Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Profil Wilayah Kampung Wisata Braga Thirafi Yasyifa Ramadhani; Fachmy Sugih Pradifta
Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (602.175 KB) | DOI: 10.29313/bcsurp.v2i2.3385

Abstract

Abstract. Braga Tourism Village is one of the villages that was proclaimed as a Tourism Village and inaugurated in 2019, is a program of the Bandung City government to develop tourism. Braga Tourism Village has the potential and assets that are rich in historical value. This research was identified exploratively using a qualitative descriptive approach, while the method in this study was based on a literature review related to policy, history, secondary data, and observations. From the results of the study, it was found that public spaces that have the highest influence that can be potential and attractive in the Braga Tourism Village, as for the public spaces are Co-Working Space, Gang Apandi, Gang Cikapundung, Gapura Gang Apandi, Teras Braga, Ropih Art House, Mural Gang, Family Medicinal Plants area, and RW 06 Hall. For public spaces that have the potential to be an attraction in Braga Tourism Village, it is necessary to identify related public spaces, therefore a general description of Braga Tourism Village is needed. Abstrak.Kampung Wisata Braga merupakan salah satu Kampung yang dicanangkan sebagai Kampung Wisata dan diresmikan pada tahun 2019, merupakan program pemerintan Kota Bandung dalam upaya mengembangkan pariwisata. Kampung Wisata Braga memiliki potensi dan aset yang kaya akan nilai sejarah. Penelitian ini diidentifikasi secara eksploratif menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif sedangkan untuk metode pada penelitian ini berlandasakan dari kajian literatur terkait kebijakan, sejarah, data sekunder dan hasil observasi. Dari hasil penelitian didapatkan ruang publik yang memiliki pengaruh paling tinggi yang dapat menjadi potensi maupun daya tarik di Kampung Wisata Braga, adapun ruang publik tersebut yaitu Co-Working Space, Gang Apandi, Gang Cikapundung, Gapura Gang Apandi, Teras Braga, Rumah Seni Ropih, Gang Mural, area Tanaman Obat Keluarga, dan Balai RW 06. Dari ruang publik yang memiliki potensi sebagai daya tarik yang terdapat di Kampung Wisata Braga perlunya melakukan identifikasi terkait ruang publik tersebut oleh karena itu diperlukan gambaran umum mengenai Kampung Wisata Braga.
PENDAMPINGAN RENCANA TATA RUANG DESA (RTRD) BERBASIS PERENCANAAN PARTISIPATIF Irland Fardani; Nia Kurniasari; Ernady Syaodih; Gina Puspitasari Rochman; Fachmy Sugih Pradifta; T a r l a n i
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat MEMBANGUN NEGERI Vol 7 No 2 (2023): Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Membangun Negeri
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35326/pkm.v7i2.3472

Abstract

Perencanaan desa merupakan hal yang sangat penting dalam pengembangan sebuah desa, namun faktanya masih banyak desa di Indonesia yang belum mempunyai dokumen Rencana Tata Ruang Desa (RTRD). Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini bertujuan untuk melakukan pendampingan kepada Desa Sukamaju, dalam penyusunan dokumen RTRD. Pendekatan metodologi yang diterapkan adalah perencanaan partisipatif, dimana warga diminta untuk berperan aktif dalam penyusunan RTRD. Tahapan kegiatan yang dilakukan pada kegiatan PKM ini adalah scanning desa, Focus Group Disscussion (FGD) dan analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL). Kegiatan PKM ini menghasilkan dokumen RTRD yang terdiri dari rencana pola ruang, rencana pusat pelayanan dan indikasi program. Dalam rencana pola ruang lebih dititik beratkan untuk kegiatan pengihajauan, pada rencana pusat pelayanan ditetapkan pusat pelayan desa berada di kampung Madur Dusun 2. Untuk indikasi program pada bidang struktur ruang difokuskan pada peningkatan infratruktur, pada indikasi program bidang pola ruang difokuskan kepada pengihiajaun dan pada indikasi program bidang sosial ekonomi desa difokuskan pada kegiatan penguatan Bumdes. Semua hasil analisis ini dituangkan dalam dokumen RTRD.
Livabilitas Alun-alun Kota Cilegon Berdasarkan Persepsi Pengunjung Muhammad Dava Noviandhi; Fachmy Sugih Pradifta
Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsurp.v3i2.8687

