelasi negatif antara PCT dan ANC (rs-0,598; p=0,001). Kadar PCT >0,84 ng/mL memiliki sensitivitas 77,8%; spesifisitas 87,1%; dan akurasi 83,7% dalam mendeteksi kemungkinan infeksi bakteri pada pasien demam neutropenia.Kesimpulan.Procalcitoninmempunyai nilai diagnostik yang baik untuk memprediksi bakteremia pada demam neutropenia.
Pengaruh Kadar Vitamin C dan Vitamin E Terhadap Peningkatan Kadar Bilirubin pada Neonatus Kamilah Budhi Rahardjani; Rifki Agung; Noor Wijayahadi
Sari Pediatri Vol 12, No 1 (2010)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (81.95 KB) | DOI: 10.14238/sp12.1.2010.30-5

Abstract

Latar belakang. Hiperbilirubinemia terjadi pada 25%-50% bayi baru lahir. Secara fisiologis bilirubinmeningkat mencapai puncak pada kadar 5-6 mg/dl pada hari 3-4 setelah kelahiran, penyebab terbanyakkarena hemolisis (75%) akibat pendeknya usia eritrosit fetus yang kemungkinan juga akibat paparan oksidan.Vitamin C dan E bersinergi melindungi eritrosit dari kerusakan oksidatif.Tujuan. Menganalisis pengaruh kadar vitamin C dan vitamin E terhadap kadar bilirubin pada neonatus.Metode. Desain penelitian ini cross sectional dengan subjek adalah 40 neonatus aterm sehat yang dirawat dibangsal rawat gabung RSUP Dr. Kariadi selama bulan Maret - Mei 2009. Dilakukan pemeriksaan vitaminC dengan metode Colorimetric Assay, vitamin E menggunakan metode Elisa (Immunoassay). Uji beda Mann-Whitney untuk mengetahui perbedaan kadar vitamin C dan vitamin E pada kedua kelompok peningkatanbilirubin. Uji bivariat dan multivariat regresi logistik untuk mengetahui pengaruh kadar vitamin C danvitamin E terhadap peningkatan kadar bilirubin.Hasil. Kadar vitamin C pada kelompok bilirubin meningkat (6,89±0,09) μg/ml dan tidak meningkat(7,18±0,28) μg/ml, vitamin E (0,19±0,03) μg/ml dan (0,23±0,01) μg/ml, terdapat perbedaan bermakna padakedua kelompok dengan nilai p=0,001. Pengaruh kadar vitamin C (OR 16,734, IK95% 2.976; 93.885),sedangkan vitamin E (OR 21, IK95% 3664;120.373) dengan p=0,001. Analisis multivariat menunjukkanterdapat peningkatan pengaruh kadar vitamin C (OR 21,674, IK95% 2.048; 229.324), vitamin E (OR26,734, IK95% 2.654; 269.260), p=0,001.Kesimpulan. Kadar vitamin C dan vitamin E di bawah normal mempunyai pengaruh lebih besar terhadappeningkatan kadar bilirubin. Kadar vitamin E di bawah normal mempunyai pengaruh lebih besar dibandingkadar vitamin C di bawah normal.

