Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

UJI AKTIVITAS EKSTRAK RIMPANG BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA IRIS PADA MENCIT (Mus musculus) PUTIH JANTAN Rabima, Rabima
INDONESIA NATURAL RESEARCH PHARMACEUTICAL JOURNAL Vol 1, No 2 (2016): Indonesia Natural Research Pharmaceutical Journal
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (402.671 KB) | DOI: 10.52447/inspj.v1i2.640

Abstract

Penggunaan obat tradisional adalah cara aman untuk mengobati luka, diantaranya luka iris. Diketahui dalam penggunaan povidone iodine menimbulkan iritasi pada kulit yang menyebabkan efek samping seperti, asidosis, neutropeni dan hipotirosis. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan tanaman rimpang binahong untuk penyembuhan luka. Rimpang binahong mengandung senyawa bioaktif yang berkhasiat sebagai metabolit sekunder dalam mempercepat proses penyembuhan luka dengan pembentukan jaringan epitel baru. Rimpang binahong mengandung senyawa quinon, steroid, saponin, triterpenoid, monoterpenoid, sesquiterpenoid, flavonoid. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol 70% rimpang binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) terhadap proses penyembuhan luka iris pada mencit (Mus musculus L.) putih jantan. Penelitian ini dengan metode eksperimental. Pembuatan ekstrak rimpang binahong dilakukan dengan metode maserasi, yaitu dengan menggunakan pelarut etanol 70%, hasil filtrat diuapkan kembali menggunakan rotary evaporator untuk memperoleh ekstrak kental. Konsentrasi pada ekstrak rimpang binahong yang akan diujikan adalah dengan konsentrasi 15%, 30% dan 60% dengan perbandingan kontrol positif menggunakan povidone iodine 1%. Aktivitas penyembuhan luka iris yang lebih cepat pada konsentrasi kontrol uji ekstrak 60% dengan waktu enam hari. Hasil analisa one way anova pada ekstrak rimpang binahong 15%, 30%, 60% dan povidone iodine menunjukan nilai signifikan (p <0.05). Disimpulkan bahwa rimpang binahong memiliki khasiat dalam penyembuhan luka iris. Kata kunci: luka iris, Rimpang binahong, povidone iodine, mencit putih The use of traditional medicine is a safer way to treat wounds, such as cuts. The use of povidone iodine is known to cause irritation to the skin which causes side effects such as acidosis, neutropeni and hipotirosis. Therefore, this study uses binahong root plants for healing wounds. Binahong rhizomes contain bioactive compounds are useful as secondary metabolites in accelerating wound healing with the formation of new epithelial tissue. Binahong rhizomes contain quinone, steroids, saponins, triterpenoids, monoterpenoid, sesquiterpenoid, flavonoids. The purpose of this study to determine the activity of 70% ethanol extract of rhizomes binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) on the process of wound healing of white male mice (Mus musculus L.). This study is experimental. Step of manufacturing by making the binahong rhizome extract by maceration method, by using ethanol 70% which evaporated using a rotary evaporator to gain a condensed extract. Concentration on binahong rhizome extract to be tested is at 15%, 30% and 60% with a comparison of positive control using 1% povidone iodine. Cuts healing activities faster on the test control concentration extract of 60% by six days. Analysis results of One way ANOVA on binahong rhizome extract 15%, 30%, 60% and povidone iodine showed a significant value (p <0.05). It was concluded that the rhizome binahong have efficacy in wound healing iris. Keywords: cuts, binahong Rhizome, povidone iodine, white mice
Uji Efek Antiinflamasi Ektrak Etanol 70% Daun Leunca (Solanum Nigrum Linn) Terhadap Tikus Putih (Rattus Norvegicus Linn) Rabima Rabima; Immanuelly Sirait
Majalah Farmasetika Vol. 4, Supl. 1, Tahun 2019
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/mfarmasetika.v4i0.25885

