Nanik Indah Setianingsih, Nanik Indah
Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri, Jl. Ki mangunsarkoro No. 6 Semarang

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PANGAN ALTERNATIF PENGGANTI BERAS BERBASIS BAHAN BAKU LOKAL (Food Alternatives to Rice Based on Local Raw Material) Setianingsih, Nanik Indah
Jurnal Hasil Penelitian Industri Vol 25, No 2 (2012)
Publisher : Baristand Industri Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.353 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknologi proses serta formulaterbaik dalam menghasilkan produk pangan alternatif pengganti beras dengan nilai giziyang mendekati beras. Bahan utama yang digunakan untuk membuat pangan penggantiberas adalah pati sagu dan bahan tambahan lain yang terdiri dari kacang kedelai dankacang hijau. Pati sagu diformulasikan dengan tepung kacang hijau dan kacang kedelaidalam empat formula. Teknologi proses yang dilakukan meliputi tahap pencampuran,tahap granulasi, tahap pregelatinisasi dan tahap pengeringan. Hasil analisa nutrisimenunjukkan beras sagu formula 2 (75% sagu, 25% kedelai) mengandung kadarkarbohidrat mendekati beras serta nutrisi protein, lemak dan serat yang paling tinggi.Beras sagu formula 4 (70% sagu, 15% kedelai, 15% kacang hijau) memiliki nilaikarbohidrat setara dengan beras, serta mengandung nilai nutrisi protein, lemak dan seratyang mendekati beras. Hasil uji organoleptik secara hedonik menunjukkan panelismenyukai tekstur dari nasi beras sagu secara umum dan menyukai rasa serta warna nasiberas sagu dengan pemasakan kombinasi 70% beras dan 30% beras sagu. Hasil analisaumur simpan dengan parameter mikrobiologi menunjukkan bahwa beras sagu masihmemenuhi persyaratan dengan waktu penyimpanan selama empat bulan.
PENGGUNAAN BAHAN PEMUCAT PADA PRODUKSI KACANG GARING (The Use of Bleach in Crispy Peanut Production) Setianingsih, Nanik Indah; Christianto, Herry Yuli; Nilawati, Nilawati
Jurnal Hasil Penelitian Industri Vol 27, No 2 (2014)
Publisher : Baristand Industri Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.353 KB)

Abstract

Some of crispy peanut industry used alum as additive in order to make thecolor of peanut looks white and clean. Using alum in food production is not recommended,because alum is unlisted as additive food and also has negatif effect for health. The aim ofthis research was to find additive to replace alum in crispy peanut production, effective inbleaching and don’t have negatif effect for health. This research used completly randomfactorial design with kind of bleach and time of dyeing factor. The result of variantanalysis of lightness level parameter show that 87,5% of treatment resulted lightness levelvalue different with control significantly. Most of optimal lightness level value be obtainedin using 1% of bleach both of calcium sulfat and calcium oxide. Use of calsium sulfatresulted higher of lightness level value than calsium oxide. The result of organoleptic testshow that panelist liked taste, texture and color of crispy peanut commonly. Treatmentwith time of dyeing and kind of bleach 1% concentration did not affecting the difference inorganoleptic valuation significantly. The result analysis base of quality requirements,crispy peanut with time of dyeing and kind of bleach 1% concentration treatment meet thedetermined standard.
Evaluation of the Implementation Integrated Biological System Industrial Wastewater Treatment Plant: Pollutant Removal, Operational Maintenance, Estimation of Carbon Emission Setianingsih, Nanik Indah; Farida Crisnaningtyas; Agus Purwanto; Ikha Rasti Julia Sari
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri Vol. 13 No. 2 (2022): November
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Pencegahan Pencemaran Industri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21771/jrtppi.2022.v13.no2.p10-20