Abstract

Abstract. The city of Cilegon is one of the cities that is nicknamed the industrial city, in line with this nickname, it needs public open spaces that are comfortable and safe for its users to be livable. One of the efforts to increase the liability of public open space in urban areas is a supporting facility to improve the liability conditions of parks. Based on the problems above, the purpose of this study is to identify the Performance and Interests of the Cilegon City Square Facility in Realizing Livability Based on Visitors' Perceptions. The method used in this research is descriptive quantitative. By using the method of importance performance analysis (IPA). Analysis of importance performance analysis shows performance figures with an average of 3.4 while for interests with a figure of 3.88. Based on the results of the analysis, the liability level of Cilegon City Square is 88.43% and 11.57% has not been achieved. Abstrak. Kota Cilegon merupakan salah satu kota yang dijuluki sebagai Kota industri sejalan dengan julukan tersebut diperlukannya ruang terbuka publik yang nyaman serta aman bagi penggunanya supaya livable. Salah satu upaya meningkatkan livabilitas ruang terbuka publik pada kawasan perkotaan, maka diperlukan sebuah fasilitas pendukung untuk meningkatkan kondisi livabilitas pada taman. Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan penelitian ini mengidentifikasi Kinerja dan Kepentingan Fasilitas Alun-Alun Kota Cilegon Dalam Mewujudkan Livabilitas Berdasarkan Persepsi Pengunjung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuantitatif deskriptif. Dengan menggunakan metode importance performance analysis (IPA). Analisis importance performance analysis menunjukan angka kinerja dengan rata-rata 3,4 sedangkan untuk kepentingan dengan angka sebesar 3,88. Berdasarkan hasil analisis tingkat livabilitas Alun-Alun Kota Cilegon sebesar 88,43% dan yang belum tecapai 11,57%.
Arahan Perencanaan Tapak pemakaman Srengseng Sawah Linda Wardani; Weishaguna; Fachmy Sugih Pradifta
Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Urban & Regional Planning
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsurp.v3i2.8831

Abstract

Abstract. This study aims to provide guidance regarding the Srengseng Sawah cemetery site. The background of this study is the lack of clear guidance on the cemetery site in Srengseng Sawah. This research uses a Mixed Methods approach with data collection techniques through interviews, field observations, and literature studies. The results of this study will produce recommendation guidance in the form of zoning and cemetery structures that are in line with local cultural characteristics and sustainability. Zoning will consider aspects such as land availability, layout, and spatial structure. The cemetery structure will consider the theory of neighborhood, which takes into account the distance, functional importance of each facility, and the layout of facilities. It is expected that the results of this study can contribute to the development of sustainable cemetery sites in Srengseng Sawah. The generated recommendation guidance can serve as a guideline for the government, relevant stakeholders, and the community in planning and managing cemetery sites in Srengseng Sawah. Additionally, this research can also serve as a reference for further research in the fields of urban planning, architecture, and cemetery planning Abstrak. Studi ini bertujuan untuk memberikan arahan terkait tapak pemakaman Srengseng Sawah. Latar belakang studi ini adalah belum adanya arahan yang jelas terkait tapak pemakaman di Srengseng Sawah. Penelitian ini menggunakan pendekatan Mix Methode dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi lapangan, dan studi literatur. Hasil penelitian ini akan menghasilkan rekomendasi arahan berupa zonasi dan struktur pemakaman yang sesuai dengan karakteristik budaya setempat dan berkelanjutan. Zonasi akan mempertimbangkan aspek-aspek seperti ketersediaan lahan, tata letak dan struktur ruang. Struktur pemakaman akan mempertimbangkan teori neighbourhood yang mempertimbangkan jarak, kepentingan fungsi setiap fasilitas dan tata letak fasilitas. Diharapkan hasil studi ini dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan tapak pemakaman yang berkelanjutan di Srengseng sawah Rekomendasi arahan yang dihasilkan dapat menjadi pedoman bagi pemerintah, pemangku kepentingan terkait, dan masyarakat dalam merencanakan dan mengelola tapak pemakaman di Srengseng Sawah. Selain itu, penelitian ini juga dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya dalam bidang perencanaan perkotaan, arsitektur dan perencanaan pemakaman.
Identifikasi Urban Loneliness pada Pengunjung Kiara Artha Park Haifa Aulia Shoobiha Dananjaya; Fachmy Sugih Pradifta
Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota Volume 3, No. 2, Desember 2023, Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota (JRPWK)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrpwk.v3i2.2763

