Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Pemanfaatan Susu Bubuk Kadaluwarsa dalam Complete Calf Starter dan Pengaruhnya terhadap Konsentrasi VFA dan Gula Sapih Mukodiningsih, Sri; Budhi, Subur Priyono Sasmito; Agus, Ali; Astuti, A
JURNAL SAINS DAN MATEMATIKA Volume 20 Issue 4 Year 2012
Publisher : JURNAL SAINS DAN MATEMATIKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (553.116 KB)

Abstract

Peningkatan produksi susu dapat dilakukan melalui program cow replacement dengan pemeliharaan pedet yang optimal sebelum disapih. Hal ini dapat dicapai dengan pemberian pakan starter (calf starter dan sumber serat) bersama susu atau susu pengganti setelah lahir untuk mempercepat perkembangan rumen. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengkaji penggunaan susu bubuk kedaluwarsa sebagai binder dalam complete calf starter (CCS) dan pengaruhnya terhadap perkembangan retikulo-rumen pedet pra sapih. Materi yang digunakan jerami jagung, jagung kuning, bungkil kedelai, dedak halus, premix dan pedet PFH pra sapih umur 1-2 minggu, bobot badan ±32 kg. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap terdiri dari 3 perlakuan. Perlakuan: I. Pellet 100% CCS (tanpa binder) (P0); II : Pellet 90% CCS + 10% susu bubuk kedaluwarsa (P10) ; III: Pellet 80% CCS + 20% susu bubuk kedaluwarsa (P20). Variabel yang diamati adalah kualitas kimia, fisik organoleptik (hardnees dan durability)  dan kualitas biologis (konsumsi, pertambahan bobot badan harian (pbbh), kadar gula dan VFA darah).  Data diolah dengan analisis variansi dilanjutkan dengan uji ganda Duncan. Uji biologis pada pedet umur 3 minggu, menghasilkan konsumsi, pbbh, konsentrasi gula dan VFA darah masih dalam kisaran normal.  Disimpulkan bahwa penggunaan susu bubuk kadaluwarsa hingga 20% dalam CCS dapat diberikan pada pedet PFH umur 2 minggu dan menghasilkan  indicator perkembangan rumen pedet yang baik
Program Rehabilitasi Fisioterapi pada Kasus Post Fraktur 1/3 Distal Femur Risbiyanto, Stevenny Aulia; Wijianto, W; Astuti, A
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Fraktur yang terjadi pada tulang paha bagian distal merupakan masalah yang serius.fraktur metafisis femoralis distal yang merupakan tempat bertemunya tulang kanselus kondilus femoral dengan tulang kortikal diafisis disebut sebagai fraktur supraconylar femoralis. Peningkatan patah tulang disekitar lutut terbukti dan diprediksi akan erus berlanjut. Fraktur femoralis distal (tepat diatas lutut) menyumbang antara 4-6% dari semua kasus patah tulang pada paha. Fraktur ini dapat menyebabkan kematian dengan angka kejadian yang tinggi (18-30% kematian dalam satu tahun. Presentasi kasus: Pasien seorang perempuan dengan usia 20 tahun yang tidak sedang bekerja,mengeluhkan adanya nyeri pada lutut sebelah kanan serta adanya keterbatasan gerak seperti menekuk lutut.. Manajemen dan hasil: Pasien melakukan program rehabilitasi yang terdiri dari pemberian TENS (Trancutaneous Electrical Nerve Stimulations), active exercise, hold relax dan isometric exercise selama 3 kali dalam 3 minggu. Diskusi:program rehabilitasi yang diberikan oleh fisioterapis kepada pasien yaitu TENS, active exercise, hold and relax exercise dan isometric exercise yang bertujuan untuk mengurani nyeri dan meningkatkan kekuatan otot. Kesimpulan: Pasien yang berjenis kelamin perempuan berusia 20 tahun dengan diagnosis Post Op Fraktur 1/3 distal Femur yang telah menjalani program rehabilitasi berupa pemberian intervensi TENS dan beberapa latihan dari fisioterapi sebanyak 3 kali pertemuan dalam 3 minggu menunjukkan adanya penurunan intensitas nyeri dan adanya penambahan lingkup gerak sendi.
