Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

Polygamy Mentoring in Indonesia: Al-Qur’an, Hadith and Dominant Discourse Resistance Miski, Miski; Aulia, Mila; Jannah, Roudlotul; Laily, Ridya Nur
Millati: Journal of Islamic Studies and Humanities Vol 7, No 1 (2022): Decolonization of Islamic Thought, Social and Humanities Studies
Publisher : Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18326/mlt.v7i1.7036

Abstract

This article intends to examine the phenomenon of polygamy mentoring in Indonesia, which is campaigned by Kiai Hafidin on the Robbanian Family Youtube account. This study focuses on how the interpretation of polygamy according to Kiai Hafidin, its correlation with polygamy that developed in Indonesia, and the religious problems in this country. The approach used is a virtual ethnographic approach (netnography) by applying two analytical models, discourse analysis and hermeneutical analysis. This research shows that the polygamy discourse delivered by Kiai Hafidin is allegedly based on the theological reasoning of QS. al-Nisa’ (4): 3 and 129, and the practice of polygamy by the Prophet Muhammad and his companions, but tends to be apologetic. Moreover, Kiai Hafidin’s polygamy discourse is positioned as resistance to the existing discourse in Indonesia, namely monogamy discourse. For Kiai Hafidin, polygamy is related to marriage and as an alternative to various socio-religious problems; for example, as a solution to the rise of adultery cases, many women are still single, and the depletion of religiously good women. However, apart from this, Kiai Hafidin’s polygamy discourse basically strengthens the interests of patriarchy, which further distances the ideal bond between men and women.
MENYINGKAP MITOS JAHILIYYAH DALAM TAFSIR DIGITAL: SIMBOLISASI TABARRUJ PADA Q.S AL-AHZĀB AYAT 33 DALAM MEME DI MEDIA SOSIAL Habibillah, Putri Ghoida’; Miski, Miski
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 8 No 1 (2023): Al-Bayan : Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Quranic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/al-bayan.v8i1.27909

Abstract

Kajian ini mengkritisi penafsiran digital di era postmodern untuk menemukan titik kejelasan atas interpretasi ayat yang berbentuk digital dalam bingkai meme. Untuk mengungkap simbol-simbol dalam meme, kajian kualitatif digunakan untuk menelusuri penafsiran Q.S al-Ahzāb ayat 33 terkait larangan tabarruj seperti orang-orang jahiliyyah. Meme ini menyebar secara masif di media sosial sebagai alat penolakan terhadap fenomena tren fashion dan kecantikan yang dianggap bermasalah. Apalagi tren seperti beauty vlogger, make up challenge, styling challenge menjadi trending topic dalam berbagai platform media sosial dari tahun ke tahun.  Terdapat tiga pernyataan utama terkait visualisasi meme dan simbolisasi jahiliyyah yang dituangkan dalam produksi meme. Secara umum kajian ini akan dianalisis dengan pendekatan semiotika yang digagas oleh Roland Barthes dengan tiga tipologi makna yakni denotatif, konotatif, dan mitos. Hasil dari kajian ini menunjukkan bahwa meme larangan tabarruj divisualisasikan dalam tiga tipologi; meme dengan redaksi Q.S al-Ahzāb ayat 33 tanpa tambahan apapun, meme yang menyertakan hukum tentang tabarruj, dan meme tentang tabarruj dengan keterangan tambahan. Selain itu, symbol-simbol yang bertebaran dalam meme mengkonstruk pola pikir warganet sehingga tercipta sebuah mitos.