Subur Priyono Sasmito Budhi
Unknown Affiliation

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Pemanfaatan Susu Bubuk Kadaluwarsa dalam Complete Calf Starter dan Pengaruhnya terhadap Konsentrasi VFA dan Gula Sapih Mukodiningsih, Sri; Budhi, Subur Priyono Sasmito; Agus, Ali; Astuti, A
JURNAL SAINS DAN MATEMATIKA Volume 20 Issue 4 Year 2012
Publisher : JURNAL SAINS DAN MATEMATIKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (553.116 KB)

Abstract

Peningkatan produksi susu dapat dilakukan melalui program cow replacement dengan pemeliharaan pedet yang optimal sebelum disapih. Hal ini dapat dicapai dengan pemberian pakan starter (calf starter dan sumber serat) bersama susu atau susu pengganti setelah lahir untuk mempercepat perkembangan rumen. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengkaji penggunaan susu bubuk kedaluwarsa sebagai binder dalam complete calf starter (CCS) dan pengaruhnya terhadap perkembangan retikulo-rumen pedet pra sapih. Materi yang digunakan jerami jagung, jagung kuning, bungkil kedelai, dedak halus, premix dan pedet PFH pra sapih umur 1-2 minggu, bobot badan ±32 kg. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap terdiri dari 3 perlakuan. Perlakuan: I. Pellet 100% CCS (tanpa binder) (P0); II : Pellet 90% CCS + 10% susu bubuk kedaluwarsa (P10) ; III: Pellet 80% CCS + 20% susu bubuk kedaluwarsa (P20). Variabel yang diamati adalah kualitas kimia, fisik organoleptik (hardnees dan durability)  dan kualitas biologis (konsumsi, pertambahan bobot badan harian (pbbh), kadar gula dan VFA darah).  Data diolah dengan analisis variansi dilanjutkan dengan uji ganda Duncan. Uji biologis pada pedet umur 3 minggu, menghasilkan konsumsi, pbbh, konsentrasi gula dan VFA darah masih dalam kisaran normal.  Disimpulkan bahwa penggunaan susu bubuk kadaluwarsa hingga 20% dalam CCS dapat diberikan pada pedet PFH umur 2 minggu dan menghasilkan  indicator perkembangan rumen pedet yang baik
PRODUKSI, KUALITAS, DAN KECERNAAN IN VITRO TANAMAN RUMPUT BENGGALA (Panicum maximum) PADA LAHAN SALIN Endang Dwi Purbajanti; R. Djoko Sutrisno; Eko Hanudin; Subur Priyono Sasmito Budhi
Buletin Peternakan Vol 35, No 1 (2011): Buletin Peternakan Vol. 35 (1) Februari 2011
Publisher : Faculty of Animal Science, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21059/buletinpeternak.v35i1.588

Abstract

The aim of this study was to evaluate performance and in vitro digestibility of Guinea grass grown on saline soil. Yield, quality, and in vitro digestibility of Guinea grass cultivated on coastal area with crop populations of 10,000,20,000, and 30,000 plants per hectare. Experiment was conducted following randomized complete block design (RCBD). Higher crop population increased fresh and DM biomass production, crude protein (CP) yield, dry matter(DM) content, neutral detergent fiber (NDF), lignin, and hemicellulose content, but decreased CP content, and in vitro organic matter digestibility (OMD). The increased population had no effect on acid detergent fiber (ADF) and in vitrodry matter digestibility (DMD). It could be concluded that guinea grass was recommended to be planted in saline coastal area by addition of fertilizer 20 tons/ha manure, 3 tons/ha gypsum, and 50 kg N (239 kg ZA/ha) as source ofnitrogen.(Keywords: Forage, Salinity, Saline soil, Manure, Gypsum, Nitrogen source)
PERLAKUAN KALSIUM HIDROKSIDA DAN UREA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS BAGAS TEBU Dewi Puspita Candrasari; Subur Priyono Sasmito Budhi; Hari Hartadi
Buletin Peternakan Vol 35, No 3 (2011): Buletin Peternakan Vol. 35 (3) Oktober 2011
Publisher : Faculty of Animal Science, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21059/buletinpeternak.v35i3.1089

