Rahayu, Cherry
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Profil Terapi Antihipertensi dan Antihiperlipidemia Terhadap Fungsi Ginjal Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Komplikasi Penyakit Ginjal Kronis di RSUP Dr. Hasan Sadikin Rachmaini, Fitri; Amalia, Lia; Rahayu, Cherry
Pharmaceutical Sciences and Research Vol. 7, No. 1
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Chronic Kidney Disease (CKD) complication increases the risk of morbidity and mortality in type 2 diabetes mellitus (DMT2) patients. The presence of hypertension and dyslipidemia as comorbidity increases the risk of macrovascular and microvascular complications and further adding to the list of drugs used. Management of this comorbidity is essential to prevent cardiovascular events and minimize kidney damage. This study aimed to evaluate therapeutic profile of antihypertensive and antihyperlipidemia drugs towards kidney function in DMT2 patients with CKD complication at Dr. Hasan Sadikin Hospital. Study was done by using a prospective single cohort design with consecutive sampling technique and obtained 37 patients. Serum creatinine, ureum and eGFR values were collected from December 2017 to February 2018 and became the basis of analysis in this study. The result of this study showed that there was a significant decrease in creatinine serum (p < 0.05), ureum (p < 0.05) and a significant increase in eGFR value (p < 0.05) after three months therapy. Based on the result it can be concluded that therapeutic profile of antihypertensive and antihyperlipidemia can control kidney function in DMT2 patients with CKD complication after three months study based on serum creatinine, ureum and eGFR values.
NARRATIVE REVIEW: INCIDENCE, CAUSES AND INTERVENTION STRATEGIES OF MEDICATION ERRORS TO IMPROVE CHEMOTHERAPY SERVICES IN HOSPITALS Nurliyani, Hani; Alfian, Sofa Dewi; Rahayu, Cherry; Pradipta, Ivan Surya
Medical Sains : Jurnal Ilmiah Kefarmasian Vol 9 No 3 (2024)
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37874/ms.v9i3.1180

Abstract

Medication errors (MEs) are medication errors that have the potential to harm patients during treatment or care. Cancer care is a complex and interconnected system and many errors can be catastrophic. ME in antineoplastic drugs have the potential to cause permanent injury and even death. Evaluation measures of ME incidence in Indonesia are still not optimally carried out, thus leading to the need for a good understanding of the potential ME incidence, especially in cancer patient care. A good understanding of the incidence of medication errors will encourage preventive efforts against the potential occurrence of ME. This narrative review aims to provide information related to the incidence of ME in the Chemotherapy department at the hospital, the causative factors, and the handling and prevention efforts. Scientific information searches were conducted on the PubMed and Google Scholar databases for the period 2012-2022. The results showed that the incidence of ME mostly occurred in the prescription phase, namely in the form of dosage errors (45–59.3%), incomplete prescriptions (43–45.5%), drug frequency errors (30.4%), and     errors in patient name, age, and diagnosis data (22.5%). Several aspects contributing to the occurrence of ME were identified, including work procedures, staff, organizational systems, and staff understanding of medication regimens. This study concluded that there is a need to regulate and evaluate several aspects, including work procedures, availability of auxiliary systems, and increasing the capacity of human resources involved. This may prevent the occurrence of ME.
Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Sacubitril/Valsartan Dibandingkan Ramipril pada Pasien Gagal Jantung dengan Hipertensi di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung Marulin, Dita; Puspitasari, Irma Melyani; Rahayu, Cherry; Zakiyah, Neily
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 12, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15416/ijcp.2023.12.2.86

