Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

SINDROM NEFROTIK RESISTEN STEROID Manalu, Erida
Jurnal Ilmiah Widya Vol 5 No 3 (2019)
Publisher : Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah III Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1553.855 KB)

Abstract

ABSTRAK: Sindrom Nefrotik Resisten Steroid (SNRS) adalah Sindrom Nefrotik yang gagal mencapai remisi setelah pemberian kortikosteroid dosis penuh dan alternatif. Penetapan remisi dilakukan dengan monitoring kadar protein dalam urin. Adanya proteinuria persisten dalam tiga kali pemeriksaan selama satu minggu menunjukkan bahwa pasien gagal mencapai remisi. Seorang anak laki-laki, usia 2 tahun dengan gejala edema anasarka, proteinuria masif, hipoalbuminemia, dan hiperlipidemia sesuai untuk Sindrom Nefrotik. Pasien sudah mendapat terapi prednison dosis penuh dan alternatif. Hasil urinalisis menunjukkan pasien mengalami proteinuria persisten sehingga didiagnosis sebagai Sindrom Nefrotik Resisten Steroid. Tujuan dari tulisan ini adalah menambah pengetahuan tentang Sindrom Nefrotik dan dapat mencegah terjadinya Sindrom Nefrotik Resisten Steroid (SNRS) dan komplikasi selanjutnya. Metode yang digunakan adalah studi kepustakaan dengan pendekatan deskriptif eksploratif dengan studi kasus dan penelusuran pustaka yang bersifat objektif, analitis, dan sistematis. Dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan proteinuria penting untuk mengetahui terjadinya remisi pada pasien SN juga penting untuk mengetahui keberhasilan terapi SNRS dan memprediksi progresifitas menjadi gagal ginjal terminal.
Pengaruh Edukasi Terhadap Pengetahuan Tentang Stunting di Kalangan Ibu Hamil di Puskesmas, Kota Jayapura, Papua Taraudu, Beatrice I.; Sihombing, Rodinda; Manalu, Erida
Majalah Kedokteran UKI Vol. 38 No. 1 (2022): JANUARI - APRIL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33541/mk.v38i1.5735

Abstract

Stunting atau tenkes merupakan kegagalan pertumbuhan pada balita akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak menjadi pendek. Masalah stunting menandakan gangguan gizi kronis yang dipengaruhi oleh kondisi ibu pada saat kehamilan dan kondisi kesehatan balita. Stunting antara lain disebabkan pengetahuan yang kurang tentang pentingnya pemenuhan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan. Semakin rendah pengetahuan ibu maka semakin beresiko kejadian stunting pada anak. Edukasi merupakan salah satu faktor penting dapat meningkatkan pengetahuan serta praktik ibu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi selama kehamilan dan setelah anak dilahirkan sebagai bentuk usaha mencegah kejadian stunting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi/penyuluhan tentang stunting pada ibu hamil di puskesmas, Kota Jayapura, Papua. Subyek penelitian terdiri atas 44 orang ibu hamil yang kebanyakan <20tahun, kebanyakan berpendidikan SMA, dan pendapatan rumah tangga <Rp. 1.500.000. Sebelum edukasi didapatkan 32 ibu hamil namun setelah edukasi didapatkan hanya satu orang ibu yang memiliki pengetahuan kurang, sementara 43 ibu memiliki pengetahuan yang baik, terdapat perbedaan signifikan pada sebelum dan setelah edukasi (t-test, p<0,05). Kata Kunci: Tenkes, ibu hamil, pengetahuan, edukasi Stunting or tenkes is a failure of growth in toddlers due to chronic malnutrition, so that children become short. The problem of stunting indicates a chronic nutritional disorder that is influenced by the condition of the mother during pregnancy and the health conditions of toddlers. Stunting is partly due to a lack of knowledge about the importance of nutritional fulfillment in the first 1000 days of life. The lower the mother's knowledge, the more risk the incidence of stunting in children. Education is one of the important factors that can increase the knowledge and practice of mothers in meeting nutritional needs during pregnancy and after the child is born as a form of effort to prevent stunting. This study aims to determine the effect of education/counseling on stunting in pregnant women at the health center in Jayapura City, Papua. The study subjects consisted of 44 pregnant women, most of whom were <20 years old, most of whom had a high school education, and household income <Rp. 1,500,000. Before education, there were 32 pregnant women but after counseling, only one mother had poor knowledge, while 43 mothers had good knowledge. There was a significant difference between before and after education (t-test, p<0.05). Keywords: Tenkes, pregnant women, knowledge, education
PRAKTEK WASH PADA ANAK STUNTING DI BABAKAN MANDANG SENTUL, JAWA BARAT: WASH PRACTICES IN CHILDREN STUNTING IN BABAKAN MANDANG SENTUL, WEST JAVA Reviani, Nia; Manalu, Erida; Kusumo, Pratiwi Dyah
HelFin Journal Vol. 2 No. 2 (2025): Juli
Publisher : Fakultas Vokasi Universitas Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33541/helfin.v2i2.7122