Abstract

Penelitian bertujuan untuk konservasi hasil sisa tanaman pertanian berupa bagas tebu, meningkatkan kecernaan dan meningkatkan nilai N bagas tebu sehingga dapat digunakan sebagai pakan. Level Ca(OH)2 (b/b) yang digunakansebesar 0, 3, dan 6%. Level urea yang digunakan adalah 0, 3, dan 6%. Masing–masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial 3 x 3. Setelah diberi perlakuan, bagas tebuditempatkan pada kantong plastik polyethylene dan disimpan selama 21 hari. Data yang diperoleh dianalisis variansi dan apabila terdapat perbedaan antara perlakuan akan diuji lanjut dengan Duncan’s New Multiple Range Test. Daripenelitian diperoleh hasil kandungan bahan kering (BK), bahan organik (BO), protein kasar (PK), serat kasar (SK), lemak kasar (LK), bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), neutral detergent fiber (NDF), dan acid detergent fiber (ADF)masing-masing berkisar 45,06-48,51%, 90,05-95,67%, 1,40-4,06%, 50,37-53,50%, 1,33-3,33%, 32,73-39,94%, 80,00-90,69%, dan 61,50-65,71%. Kecernaan bahan kering (KcBK) dan kecernaan bahan organik (KcBO) bagas tebudiperoleh sebesar 24,24-39,60% dan 24,88-40,24%. Disimpulkan bahwa bagas tebu yang ditambah urea 3% dan kalsium hidroksida 6% paling baik dilihat dari kandungan PK.(Kata kunci: Bagas tebu, Kalsium hidroksida, Urea, NDF, ADF, Kecernaan in vitro)
PENGARUH PENGGUNAAN KONSENTRAT DALAM BENTUK PELET DAN MASH PADA PAKAN DASAR RUMPUT LAPANGAN TERHADAP PALATABILITAS DAN KINERJA PRODUKSI KELINCI JANTAN Sidiq Setyo Nugroho; Subur Priyono Sasmito Budhi; Panjono (Panjono)
Buletin Peternakan Vol 36, No 3 (2012): Buletin Peternakan Vol. 36 (3) Oktober 2012
Publisher : Faculty of Animal Science, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21059/buletinpeternak.v36i3.1625

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk pengaruh penggunaan konsentrat dalam bentuk pelet dan mash pada pakan dasar rumput lapangan terhadap palatabilitas dan kinerja produksi kelinci jantan. Penelitian ini menggunakan 20 ekor kelinci Flemish Giant jantan umur lima bulan, dengan bobot awal 2,47±0,21 kg. Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu uji palatabilitas dan uji kinerja produksi. Uji palatabilitas dilaksanakan selama 10 hari. Seluruh kelinci diberi konsentrat bentuk pellet dan mash secara bebas memilih. Uji kinerja produksi dilakukan selama 40 hari. Kelinci dibagi secara random ke dalam dua kelompok perlakuan, yaitu kelompok yang diberi konsentrat dalam bentuk pelet dan mash. Hasil uji palatabilitas menunjukkan bahwa konsumsi pelet lebih tinggi (P<0,05) daripada mash. Konsumsi pelet dan mash pada uji palatabilitas berturut-turut adalah 24,04±2,25 dan 13,69±2,37 g/ekor/hari. Hasil uji kinerja produksi menunjukkan bahwa konsumsi pakan kelinci yang diberi konsentrat dalam bentuk pelet dan mash berbeda tidak nyata, tetapi pertambahan bobot badan harian (PBBH) kelinci yang diberi konsentrat dalam bentuk pelet lebih tinggi (P<0,05) daripada yang diberi konsentrat dalam bentuk mash, sehingga konversi pakan dan feed cost per gain kelinci yang diberi pakan pelet lebih rendah (P<0,05) daripada yang diberi pakan mash. Konsumsi pakan, PBBH, konversi pakan, dan feed cost per gain kelinci yang diberi konsentrat dalam bentuk pelet dan mash berturut-turut adalah 120,10±15,81 dan 121,68±17,74 gBK/kgBB/hari, 17,40±5,91 dan 10,22±3,09 g/hari, 7,31±1,61 dan 12,84±3,75, serta 43,65±9,63 dan 72,32±21,08 Rp/g. Bobot dan persentase karkas, bobot daging dan tulang, serta perbandingan daging dan tulang (MBR) kelinci yang diberi konsentrat dalam bentuk pelet dan mash berbeda tidak nyata. Bobot karkas, persentase karkas, bobot daging, bobot tulang, serta MBR kelinci yang diberi konsentrat dalam bentuk pelet dan mash berturut-turut adalah 1.569,40±136,99 dan 1.473,00±123,45 g, 49,28±1,40 dan 49,45±1,96%, 1.091,80±131,92 dan 1.011,75±78,61 g, 477,90±38,76 dan 461,25±56,86 g, serta 2,30±0,36 dan 2,21±0,22. Disimpulkan bahwa palatabilitas konsentrat dalam bentuk pelet lebih baik daripada bentuk mash. Konsentrat dalam bentuk pelet lebih efisien untuk pertumbuhan kelinci daripada konsentrat dalam bentuk mash.(Kata kunci: Kelinci, Pelet, Mash, Palatabilitas, Kinerja produksi)
Endogenous Faecal Phosphorus (EFP) pada Domba Menyusui yang Mengalami Defisiensi Phosphorus Kronis Subur Priyono Sasmito Budhi
Buletin Peternakan Vol 16, No 1 (1992): Buletin Peternakan Vol. 16 (1) Desember 1992
Publisher : Faculty of Animal Science, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21059/buletinpeternak.v16i1.1743