Abstract

Berdasarkan hasil uji klinis, penggunaan sacubitril/valsartan mempunyai efektivitas yang lebih baik pada pengobatan pasien gagal jantung kronis dengan pengurangan fraksi ejeksi (HFrEF) bila dibandingkan dengan terapi standar. Namun, efektivitas biaya dengan terapi sacubitril/valsartan pada rawat inap untuk gagal jantung di Indonesia belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas biaya terapi sacubitril/valsartan bila dibandingkan dengan terapi standar ACE inhibitor (ramipril) pada pasien gagal jantung dengan hipertensi yang dirawat inap di RSUP dr.Hasan Sadikin Bandung. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif dengan desain studi cross sectional dari rekam medis dan rincian biaya pengobatan pasien gagal jantung periode Januari sampai dengan Desember 2022. Hasil penelitian menunjukkan efektivitas penurunan MAP (Mean Arterial Pressure) pada terapi sacubitril/valsartan dan ramipril berturut-turut 14 mmHg dan 13 mmHg. Sedangkan lama rawat untuk terapi dengan sacubitril/valsartan selama 5 hari dan ramipril selama 6 hari. Total biaya berdasarkan perspektif rumah sakit untuk biaya rawat inap, biaya dokter, biaya pelayanan dan tindakan, biaya obat, biaya alkes, dan biaya laboratorium sebesar Rp 22.823.450 pada terapi sacubitril/valsartan dan Rp 18.121.600 pada terapi ramipril. Nilai Incremental Cost-Effectiveness Ratio (ICER) per penurunan 1 mmHg MAP dan per pengurangan 1 hari rawat yaitu Rp 4.701.800. Hasil analisis sensitivitas menunjukan efektivitas penurunan MAP, pengurangan hari rawat, biaya pelayanan dan tindakan, serta biaya alkes merupakan parameter yang berpengaruh terhadap ICER.  Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sacubitril/valsartan memiliki efektivitas terapi dan biaya yang lebih tinggi dibandingkan ramipril, dimana efektivitas obat merupakan faktor yang paling mempengaruhi nilai ICER.
Perbandingan Pemilihan Obat Antihipertensi pada Pasien Penyakit Ginjal Tahap Akhir yang Melakukan Hemodialisis dan Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis Wulandari, Wening; Suwantika, Auliya Abdurrohim; Zakiyah, Neily; Rahayu, Cherry; Ramadhani, Sitha Fitri
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 13, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15416/ijcp.2024.13.1.12

Abstract

Hipertensi merupakan salah satu penyakit penyerta yang sering terjadi pada pasien penyakit ginjal tahap akhir (PGTA) yang sedang melakukan hemodialisis (HD) dan continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD). Penggunaan obat antihipertensi yang tepat pada pasien PGTA dengan komorbid hipertensi dapat meningkatkan pengelolaan hipertensi, mengurangi risiko penyakit kardiovaskular, dan menurunkan angka morbiditas dan mortalitas. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pola penggunaan obat antihipertensi pada pasien PGTA yang menjalani HD dan CAPD, serta menganalisis pengaruhnya terhadap kontrol tekanan darah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan observasional, dengan pengumpulan data secara retrospektif melalui rekam medis di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung. Sebanyak 93 pasien yang terbagi dalam dua kelompok (HD=58 pasien; CAPD=35 pasien) berpartisipasi dalam penelitian ini. Masing-masing kelompok dilihat profil penggunaan obat antihipertensi dan efeknya terhadap tekanan darah. Analis statistik yang digunakan yaitu chi-square atau uji Fisher’s exact untuk mengetahui perbedaan antar kelompok HD dan CAPD. Hasil penelitian tidak menunjukkan perbedaan signifikan pada karakteristik pasien yang meliputi jenis kelamin, durasi dialisis, dan etiologi. Pada penelitian ini ditemukan sebanyak 34% pasien CAPD menggunakan tiga kombinasi antihipertensi, sedangkan 47% pasien HD menggunakan kombinasi dua obat. Amlodipin (46%) dan kandesartan (31%) merupakan obat antihipertensi yang paling sering diresepkan. Rata-rata tekanan darah setelah mengonsumsi antihipertensi yaitu 140/90 mmHg. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun pola penggunaan obat antihipertensi berbeda antara pasien HD dan CAPD, keduanya belum mencapai target kontrol tekanan darah yang optimal, menandakan perlunya pendekatan yang lebih tepat dalam pengelolaan hipertensi pada masing-masing kelompok.