Abstract

Abstract. Currently, mental health has become the world's spotlight. According to the World Health Organization (WHO) 970 million people or 13% of the world's population experience mental health disorders. Public open space as a third place for interaction is expected to reduce feelings of loneliness. Kiara Artha Park is one of the public open spaces that is favored by the people of the city of Bandung. Therefore, the purpose of this study is to identify the level of loneliness in visitors to Kiara Artha Park and to identify the characteristics of urban communities who experience loneliness. The approach method used in this research is mix methods. A quantitative approach method is used to identify the level of Loneliness in visitors to Kiara Artha Park using the UCLA Loneliness Scale analysis method. While the descriptive qualitative approach method is used to describe the results of observations and results of analysis. The results of the analysis show that the Loneliness level of Kiara Artha Park visitors who live in Bandung City is in the moderate category. The level of loneliness felt by these people is influenced by the lifestyle of urban communities which is likely to reduce their interaction with each other. The results of the analysis stated that the level of loneliness based on sex was higher in women and based on age was higher at the age of 13-25 years. Meanwhile, based on marital status, it is higher for those who are married than those who are not. And based on the type of work, it is higher for those who work or are active as students or students. In daily life style, a higher level of loneliness is for someone who lives in an apartment or flat, spends 8 hours working, spends 30 minutes – 1 hour traveling on a trip, and uses public transportation. Abstrak. Saat ini kesehatan mental sudah menjadi sorotan dunia. Menurut World Health Organization (WHO) 970 juta orang atau 13% dari populasi dunia mengalami gangguan kesehatan mental. Ruang terbuka publik sebagai tempat ketiga untuk berinteraksi diharapkan dapat mengurangi rasa kesepian. Kiara artha park salah satu ruang terbuka publik yang digemari oleh masyarakat kota bandung. Oleh karena itu, adapun tujuan dari penelitian ini mengidentifikasi mengenai tingkat loneliness pada pengunjung Kiara Artha Park dan mengidentifikasi karakteristik masyarakat perkotaan yang mengalami loneliness. Metode pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah mix methods. Metode pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengidentifikasi tingkat Loneliness pada pengunjung Kiara Artha Park dengan menggunakan metode analisis UCLA Loneliness Scale. Sedangkan metode pendekatan kualitatif deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan hasil observasi dan hasil analisis. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat Loneliness pada pengunjung Kiara Artha Park yang berdomisili di Kota Bandung tergolong kategori sedang. Tingkat loneliness yang dirasakan oleh masyarakat tersebut dipengaruhi oleh gaya gidup masyarakat urban yang kemungkinan besar mengurangi adanya interaksi satu sama lain. Hasil analisis menyatakan bahwa tingkat Loneliness berdasarkan jenis kelamin lebih tinggi pada perempuan dan berdasarkan usia lebih tinggi pada usia 13-25 tahun. Sedangkan berdasarkan status perkawinan, lebih tinggi yang berstatus kawin daripada belum. Dan berdasarkan jenis pekerjaan, lebih tinggi yang bekerja atau beraktivitas sebagai pelajar atau mahasiswa. Pada gaya hidup keseharian, tingkat Loneliness lebih tinggi adalah pada seseorang yang bertempat tinggal di apartemen atau rumah susun, menghabiskan waktu untuk bekerja 8 jam, menghabiskan waktu di perjalanan 30 menit – 1 jam dalam sehari, dan menggunakan transportasi umum.
Arahan Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pusat Pemerintahan Kota Sukabumi Gilang Rizkiansah; Fachmy Sugih Pradifta
Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota Volume 4, No. 1, Juli 2024, Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota (JRPWK)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrpwk.v4i1.3609

Abstract

Abstract. This street vendors (PKL) typically operate in public spaces or crowded areas such as educational zones or government centers. The spatial arrangement of street vendors is a crucial issue faced by developing countries, including Indonesia, which often makes efforts to organize and regulate street vendors. The guidance for organizing street vendors aims to realize a clean, beautiful, orderly, and safe Sukabumi city with adequate infrastructure. Street vendors, operating as informal businesses due to limited formal employment opportunities, require attention in urban areas to avoid disrupting formal economic activities and other sectors. The coexistence of street vendors with other activities becomes a point of conflict in planning research. The organizational guidance incorporates several concepts derived from the analysis, including a time-based direction for street vendors. Abstrak. Pedagang kaki lima (PKL) biasanya berjualan di tempat-tempat umum atau di tempat keramaian seperti kawasan Pendidikan ataupun di Kawasan pusat pemerintahan. Penataan ruang Pedagang Kaki Lima (PKL) menjadi persoalan yang krusial yang dihadapi oleh negara-negara berkembang tidak terkecuali di Indonesia yang kerap melakukan upaya untuk menata dan menertibkan Pedagang Kaki Lima. Arahan penataan Pedagang Kaki Lima untuk Mewujudkan Kota Sukabumi yang Bersih, Indah, Tertib, dan Aman dengan Sarana Prasarana yang memadai. pedagang kaki lima sendiri yang merupakan tempat usaha informal akibat pekerjaan formal yang terbatas, maka pedagang kaki lima yang terdapat di perkotaan harus di perhatikan agar tidak mengganggung aktivitas perekonomian formal yang ada dan sektor lainnya, karena terdapat kesemarautan PKL dengan aktivitas lainnya menjadikan hal ini salah satu titik konflik yang ada pada penelitian di wilayah perencanaan. Arahan penataan ini memiliki beberapa konsep dari hasil analisis yang telah disusun di mana terdapat konsep arahan waktu untuk pedagang kaki lima. .
Urban Esthetic Analysis of Bandung City Damayanti, Verry; Pradifta, Fachmy Sugih; Barwanto, Lutfhi Ahmad; Yoseva, Amalia Putri; Fadhillah, Muhammad Ersyah; Maulana, Galang Rahman
MIMBAR : Jurnal Sosial dan Pembangunan Volume 40, No. 2, (Desember 2024) [Accredited Sinta 3, No 79/E/KPT/2023]
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah (Universitas Islam Bandung)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/mimbar.v40i2.5045