Abstract

Artikel dalam bentuk PDF
KONTRIBUSI EKSKRESI BASAL PURIN TERHADAP TOTAL EKSKRESI DERIVAT PURIN DALAM URIN KAMBING BLIGON DAN KEJOBONG Catur Suci Purwati; Lies Mira Yusiati; Subur Priyono Sasmito Budhi
Buletin Peternakan Vol 37, No 1 (2013): Buletin Peternakan Vol. 37 (1) Februari 2013
Publisher : Faculty of Animal Science, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21059/buletinpeternak.v37i1.1953

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kontribusi ekskresi basal terhadap total ekskresi derivat purin dalam urin kambing Kejobong dan Bligon. Percobaan ini didesain menggunakan Independent Student t-test untuk membandingkan ekskresi derivat purin keturunan kambing yang berbeda. Pakan yang diberikan adalah jerami kacang tanah (rendeng). Kambing jantan Bligon dan Kejobong masing-masing 6 ekor digunakan dalam penelitian ini. Percobaan ini dibagi menjadi 3 periode yaitu periode adaptasi selama 14 hari, periode koleksi pada saat ternak diberi pakan ad libitum selama 7 hari, dan periode koleksi pada saat ternak dipuasakan. Penentuan kandungan bahan kering (BK), bahan organik (BO), protein kasar (PK), serat kasar (SK), dan ekstrak eter (EE) dilakukan dengan metode analisis proksimat untuk pakan, sisa pakan, dan feses. Pada sampel urin yang diambil saat ternak diberi pakan ad libitum dan dipuasakan dilakukan pengukuran derivat purin yaitu alantoin, asam urat, xantin, dan hipoxantin. Hasil penelitian memperlihatkan konsumsi BK, BO, PK, SK, dan EE menunjukkan perbedaan yang tidak nyata. Nutrien tercerna BK, BO, PK, SK, dan EE juga menunjukkan perbedaan yang tidak nyata. Volume urin kambing Kejobong dan Bligon pada pemberian pakan secara ad libitum menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05), dengan rerata kambing Kejobong 953,84 dan Bligon sebesar 762,69 ml/hari. Total ekskresi alantoin dan asam urat kambing Kejobong cenderung lebih tinggi daripada Bligon, sedangkan untuk total ekskresi xantin dan hipoxantin menunjukkan hasil yang berbeda tidak nyata. Total ekskresi derivat purin pada saat pakan ad libitum menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05), rerata kambing Kejobong 117,96±16,43 μmol/W0,75/hari dan Bligon 72,40±4,53 μmol/W0,75/hari. Volume urin pada saat dipuasakan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata. Rerata volume urin kambing Kejobong 233,04 dan Bligon 201,75 ml/hari. Total ekskresi alantoin kambing Kejobong pada saat dipuasakan cenderung lebih rendah dibanding Bligon, namun untuk total ekskresi asam urat cenderung lebih tinggi kambing Kejobong dibanding Bligon. Total ekskresi xantin dan hipoxantin menunjukkan perbedaan yang tidak nyata. Total ekskresi derivat purin kambing Bligon pada saat dipuasakan lebih tinggi dari kambing Kejobong, dengan rerata kambing Kejobong 18,85±4,45 μmol/W0,75/hari, dan Bligon sebesar 19,33±2,28 μmol/W0,75/hari. Derivat purin endogen kambing Kejobong 0,018 μmol/W0,75 sedangkan Bligon 0,019 μmol/W0,75. Efisiensi sintesis protein mikrobia kambing Kejobong adalah 0,07 g N mikrobia/hari, sedangkan Bligon 0,04 g N mikrobia/hari dengan BK nutrien tercerna hampir sama. Kontribusi ekskresi basal derivat purin terhadap total ekskresi derivat purin kambing Kejobong 15,98%, sedangkan Bligon 26,70%. (Kata kunci: Ekskresi, Derivat purin, Kambing Bligon, Kejobong)
EFFECT OF RESIDUAL ROCK PHOSPHATE AND BIOFERTILIZERS (RHIZOBIUM AND BIOPHOSPHATE) AND THEIR COMBINATIONS ON THE PRODUCTIVITY OF Stylosanthes guianensis CIAT 184 Johanna Lucia Amakali; Djoko Soetrisno; Subur Priyono Sasmito Budhi
Buletin Peternakan Vol 37, No 2 (2013): BULETIN PETERNAKAN VOL. 37 (2) JUNI 2013
Publisher : Faculty of Animal Science, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21059/buletinpeternak.v37i2.2426

