Sinaga, Ade Putra Fratama
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Mikroenkapsulasi atenolol dengan penyalut hidroksipropil metilselulosa (HPMC) menggunakan metode emulsifikasi penguapan pelarut Neswita, Elfia; Razoki, Razoki; Tanjung, Fahrul Azmi; Novita, Cut Elvira; Sinaga, Ade Putra Fratama; Samin, Buter
Jurnal Prima Medika Sains Vol. 4 No. 1 (2022): Juni
Publisher : Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Prima Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34012/jpms.v4i1.2261

Abstract

Tujuan utama dari penelitian ini adalah memformulasi mikroenkapsulasi atenolol dengan penyalut HPMC menggunakan metode emulsifikasi penguapan pelarut. Dalan metode ini, HPMC dilarutkan dalam pelarut campuran methanol-diklorometana. Sedangkan atenolol dilarutkan ke dalam larutan HPMC. Dalam gelas lain dimasukkan paraffin cair. Hasil penelitian menunjukkan rasio atenolol dan HPMC adalah 1:0,5; 1:1; dan 1:1,5 berturut-turut untuk masing-masing Formula (Formula I, II, III dan IV). Mikroenkapsulasi yang dihasilkan dievaluasi berdasarkan distribusi ukuran partikel dan senyawa aktif yang dilepaskan. Mikrokapsul memiliki distribusi ukuran partikel antara 212-2000 µm. Spektrofotmeter UV dalam metanol yang digunakan untuk mengukur konsentrasi senyawa aktif diperoleh 56,963 ± 17,589; 60,41 ± 1,0045; 60 dan 173 ± 1,0160 % untuk masing-masing Formula (Formula I, II, dan III). Dapat disimpulkan bahwa mikrokapsul dengan perbandingan atenolol dan HPMC 1:1,5 memiliki pelepasan zat aktif yang lebih baik. Kinetika atenolol yang dilepaskan dari mikrokapsul mengikuti persamaan Higuchi.
Perbandingan Tingkat Kesulitan Intubasi dengan Menggunakan Bantal dan Tanpa Bantal di Ruang Operasi RSUP H. Adam Malik Sinaga, Ade Putra Fratama; Hamdi, Tasrif; Tanjung, Qadri Fauzi
Majalah Anestesia & Critical Care Vol 43 No 3 (2025): Oktober
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif (PERDATIN) / The Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Care (INSAIC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55497/majanestcricar.v43i3.406

Abstract

Latar Belakang: Intubasi endotrakeal merupakan teknik yang cepat, sederhana, dan aman untuk mencapai tujuan manajemen jalan napas. Posisi kepala dan leher yang tepat, sering kali ditingkatkan dengan bantal kepala, sangat penting untuk laringoskopi dan intubasi trakea yang efektif, karena dapat meningkatkan sudut oksipito-atlanto-aksial dan memperbesar ruang submandibular. Metode: Penelitian cross-sectional acak di RSUP H. Adam Malik Medan ini membandingkan kesulitan intubasi dengan dan tanpa menggunakan bantal. Sebanyak 24 subjek dibagi dua kelompok, masing - masing 12 orang. Data meliputi usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh (IMT), status ASA, skor Wilson, dan skor Cormack-Lehane. Hasil: Rata-rata usia kelompok tanpa bantal 49,4 ± 12,1 tahun dan dengan bantal 44,3 ± 14,4 tahun. Sebagian besar subjek tanpa bantal adalah laki-laki, sedangkan dengan bantal perempuan. IMT ratarata masing-masing 21,0 ± 1,65 kg/m² dan 21,8 ± 1,85 kg/m². ASA I lebih banyak pada kelompok tanpa bantal, sedangkan ASA I dan II sama pada kelompok dengan bantal. Tidak ada perbedaan signifikan karakteristik dasar kedua kelompok. Skor Wilson memprediksi intubasi mudah pada sebagian besar pasien. Skor rata-rata Wilson lebih tinggi pada kelompok tanpa bantal (15,9 ± 1,6) dibanding dengan bantal (10,8 ± 1,8; p<0,05). Skor Cormack-Lehane menunjukkan kelompok dengan bantal lebih sering pada tingkat 1 dibanding tanpa bantal yang dominan tingkat 2 (p<0,05). Simpulan: Intubasi tanpa bantal membutuhkan sedikit bantuan, sementara sebagian besar pasien yang menggunakan bantal dapat dengan mudah diintubasi. Tidak ada perbedaan yang signifikan di antara kedua kelompok.