Abstract

The development of WWTP in business activities needs to pay attention to getting appropriate WWTP that is more valuable to support sustainable development. This study aims to evaluate two systems of integrated biological WWTP; anaerobic-wetland, and anaerobic-aerobic-wetland, including the effectiveness of pollutant removal, operational and maintenance, and estimation of carbon emissions. The performance of pollutant removal was evaluated by analyzing inlet and outlet samples of WWTP. An operational and maintenance evaluation was carried out by studying the WWTP operating system and maintenance procedures supported by a literature review. Carbon emission estimation was carried out using a formula referring to the IPCC Guidelines (2006). Organic matter removal of anaerobic-aerobic-wetland WWTP in the form of BOD₅ and COD are 92.12% and 91.72%, respectively, higher than anaerobic-wetland WWTP are 88.69% of BOD₅ and 77.62% of COD. Anaerobic-aerobic-wetland WWTP needs more maintenance and operation than anaerobic-wetland WWTP. The highest carbon emission of both WWTP is 41530.91 kgCO₂ eq/year of anaerobic-wetland WWTP from the organic matter removal process and 46485.15 kgCO₂ eq/year of anaerobic-aerobic-wetland WWTP. Electrical energy consumption emits in anaerobic-aerobic-wetland WWTP is 22338 kgCO₂ eq/year higher than anaerobic-wetland WWTP at 4299.70 kgCO₂ eq/year. Total carbon emissions of anaerobic-wetland WWTP is 47404.58 kgCO₂ eq/year and anaerobic-aerobic-wetland WWTP is 68900.23 kgCO₂ eq/year.
Aplikasi Bakteri Halofilik Berwarna Merah Terimmobilisasi dalam Meningkatkan Kualitas Garam dalam Proses Produksi Garam Berbasis Air Laut Malik, Rizal Awaludin; Nilawati, N; Handayani, Novarina Irnaning; Rame, R; Djayanti, Silvy; Pratiwi, Ningsih Ika; Setianingsih, Nanik Indah
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2019: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (442.929 KB)

Abstract

Garam yang dihasilkan oleh peladangan garam rakyat di Indonesia masih memiliki kemurnian NaCl yang rendah (<90%). Dampak dari penggunaan garam dengan kemurnian yang rendah adalah kerugian di industri pengguna garam sebagai bahan baku. Rendahnya kemurnian NaCl yang dihasilkan disebabkan oleh sistem peladangan yang tidak benar dan juga tidak adanya maintain ekosistem peladangan garam. Pentingnya ekosistem adalah agar terciptanya interaksi biotik-biotik maupun biotik-abiotik pada ladang garam sehingga memungkinkan bagi bakteri-bakteri halofilik berwarna merah untuk tumbuh pada ladang garam. Bakteri halofilik ini merupakan salah satu komponen biotik yang sangat berpengaruh dalam proses peladangan garam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bakteri halofilik yang telah terimmobilisasi dalam meningkatkan kemurnian NaCl pada peladangan garam. Aplikasi ini dilakukan di ladang garam dengan 3 perlakuan yaitu 1 perlakuan peladangan menggunakan bakteri halofilik terimmobilisasi, 1 kontrol positif berupa peladangan garam tanpa pemberian bakteri terimmobilisasi namun dilakukan peladangan secara benar, 1 kontrol negatif berupa peladangan garam tanpa pemberian bakteri halofilik dan dilakukan peladangan secara tradisional. Setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali dan setiap perlakuan/pengulangan dilakukan pada lahan dengan luasan 1,5m x 4m dan tinggi muka air 9cm, dan parameter yang di ukur adalah kemurnian NaCl, Na, Cl, Mg, Kadar air dan bentuk kristal garam yang dihasilkan. Hasil dari penelitian ini adalah didapatkan kemurnian NaCl perlakuan dengan bakteri halofilik memiliki kemurnian rata-rata 94,15% kadar Na 37,04% Cl 57,11% Mg 1,07% kadar air 7,05% dengan bentuk kubus besar, kontrol positif menghasilkan NaCl 90,36% dengan Na 35,55% Cl 54,81 Mg 2,247% kadar air 11,09 dan bentuk kristal kubus kecil dan kontrol negatif menghasilkan NaCl 88,33% Na 34,75% Cl 53,58% Mg 2,09% kadar air 11,89% kristal berbentuk cone/piramida. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan bakteri halofilik terimmobilisasi dan teknik peladangan yang benar pada proses peladangan garam menghasilkan garam NaCl dengan kemurnian lebih tinggi dibanding perlakuan lainnya.