Abstract

Inflamasi adalah suatu respon protektif lokal yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan jaringan yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau mengurung (sekuestrasi) jaringan yang cedera ataupun agen penyebab cidera. Tanaman Leunca mengandung senyawa flavonoid yang berkhasiat sebagai antiinflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek antiinflamasi ekstrak etanol 70% daun leunca (Solanum nigrum Linn) terhadap edema telapak kaki tikus putih jantan galur Sprague dawley. Subjek yang digunakan sebanyak 25 ekor dibagi menjadi 5 kelompok, yang terdiri dari Kontrol Negatif (Na CMC 0,5 %), Kontrol Positif (Natrium Diklofenak 13,5 mg/kg BB), dan kelompok perlakuan dengan dosis 250 mg/kg BB, 350 mg/kg BB, 450 mg/kg BB diberikan secara oral. Induksi dilakukan menggunakan karagenan 1% sebanyak 0,1 ml secara sublantar. Pengukuran dilakukan tiap 60 menit selama 6 jam setelah penyuntikan karagenan menggunakan plestimometer. Kemudian dihitung persen inhibisi radang. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan uji statistik one-way anova dilanjutkan dengan uji Least Significance Difference dengan tingkat kepercayaan 95%. Dari presentasi inhibisi rata – rata dilihat bahwa presentase Na. Diklofenak sebagai kontrol positif memiliki presentasi tertinggi sebesar 33,31%, dosis 1 (250mg/kg BB) memiliki presentase inhibisi sebesar 18,6%, dosis 2 (350mg/kg memiliki presentase inhibisi terbesar kedua dari kontrol positif sebesar 31,87%, dan dosis 3 (450mg/kg BB) memiliki presentase inhibisi sebesar 12,075%. Hasil uji statistik memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok perlakuan (P < 0,05). Hasil penelitian menunjukan bahwa ektrak etanol 70% daun leunca dapat menurunkan volume udem pada kaki tikus yang diinduksikan dengan karagenan 1%, dengan persen inhibisi radang tertinggi adalah pada dosis 2 (350 mg/kg BB).
PEMANTAUAN TERAPI OBAT SNH, HIPERTENSI TAHAP 2, DM TIPE 2 DI RUMAH SAKIT X Fahreza, Muhammad Rizky; Rabima, Rabima
SOCIAL CLINICAL PHARMACY INDONESIA JOURNAL Vol 5, No 2 (2020)
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52447/scpij.v5i2.3394

Abstract

SNH terjadi ketika pembuluh darah yang membawa darah ke otak tersumbat oleh bekuan darah. Ini menyebabkan darah tidak sampai ke otak. Tekanan darah tinggi adalah faktor risiko paling penting untuk jenis stroke ini. Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah arteri yang persisten. Hipertensi sistolik terisolasi adalah nilai tekanan darah diastolik kurang dari 90 mmHg dan nilai tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih. Diabetes mellitus adalah gangguan metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin, atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, dan neuropati. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu pengambilan data melalui rekam medik. Pasien atas nama Ny. Yoh didiagnosa SNH, hipertensi tahap 2, dan DM tipe 2. Hasil analisis DRP adalah adanya indikasi yang tidak ditangani dan interaksi obat
PEMANTAUAN TERAPI OBAT PADA PASIEN CKD (Chronic Kidney Disease), HIPERTENSI, DIABETES, STROKE, PNEUMONIA DI RUMAH SAKIT X isdar, muhammad; Rabima, Rabima
SOCIAL CLINICAL PHARMACY INDONESIA JOURNAL Vol 5, No 2 (2020)
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52447/scpij.v5i2.2569