Abstract

The purpose of this research was to evaluate the agronomic effectiveness of rock phosphate, biological fertilizers (Rhizobium and bio-phosphate) and their combinations on dry matter (DM) production, nutrient content and in vitro dry matter digestibility (IVDMD) of Stylosanthes guianensis CIAT 184. This research was conducted at Forage and Pasture Laboratory, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia from February – October 2010. A strip plot design which consisted of two fertilizer factors with three (3) replicates was used. The first factor was the horizontal factor and consisted of four levels of biological fertilizers (Rhizobium and bio-phosphate) namely: M0 = control, M1 = Rhizobium (0.5 g/plot), M2 = bio-phosphate (0.6 g/plot) and M3 = combinations of Rhizobium and bio-phosphate. The second factor was the vertical factor and consisted of three levels of rock phosphate, namely: P0 = control, P1 = 250 kg/ha (32.5 P kg/ha) and P2 = 500 kg/ha (65 P kg/ha). Defoliation was carried out every three months for 9 months. Results of the study showed that there was no significant difference in DM production (kg/ha) amongst treatments. Although the current research showed no significance difference amongs the treatments, DM production increased in the 2nd harvest (12.3%) and 4th harvest (7.1%) between P0 and P1. Combinations treatment P1M2 (21073.63 kg/ha) had the highest average DM production amongs treatments. Statistical analysis followed by Duncan’s new Multiple Range Test (DMRT), showed that rock phosphate can significantly (P<0.05) increase fiber production of Stylosanthes guianensis. It showed that treatment P1 increased crude fiber production by 12.2% from 5864, 47 kg/ha to 6580,19 kg/ha. In addition, tests further revealed that there was a difference between M1 and M2, but had no effect on M0. There was no significant effect on production (kg/ha) of crude protein, phosphorus, nitrogen free extract (NFE) and ash. In conclusion, treatments with rock phosphate and bio-fertilizers tend to increase productivity of Stylosanthes guianensis CIAT 184.(Key words: Stylosanthes guianensis CIAT 184, Rock phosphate, Bio-phosphate, Rhizobium, and In vitro dry matterdigestibility)
PENGARUH PERBEDAAN KADAR KALSIUM HIDROKSIDA DAN PENAMBAHAN AIR TERHADAP KOMPOSISI KIMIA DAN KECERNAAN IN VITRO DAUN KELAPA SAWIT Ria Anjalani; Subur Priyono Sasmito Budhi; Hari Hartadi
Buletin Peternakan Vol 37, No 2 (2013): BULETIN PETERNAKAN VOL. 37 (2) JUNI 2013
Publisher : Faculty of Animal Science, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21059/buletinpeternak.v37i2.2428

