Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Impact of Electric Vehicle Transition Scenarios on Road Transport Emission in Semarang City Pratiwi, Ningsih Ika; Suherman, Suherman; Yulianto, Bambang; Amin, Muhammad
Jurnal Presipitasi : Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan Vol 22, No 1 (2025): March 2025
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/presipitasi.v22i1.301-313

Abstract

The transition from fossil-fueled vehicles into electric vehicles is considered to be a strategy that can significantly reduce emissions and improve urban air quality. This study aims to examine the impact of the battery electric vehicles growth in Semarang City on carbon emissions within the road transport sector. Projections were made to assess the long-term impact and contribution of this trend towards meeting government targets in 2030 and 2060. Low Emission Analysis Platform (LEAP) software was used to estimate carbon emissions based on amount of vehicle and vehicle kilometer traveled (VKT) data. Three scenarios were set: the BEV scenario, which focuses on the widespread use of electric vehicles, demonstrates a significant reduction, especially in PM10 emissions, highlighting the advantages of transitioning away from internal combustion engine vehicles. The EMX scenario, which emphasizes an energy mix plan to support electricity, does not demonstrate a significant reduction in emissions. The COM scenario, which combine the BEV and EMX scenarios achieves the lowest emissions overall, indicating that a comprehensive strategy is most effective for achieving long-term emission reductions. All scenarios indicate the need for more aggressive policies, technological innovations, and carbon capture strategies to achieve reduction targets, particularly in the road transport sector.
Agen Desorpsi Terbaik pada Regenerasi Batu Apung Sungai Pasak untuk Penyisihan Amonium (NH4+) dalam Air Pratiwi, Ningsih Ika; Indah, Shinta; Helard, Denny
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2019: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (474.432 KB)

Abstract

Batu apung dikenal sebagai material low-cost yang memiliki struktur berpori sehingga berpotensi sebagai adsorben untuk menyisihkan senyawa polutan dalam air, seperti amonium yang hadir sebagai dampak aktivitas industri, pertanian maupun domestik. Keberadaan batu apung yang melimpah terdapat di daerah Sungai Pasak dan hingga saat ini belum dimanfaatkan. Kemungkinan adanya regenerasi dari adsorben yang telah digunakan merupakan keuntungan proses adsorpsi sebagai salah satu teknologi ramah lingkungan. Regenerasi dapat dilakukan melalui proses desorpsi sehingga reuse dapat diterapkan terhadap adsorben dan recovery terhadap senyawa yang disisihkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui agen desorpsi terbaik yang berguna untuk regenerasi, yaitu memperpanjang masa pakai batu apung khususnya pada proses penyisihan amonium. Regenerasi terdiri dari percobaan adsorpsi dan desorpsi dengan metode batch sebanyak 2 kali reuse menggunakan kondisi optimum yang diperoleh, terdiri dari pH, waktu kontak, ukuran serta dosis batu apung yang diaplikasikan pada larutan artifisial dan sampel. Proses desorpsi menggunakan agen desorpsi asam (HCl), netral (akuades) dan basa (NaOH). Percobaan pada larutan artifisial amonium 4 mg/l menghasilkan HCl sebagai agen desorpsi terbaik dengan kapasitas adsorpsi tertinggi, yaitu reuse I 6,335 mg/g serta reuse II 6,018 mg/g dengan efisiensi penyisihan rata-rata 46,324%. Agen HCl juga memberikan % desorpsi tertinggi pada proses desorpsi I dan II sebesar 89,734% dan 88,048%. Percobaan juga dilakukan terhadap sampel air tanah dekat area pertanian dengan % desorpsi pada desorpsi I dan II yaitu 87,875% dan 86,892%, dengan kapasitas adsorpsi saat reuse I dan II adalah 1,889 mg/g dan 1,845 mg/g. Hasil penelitian menunjukkan agen terbaik untuk regenerasi batu apung yaitu asam (HCl) dengan kemampuan hingga 2 kali reuse dengan nilai efisiensi penyisihan dan kapasitas adsorpsi hampir sama dengan nilai adsorpsi awal, sehingga memungkinkan untuk dilakukan reuse selanjutnya. Potensi batu apung Sungai Pasak ini dapat dimanfaatkan dalam pengolahan air tanah maupun air limbah dengan kandungan amonium yang rendah.
Aplikasi Bakteri Halofilik Berwarna Merah Terimmobilisasi dalam Meningkatkan Kualitas Garam dalam Proses Produksi Garam Berbasis Air Laut Malik, Rizal Awaludin; Nilawati, N; Handayani, Novarina Irnaning; Rame, R; Djayanti, Silvy; Pratiwi, Ningsih Ika; Setianingsih, Nanik Indah
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2019: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (442.929 KB)

Abstract

Garam yang dihasilkan oleh peladangan garam rakyat di Indonesia masih memiliki kemurnian NaCl yang rendah (<90%). Dampak dari penggunaan garam dengan kemurnian yang rendah adalah kerugian di industri pengguna garam sebagai bahan baku. Rendahnya kemurnian NaCl yang dihasilkan disebabkan oleh sistem peladangan yang tidak benar dan juga tidak adanya maintain ekosistem peladangan garam. Pentingnya ekosistem adalah agar terciptanya interaksi biotik-biotik maupun biotik-abiotik pada ladang garam sehingga memungkinkan bagi bakteri-bakteri halofilik berwarna merah untuk tumbuh pada ladang garam. Bakteri halofilik ini merupakan salah satu komponen biotik yang sangat berpengaruh dalam proses peladangan garam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bakteri halofilik yang telah terimmobilisasi dalam meningkatkan kemurnian NaCl pada peladangan garam. Aplikasi ini dilakukan di ladang garam dengan 3 perlakuan yaitu 1 perlakuan peladangan menggunakan bakteri halofilik terimmobilisasi, 1 kontrol positif berupa peladangan garam tanpa pemberian bakteri terimmobilisasi namun dilakukan peladangan secara benar, 1 kontrol negatif berupa peladangan garam tanpa pemberian bakteri halofilik dan dilakukan peladangan secara tradisional. Setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali dan setiap perlakuan/pengulangan dilakukan pada lahan dengan luasan 1,5m x 4m dan tinggi muka air 9cm, dan parameter yang di ukur adalah kemurnian NaCl, Na, Cl, Mg, Kadar air dan bentuk kristal garam yang dihasilkan. Hasil dari penelitian ini adalah didapatkan kemurnian NaCl perlakuan dengan bakteri halofilik memiliki kemurnian rata-rata 94,15% kadar Na 37,04% Cl 57,11% Mg 1,07% kadar air 7,05% dengan bentuk kubus besar, kontrol positif menghasilkan NaCl 90,36% dengan Na 35,55% Cl 54,81 Mg 2,247% kadar air 11,09 dan bentuk kristal kubus kecil dan kontrol negatif menghasilkan NaCl 88,33% Na 34,75% Cl 53,58% Mg 2,09% kadar air 11,89% kristal berbentuk cone/piramida. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan bakteri halofilik terimmobilisasi dan teknik peladangan yang benar pada proses peladangan garam menghasilkan garam NaCl dengan kemurnian lebih tinggi dibanding perlakuan lainnya.