Abstract

Stunting merupakan kondisi defisiensi nutrisi kronis yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Kondisi stunting juga dipengaruhi oleh kesehatan lingkungan, kondisi keluarga, pola asuh anak, riwayat infeksi, sanitasi (sarana pembuangan limbah, perilaku hidup sehat), kondisi air minum, perilaku hidup sehat (pembuangan limbah, perilaku kebersihan tubuh dan lingkungan).  Oleh karenanya gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku dalam masyarakat khususnya ibu dan subyek dianalisis dengan menggunakan kuesioner WASH (Water, Sanitation, Hygiene). Penelitian ini memiliki tujuan utama untuk menganalisa perbedaan WASH pada anak stunting dan non-stunting di Posyandu Bidan Mega, Babakan Mandang, Sentul Jawa Barat pada Tahun 2022-2023. Metode penelitian Studi Kasus desain potong lintang, dengan 23 balita stunting dan 21 balita sehat usia 0-¬59 bulan. Wawancara orangtua/wali subyek dilakukan setelah penetapan status nutrisi (stunting) subyek berdasarkan ketentuan WHO dan Kemenkes. Hasil wawancara WASH menunjukkan adanya kecenderungan anak stunting tidak memiliki riwayat imunisasi yang lengkap dan lebih sering terkena penyakit infeksi khususnya Diare dan rawat inap. Terkait aspek WASH, aspek Sanitasi pola pembuangan sampah dan pengelolaan limbah lebih buruk pada anak stunting dibandingkan non-stunting, sedangkan pola praktek perilaku (hygiene practice) menjaga kebersihan sudah baik pada semua subyek. Pada aspek pengelolaan air tidak ada perbedaan yang mencolok antara anak stunting dan non-stunting. Dengademikian dapat disimpulkan bahwa Kesimpulan penelitian ini adalah Hygiene Practice Sanitasi lingkungan diasumsikan memengaruhi kejadian anak stunting di Babakan Mandang Sentul terutama pada aspek pengelolaan limbah atau sampah, sedangkan aspek hygiene practice dan pengelolaan air sudah baik.
Relationship between Increased Hematocrit Levels and Lowest Platelet Counts with Outcomes of Dengue Fever Patients in Children Tampubolon, Christine Handayani; Manalu, Erida; Dewi, Triana Paskah
Indonesian Journal of Global Health Research Vol 7 No 3 (2025): Indonesian Journal of Global Health Research
Publisher : GLOBAL HEALTH SCIENCE GROUP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37287/ijghr.v7i3.6189

Abstract

Aedes aegypti mosquitoes carry a virus that causes Dengue Hemorrhagic Fever (DHF), a disease that continues to be a major health concern in Indonesia, particularly for children. Because variations in hematocrit and platelet counts might reveal the severity of the illness, these tests are crucial for both diagnosing and tracking the progression of DHF. The purpose of this study is to create a picture of the patient demographics and to comprehend the association between hematocrit and platelet parameters and the clinical outcomes of juvenile DHF patients. Objective to determine whether there is a relationship between increased hematocrit levels and the lowest platelet count with the outcome of dengue fever patients in children at Ciracas Regional Hospital. This research was conducted through a quantitative descriptive model with a retrospective approach. Data collection was carried out through medical records of pediatric patients with DHF at Ciracas Regional Hospital in 2022-2024, including demographic data, hematocrit, platelet examination results, and patient outcomes. Data analysis through Univariate and Bivariate analysis with the C-Square test. From this research, it can be seen that the majority of patients experienced a decrease in platelets <50,000 and an increase in hematocrit values ≤20%. A significant correlation was found between low platelet levels and an increase of ≤20% in hematocrit levels with patient clinical outcomes with a p value = 0.000. An decreased in plateleft levels and an increased in hematocrited ≤20% are important indicators in determining the clinical outcomes of DHF in children. Patients can recover even with a decrease in platelet levels <50,000, allegedly due to good and appropriate medical intervention, and the low level of increase in hematocrit levels contributes to the patient's clinical outcomes.
Normal Burr Cell Value Range in Healthy Adults Luhulima, Danny Ernest Jonas; Manalu, Erida; Meijer, Eric; Amelia, Ria
Indonesian Journal of Global Health Research Vol 7 No 4 (2025): Indonesian Journal of Global Health Research
Publisher : GLOBAL HEALTH SCIENCE GROUP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37287/ijghr.v7i4.6409

Abstract

Burr cells or also known as echinocytes are erythrocytes with short spicules evenly spaced and appear pale in the middle. Burr cells are found in patients with chronic kidney disease, burns, liver disease, uremia, microangiopathic hemolytic anemia, pyruvate kinase deficiency, post-transfusion, or can be found in the form of artifacts. This study aims to find the range of normal burr cell values in healthy adults and to find the correlation between burr cells with urea, creatinine, cholesterol, SGPT, and gender. The method used is a quantitative descriptive research design with a cross-sectional approach. Samples were taken using a purposive sampling technique, and 54 subjects who met the inclusion and exclusion criteria were analyzed for patient characteristics and laboratory results. The results showed a very weak relationship between burr cells with gender, creatinine, and SGPT with a correlation value of <0.1 and a weak relationship between burr cells with urea and cholesterol with a correlation value of >0.1 - <0.3. The normal burr cell value range was obtained with a lower limit value of 0 and an upper limit value of 30.88 burr cells per 1000 erythrocytes.