Page 5 of 151 | Total Record : 1509


Filter by Year

2000 2025


Filter By Issues
All Issue Vol 27, No 3 (2025) Vol 27, No 2 (2025) Vol 27, No 1 (2025) Vol 26, No 6 (2025) Vol 26, No 5 (2025) Vol 26, No 4 (2024) Vol 26, No 3 (2024) Vol 26, No 2 (2024) Vol 26, No 1 (2024) Vol 25, No 6 (2024) Vol 25, No 5 (2024) Vol 25, No 4 (2023) Vol 25, No 3 (2023) Vol 25, No 2 (2023) Vol 25, No 1 (2023) Vol 24, No 6 (2023) Vol 24, No 5 (2023) Vol 24, No 4 (2022) Vol 24, No 3 (2022) Vol 24, No 2 (2022) Vol 24, No 1 (2022) Vol 23, No 6 (2022) Vol 23, No 5 (2022) Vol 23, No 4 (2021) Vol 23, No 3 (2021) Vol 23, No 2 (2021) Vol 23, No 1 (2021) Vol 22, No 6 (2021) Vol 22, No 5 (2021) Vol 22, No 4 (2020) Vol 22, No 3 (2020) Vol 22, No 2 (2020) Vol 22, No 1 (2020) Vol 21, No 6 (2020) Vol 21, No 5 (2020) Vol 21, No 4 (2019) Vol 21, No 3 (2019) Vol 21, No 2 (2019) Vol 21, No 1 (2019) Vol 20, No 6 (2019) Vol 20, No 5 (2019) Vol 20, No 4 (2018) Vol 20, No 3 (2018) Vol 20, No 2 (2018) Vol 20, No 1 (2018) Vol 19, No 6 (2018) Vol 19, No 5 (2018) Vol 19, No 4 (2017) Vol 19, No 3 (2017) Vol 19, No 2 (2017) Vol 19, No 1 (2017) Vol 18, No 6 (2017) Vol 18, No 5 (2017) Vol 18, No 4 (2016) Vol 18, No 3 (2016) Vol 18, No 2 (2016) Vol 18, No 1 (2016) Vol 17, No 6 (2016) Vol 17, No 5 (2016) Vol 17, No 4 (2015) Vol 17, No 3 (2015) Vol 17, No 2 (2015) Vol 17, No 1 (2015) Vol 16, No 6 (2015) Vol 16, No 5 (2015) Vol 16, No 4 (2014) Vol 16, No 3 (2014) Vol 16, No 2 (2014) Vol 16, No 1 (2014) Vol 15, No 6 (2014) Vol 15, No 5 (2014) Vol 15, No 4 (2013) Vol 15, No 3 (2013) Vol 15, No 2 (2013) Vol 15, No 1 (2013) Vol 14, No 6 (2013) Vol 14, No 5 (2013) Vol 14, No 4 (2012) Vol 14, No 3 (2012) Vol 14, No 2 (2012) Vol 14, No 1 (2012) Vol 13, No 6 (2012) Vol 13, No 5 (2012) Vol 13, No 4 (2011) Vol 13, No 3 (2011) Vol 13, No 2 (2011) Vol 13, No 1 (2011) Vol 12, No 6 (2011) Vol 12, No 5 (2011) Vol 12, No 4 (2010) Vol 12, No 3 (2010) Vol 12, No 2 (2010) Vol 12, No 1 (2010) Vol 11, No 6 (2010) Vol 11, No 5 (2010) Vol 11, No 4 (2009) Vol 11, No 3 (2009) Vol 11, No 2 (2009) Vol 11, No 1 (2009) Vol 10, No 6 (2009) Vol 10, No 5 (2009) Vol 10, No 4 (2008) Vol 10, No 3 (2008) Vol 10, No 2 (2008) Vol 10, No 1 (2008) Vol 9, No 6 (2008) Vol 9, No 5 (2008) Vol 9, No 4 (2007) Vol 9, No 3 (2007) Vol 9, No 2 (2007) Vol 9, No 1 (2007) Vol 8, No 4 (2007) Vol 8, No 3 (2006) Vol 8, No 2 (2006) Vol 8, No 1 (2006) Vol 7, No 4 (2006) Vol 7, No 3 (2005) Vol 7, No 2 (2005) Vol 7, No 1 (2005) Vol 6, No 4 (2005) Vol 6, No 3 (2004) Vol 6, No 2 (2004) Vol 6, No 1 (2004) Vol 5, No 4 (2004) Vol 5, No 3 (2003) Vol 5, No 2 (2003) Vol 5, No 1 (2003) Vol 4, No 4 (2003) Vol 4, No 3 (2002) Vol 4, No 2 (2002) Vol 4, No 1 (2002) Vol 3, No 4 (2002) Vol 3, No 3 (2001) Vol 3, No 2 (2001) Vol 3, No 1 (2001) Vol 2, No 4 (2001) Vol 2, No 3 (2000) Vol 2, No 2 (2000) Vol 2, No 1 (2000) More Issue