Abstract

CKD adalah penurunan progresif fungsi ginjal yang terjadi selama beberapa bulan atau tahun. Hipertensi  merupakan  penyakit yang ditandai dengan peningkatan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥  90 mmHg pada pemeriksaan yang berulang. Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. CVA Infark adalah sindrom klinik yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa defisit neurologi fokal atau global yang berlangsung 24 jam terjadi karena trombositosis dan emboli yang menyebabkan penyumbatan yang bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Pneumonia adalah peradangan akut pada parenkim paru, bronkiolus respiratorius dan alveoli, menimbulkan konsolidasi jaringan paru sehingga dapat mengganggu pertukaran oksigen dan karbon dioksida di paru-paru. Laporan ini dilakukan untuk mengetahui drug related problems (DRP’s) pada penatalaksanaan pengobatan Pasien CKD (Chronic Kidney Disease), Hipertensi, Diabetes Stroke Infark, Pneumonia Di Rumah Sakit X. Pasien atas nama Tn.Os dirawat di ruang HCU. Pemantauan Terapi Obat (PTO) untuk memastikan penggunaan obat yang rasional, agar tidak terjadi peristiwa yang tidak diinginkan
AKTIVITAS ANTIDIABETIK TEH HERBAL KOMBINASI BUNGA TELANG (Clitoria ternatea) DAN MENIRAN (Phyllanthus niruri) PADA MENCIT (Mus muculus) YANG DIINDUKSI ALOKSAN Rabima, Rabima; Prima, Sylvia Rizky; Ikrana, Anisa Dita
INDONESIA NATURAL RESEARCH PHARMACEUTICAL JOURNAL Vol 9, No 1 (2024)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52447/inrpj.v9i1.6222

Abstract

Diabetes adalah suatu penyakit gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah. Bunga telang dan meniran merupakan salah satu tanaman yang memiliki aktivitas sebagai antidiabetes. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antidiabetik teh herbal kombinasi bunga telang (Clitoria ternatea) dan meniran (Phyllanthus niruri) serta persentase penurunan kadar gula darah pada mencit putih (Mus muculus) yang diinduksi aloksan. Hewan uji yang digunakan yaitu 25 mencit jantan dan dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yaitu kelompok negatif, kelompok positif diberi glibenklamid, dan kelompok teh herbal. Teh herbal dibuat menjadi 3 formulasi yaitu, 200 mg bunga telang dan 800 meniran, 350 mg bunga telang dan 650 mg meniran, serta 500 mg bunga telang dan 500 mg meniran. Masing-masing formulasi dikemas dalam kantong teh sebanyak 1 g dan diseduh dalam 200 ml air panas. Data dianalisis menggunakan metode One Way ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teh herbal kombinasi bunga telang dan meniran pada formulasi 200 mg bunga telang dan 800 mg meniran merupakan formulasi paling optimal diantara kedua formulasi lainnya. Persentase yang didapatkan yaitu sebesar 33,56% dengan selisih antara kontrol positif dan teh herbal 200 mg bunga telang dan 800 mg meniran yaitu sebesar 9,05%. Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa teh herbal kombinasi 200 mg bunga telang dan 800 mg meniran memiliki aktivitas sebagai antidiabetik yang paling baik diantara kedua formulasi lainnya.
Evaluasi Pengobatan Yang Diterima Anak Berkebutuhan Khusus Di Sumatera Selatan, Indonesia Ramatillah, Diana Laila; Dinli, Dwi Yunisa; Ipadeola, Mairo Hamid; Rabima, Rabima; Paulina, Ida; Rofii, Ahmad
JFIOnline | Print ISSN 1412-1107 | e-ISSN 2355-696X Vol. 14 No. 1 (2022): Jurnal Farmasi Indonesia
Publisher : Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (447.156 KB) | DOI: 10.35617/jfionline.v14i1.11

Abstract

Children with special needs (ABK) are children with different characteristics from children in general who have significant abnormalities (mental-intellectual, physical, social and emotional). This study aims to evaluate the treatment received by children with special needs in South Sumatra. This is a cross-sectional survey conducted among students at SLB South Sumatra using a self-administered questionnaire. The sampling technique was done by convenience sampling. From the results of this study, it is known that there are 53 males and 43 females. Based on the results of the study, it was found that the treatment received by children with special needs, namely DHA (Omega-3) + Vitamin B Complex as many as 20 people (37%) by 20% was influenced by most of those who took medication at the age of 11-15 years. There is a significant relationship between treatment and intelligence level which is indicated by a p-value of 0.02, which shows that 7 people (7%) are good and 89 people (93%). It is also known that there is a significant relationship between comorbidities and treatment, which is indicated by significant p-value (P < 0.001), 35 people (37%), and 61 people (63%). DHA (Omega-3) is the most widely given supplement to students with special needs at the age of 11-15, and only a few students receive depakote (Divalproex Sodium) and multivitamins including Vitamin A, B complex and Vitamin C with an average moderate level of intelligence. This is influenced by comorbidities such as epilepsy.