Abstract

The growth and development of the population has caused urbanization phenomena that imply some problems such as congestion, dusty settlements, lack of open green spaces, floods, air pollution, which of course can reduce the comfort and aesthetics that exist in Bandung City. Efforts to improve the aesthetics of the city of Bandung, are currently limited to attempts to set up pavements and parks, as well as underground cable planting systems. (ducting kabel). The aesthetics of a city and its layout can influence the way people see and feel the city, as well as how they interact with its surroundings. Therefore, in order to make an effort to improve the aesthetics of a more targeted city, it is necessary to assess the quality of aesthesia of the city first. Thus, the purpose of this research is to evaluate the aesthetic quality and the efforts to improve the quality of the esthetics of the city in Bandung. The evaluation of the city's aesthetic quality was analysed using the Scenic Beauty Estimation (SBE) method, which assessed 25 vantage points in Bandung. From the results of the SBE assessment , the vantage point with the lowest SBE score is found in the densely populated area of Tamansari (A1) with a score of 0.00 and the highest is the area of Mesjid Al Jabbar (F2) with the score of 227.56.
Studi Konfigurasi dan Kinerja Ruang Pejalan Kaki dengan Metode Space Syntax Firdaus, Ghany Rahadian; Fachmy Sugih Pradifta
Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota Volume 5, No. 1, Juli 2025, Jurnal Riset Perencanaan Wilayah dan Kota (JRPWK)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrpwk.v5i1.6667

Abstract

Abstrak.Berjalan kaki merupakan suatu aktivitas berpindah tempat dari satu tempat ke tempat lainnya dengan cara yang paling sederhana. Berjalan kaki merupakan satu-satunya proses aktivitas perpindahan tempat yang sangat flexible dikarenakan perpindahan yang dilakukan dapat mencapai seluruh arah sesuai sudut pandang visual. Aktivitas berjalan kaki memerlukan fasilitas yang mumpuni serta terhubung dengan jaringan pejalan kaki yang lain untuk lebih memudahkan dalam proses perjalanan tersebut. Studi mengenai Konfigurasi ruang pejalan kaki diperlukan untuk mengukur seberapa besar tingkat keterhubungan dan tingkat kesatuan sebuah jaringan pejalan kaki. Penelitian ini dimaksudkan untuk menilai bagaimana tingkat konfigurasi ruang jejaring pejalan kaki yang ada pada area sekitar Alun-alun Kota Bandung dengan menggunakan metode analisis Space Syntax. Penelitian ini dibantu oleh perangkat lunak DepthmapX yang akan menghitung choice, integration, dan connectivity sebagai variabel penilaian konfigurasi ruang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa konfigurasi ruang dapat memberikan pengaruh terhadap pergerakan dan sejalan dengan terbentuknya ragam akivitas yang ada pada suatu ruang. Keterkaitan antara konfigurai ruang dan kinerja dapat memberikan suatu identitas ruang yang dapat meningkatkan atau menurunkan intensitas penggunaanya. Abstract. Walking is the activity of moving from one place to another in the simplest way. Walking is the only process of moving places that is very flexible because the movements carried out can reach all directions according to the visual point of view. Walking activities require adequate facilities and are connected to other pedestrian networks to make travel easier. A study of the configuration of pedestrian spaces is needed to measure the level of connectivity and level of unity of the pedestrian network. This research aims to examine the level of spatial configuration of the pedestrian network in the area around Bandung City Square using the Space Syntax analysis method. This research is assisted by DepthmapX software which will calculate choice, integration and connectivity as variables for assessing space configuration. Based on the research conducted, it was found that spatial configuration can have an influence on movement and is in line with the formation of various activities in a space. The relationship between spatial configuration and performance can provide a spatial identity that can increase or decrease the intensity of use.