Abstract

This study was conducted to observe the effects of calcium hydroxide (Ca(OH)2) and moisture level of soakedcrude palm leaves on its chemical composition and in vitro digestibility. Level of Ca(OH)2 which used and moisture content which added for soaking process in this study were 0, 3, 6% (w/w) and 40, 50, 60% (w/w), respectively, on DM basis. This study was arranged in Complete Randomized Design using 3x3 factorial arrangements, with 3 replications. All significant results were then analysed with Duncan’s new Multiple Range Test. After treatment, oil palm leaves were placed in polyethylene plastic bag and stored for 21 days. Result showed the DM, OM, CP, CF, EE, NFE, NDF and ADF of palm leaves after treated were 37.89-59.52%, 87.83-92.96%, 8.32-9.84%, 35.91-40.63%, 5.98-7.47%, 34.66-40.06%, 64.74-75.39% and 46.56-59.32%, respectively. The IVDMD and IVOMD of palm leaves were 19.26-29.55% and 19.91-28.26%. Level of Ca(OH)2 and moisture content affected the chemical composition of palm leaves, but have no effect on its digestibility. The less effectiveness of Ca(OH)2 as a single treatment, caused by the low level of Ca(OH)2 and short time of treatment periode on palm leaves. Ca(OH)2 level of 6% and 40% moisture content was given the best results in this study. (Key words: Crude palm leaves, Ca(OH)2, Moisture content, In vitro digestibility)
PENGARUH LEVEL ONGGOK SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS SILASE ISI RUMEN SAPI Ristanto Utomo; Subur Priyono Sasmito Budhi; Irma Fitri Astuti
Buletin Peternakan Vol 37, No 3 (2013): BULETIN PETERNAKAN VOL. 37 (3) OKTOBER 2013
Publisher : Faculty of Animal Science, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21059/buletinpeternak.v37i3.3089

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh level pemberian onggok sebagai aditif terhadap kualitas silase yang dibuat dari isi rumen sapi. Terdapat tiga level perlakuan penambahan onggok, yaitu 0 (kontrol), 15, dan 30% dari berat bahan kering isi rumen sapi, dan tiga lama peram yaitu 14, 21, dan 28 hari. Setiap perlakuan dibuat lima kali sebagai ulangan. Silase dibuat menggunakan stoples plastik yang berfungsi sebagai silo. Setiap akhir pemeraman dilakukan uji kualitas meliputi warna, bau, tekstur, ada tidaknya jamur, kandungan bahan kering (BK), dan bahan organik (BO), serta pH. Data BK, BO, dan pH dianalisis variansi menggunakan Randomized Completed Block Design (RCBD). Perbedaan yang nyata sebagai efek lama peram dilanjutkan uji Duncan's new Multiple Range Test (DMRT). Khusus dari hasil silase pemeraman 21 hari dilakukan analisis komposisi kimia meliputi serat kasar (SK), ekstrak eter (EE), dan protein kasar (PK). Data yang diperoleh dianalisis variansi menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap pola searah. Perbedaan yang nyata sebagai efek perlakuan dilanjutkan uji DMRT. Uji kualitas fisik menunjukkan warna coklat kehijauan, bau asam, tekstur kasar, dan tidak ada pertumbuhan jamur. Penambahan onggok pada level yang berbeda meningkatkan (P<0,01) nilai komposisi kimia silase isi rumen sapi, yaitu BK dan BO, sedangkan SK, EE, dan PK mengalami penurunan (P<0,01). Penambahan onggok sebagai aditif pada pembuatan silase dari isi rumen sapi cukup pada level 15% karena pada hari ke 14, pH telah turun menjadi 3,87±0,07, tetap stabil sampai hari ke 28 (3,93±0,11), didukung oleh skor Fleig yang mencapai 98,58±3,39 (sangat baik).(Kata kunci : Isi rumen sapi, Onggok, Lama peram, Silase)