Manajemen Fisioterapi pada Kasus Bell's Palsy: Studi Kasus Sadiah, Halimatus; Sudaryanto, Wahyu Tri; Astuti, A
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Introduction: Bell's palsy adalah neuropati wajah perifer akut dan merupakan salah satu penyebab paling sering kelumpuhan wajah neuron motorik bawah. Bell's palsy adalah neuropati kranial umum yang menyebabkan paresis otot wajah atau kelumpuhan total pada satu sisi, terjadi secara tiba-tiba dan dapat berkembang selama 48 jam. Penyakit ini disebabkan oleh disfungsi saraf wajah akibat trauma atau peradangan pada saraf kranial ke-7 atau saraf wajah atau cabang-cabangnya di sepanjang jalurnya. Bells Palsy ini mempengaruhi fungsional wajah seseorang, sehingga peran penting fisioterapi dalam proses pemulihan fungsional wajah Case Presentation Pasien usia 50 tahun mengeluhkan mata kanan yang tidak bisa berkedip, kesulitan mengangkat alis dan bibir nya merot kearah kanan saat bangun tidur . pada pemeriksaan spesifik terdapat penurunan kekuatan otot salah satu sisi wajah . Pasien menjalani fisioterapi di RSUD Ibu Fatmawati Kota Surakarta dengan diagnosa kasus ini yaitu Bell's Palsy. Management and Outcome: Keluhan pasien yang mengindikasikan terjadinya bells palsy dan ketidaksimetrisan wajah serta kelemahan pada salah satu sisi wajah Program fisioterapi dibutuhkan untuk meningkatkan kekuatan otot sisi wajah yang lesi dan meningkatkan kemampuan aktifitas fungsional wajah dengan menggunakan infrared dan Neuromuscular Electrical stimulation (NMES), Mirror Exercise dan Massage Wajah . Discussion: Mirror Exercise adalah suatu bentuk terapi motorik yang melibatkan penempatan cermin pada bidang midsagital pasien, memantulkan anggota tubuh atau bagian tubuh yang tidak terpengaruh ke sisi yang terkena, menciptakan ilusi gerakan normal pada sisi yang lesi. Tindakan fisioterapi salah satunya berfungsi untuk meningkatkan sirkulasi di area wajah dan memberikan relaksasi pada pasien. Kesimpulan:Penatalaksanaan fisioterapi pada pasien Bell's Palsy dengan menggunakan infrared, NMES dan Mirror Exercise serta Massage Wajah selama 6 pertemuan dapat meningkatkan kemampuan fungsional wajah pasien dan meningkatkan kekuatan otot wajah pasien yang lemah.
Management Fisioterapi pada Kasus Post Orif Fraktur Tibial Plateau Sinistra: Studi Kasus Islamiatun, Zunitasari Kholifah; Widodo, Agus; Astuti, A
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Mayoritas fraktur tibial plateau adalah fraktur terisolasi pada tibial plateau lateral, yang biasanya menghasilkan valgus. Fraktur pada tibial plateau medial, di sisi lain, menghasilkan varus, lebih jarang terjadi karena sifat anatomis dan kepadatan tulang tibial plateau medial yang lebi h rendah. Tujuan dari ini adalah untuk mengetahui hasil dari management fisioterapi pada kasus post orif fraktur tibial plateau sinistra dengan pemberian intervensi berupa Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS), active exercise, strengthening exercise, static cycle. Presentasi Kasus : Pasien terpeleset sehingga mengalami fraktur tibial plateau sinistra sehingga dilakukan pemasangan pen selama 1 tahun. Setelah dilakukan pelepasan pen masih merasakan nyeri, berjalan menggunakan bantuan krek, terdapat keterbatasan aktivitas fungsional. Management dan Hasil: Dengan pemberian intervensi berupa Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS), active exercise, strengthening exercise, static cycle setelah 5 kali terapi mendapatkan hasil untuk nyeri gerak dari nilai 4 menjadi 3 mengguanakn alat ukur NRS. Pada kekuatan otot knee dari nilai 3 menjadi 4 menggunakan alat ukur MMT. Untuk aktivitas fungsional dari score 60,29 menjadi 50,7 menggunakan alat ukur Short Musculoskeletal Function Assessment (SMFA). Diskusi : Faktor pendukung guna mempercepat proses penyembuhan post orif fraktur tibial plateau adalah pengobatan,penyakit penyerta seperti defisiensi vitamin D, disfungsi tiroid, penyakit ginjal kronis (CKD) atau gagal hati, imunodefisiensi sistemik setelah transplantasi organ atau dengan HIV, atau osteoporosis. Serta diberikanya perlakuan terapi dengan dipantau setiap pertemuan. Kesimpulan : Kesimpulanya adalah management fisioterapi pada kasus post orif fraktur tibial plateau sinistra setelah 5 kali terapi terdapat pengurangan nyeri gerak, peningkatan kekuatan otot, peningkatan aktivitas fungsional.
Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Wrist Stiffness Post ORIF CF Distal Radius et Ulna Sinistra Handayani, Siti; Susilo, Taufik Eko; Astuti, A
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Lengan bawah menyediakan struktur tulang dan asal muasal otot yang memungkinkan tangan beroperasi dalam berbagai orientasi. Kedua tulang lengan bawah (radius dan ulna) berfungsi untuk memungkinkan fleksi dan ekstensi pada siku serta pergelangan tangan melalui sendi diarthrodial. Radius dan ulna berada dalam keseimbangan anatomi halus yang memungkinkan pronasi dan supinasi tangan dalam gerakan lengkung 180 derajat. Fraktur tulang radius dan ulna adalah salah satu cedera ortopedi yang paling umum, Presentasi Kasus : Pasien seorang perempuan dengan usia 20 tahun yang bekerja sebagai konten kreator dan merupakan pasien dengan diagnosa Wrist Stiffness Post ORIF CF Distal Radius et Ulna Sinistra dari Rumah Sakit Ibu Fatmawati Ir. Soekarno, Kota Surakarta. Penelitian dilakukan pada bulan April 2024. Pasien mengeluhkan adanya nyeri pada bagian pergelangan tangan kiri serta mengeluhkan adanya keterbatasan gerak dan kekakuan untuk digerakan. Manajemen dan Hasil : Pada penelitian ini, modalitas fisioterapi seperti Infra Red (IR) dan beberapa latihan yaitu active exercise, hold relax dan isometric exercise digunakan untuk mengetahui apakah penatalaksanaan tersebut efektif dilakukan pada kasus Wrist Stiffness Post ORIF CF Distal Radius et Ulna Sinistra dalam proses rehabilitasi. Diskusi : Pasien melakukan program rehabilitasi yang terdiri dari Infra Red, active exercise, hold relax dan wrist pumping exercise selama 3 kali dalam 3 minggu. Program terapi yang dilakukan ini bertujuan untuk mengurangi nyeri, meningkatkan kekuatan otot serta meningkatkan Range Of Motion (ROM) pada pasien. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa NPRS (Numeric Pain Rate Scale) untuk mengukur tingkat nyeri, Midline untuk mengukur oedema, Goniometer untuk mengukur Range Of Motion (ROM), MMT (Manual Muscle Testing) untuk mengukur kekuatan otot pasien dan Wrist Hand Disability Index (WHDI) untuk mengevaluasi kemampuan fungsional. Kesimpulan : Pada penelitian ini, diketahui pasien seorang perempuan dengan usia 20 tahun dengan diagnosis pasien Wrist Stiffness Post ORIF CF Distal Radius et Ulna Sinistra didapati hasil adanya penuruan intensitas nyeri, peningkatan kekuatan otot, peningkatassn ROM dan kemampuan aktivitas fungsional setelah diberikannya intervensi fisioterapi.