Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

Review: Formulasi dan Evaluasi Sediaan Oral Effervescent Maratul Mahdiyyah; Irma Melyani Puspitasari; Norisca Aliza Putriana; Mas Rizky A.A Syamsunarno
Majalah Farmasetika Vol 5, No 4 (2020): Vol. 5, No. 4, Tahun 2020
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/mfarmasetika.v5i4.27278

Abstract

Rute pemberian oral menjadi rute pemberian yang paling popular dan paling sering digunakan dalam pengobatan pasien. Namun, salah satu masalah yang sering ditemui pada pasien dalam melakukan terapi dengan rute pemberian oral adalah adanya tidak kepatuhan dalam mengkonsumsi obat. Rasa yang tidak enak serta kemampuan beberapa pasien terutama lansia dan anak kecil yang tidak dapat menelan tablet menjadi alasannya. Effervescent menjadi salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam mengatasi masalah tersebut. Review ini akan menggambarkan beberapa formulasi dan evaluasi sediaan effervescent serta penerapannya dalam beberapa sistem pemberian obat terbaru. Pencarian literatur dilakukan menggunakan bantuan situs pencarian jurnal online Pubmed, dan ditemukan 21 artikel dari 265 artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi. Dari 21 artikel ini, 16 diantaranya adalah formulasi tablet effervescent. Metode granulasi basah diketahui merupakan metode terbaik dalam formulasi effervescent karena dapat meningkatkan daya alir serta indeks kompresibilitasnya. Asam sitrat dan natrium karbonat menjadi kombinasi agen effervescent yang paling sering digunakan.
POTENSI KITOSAN DALAM SISTEM PENGHANTARAN OBAT TERTARGET PADA ORGAN PARU HATI GINJAL DAN KOLON TIARA DIMAS HAPSARI; IRMA MELYANI PUSPITASARI
Farmaka Vol 16, No 2 (2018): Farmaka (Agustus)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (268.57 KB) | DOI: 10.24198/jf.v16i2.17838

Abstract

Sistem penghantaran obat tertarget dapat memperbaiki segi farmakokinetik dan biodistribusi obat, sehingga efek terapi yang dihasilkan lebih optimal dengan efek samping yang minimal. Dalam formulasinya, dibutuhkan suatu molekul pembawa yang dapat mengantarkan obat pada target spesifik. Kitosan merupakan polimer kationik alam yang dapat dikembangkan sebagai pembawa dalam sistem penghantaran obat karena sifat fisikokimia dan biologis yang unik, yaitu mucoadhesive, biocompatible, bio-degradable, tidak toksik, imunogenisitas yang rendah, dan kemampuan untuk mengantarkan obat pada target spesifik. Tujuan dari review ini adalah untuk mengetahui potensi kitosan sebagai pembawa dalam sistem penghantaran obat tertarget pada organ paru, hati, ginjal dan kolon. Metode dalam penyusunan review artikel yang digunakan ini adalah dengan penelusuran pustaka melalui mesin pencari Google. Berdasarkan hasil penelusuran, didapatkan 18 jurnal yang menunjukkan bahwa kitosan berpotensi sebagai pembawa untuk mengantarkan obat pada organ paru, hati, ginjal dan kolon. Pada masing-masing organ, kitosan memiliki mekanisme yang berbeda dalam perannya sebagai pembawa.
FARMAKOTERAPI DEPRESI DAN PENGARUH JENIS KELAMIN TERHADAP EFIKASI ANTIDEPRESAN AJENG RATNA NINGTYAS; Irma Melyani Puspitasari; Rano Kurnia Sinuraya
Farmaka Vol 16, No 2 (2018): Suplemen Agustus
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5601.292 KB) | DOI: 10.24198/jf.v16i2.17522

Abstract

Depresi merupakan penyakit yang berhubungan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyerta berupa perubahan pola tidur dan nafus makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa, dan tidak berdaya serta bunuh diri. Menurut WHO, terdapat 322 juta orang penderita depresi. Depresi menjadi penyebab utama bunuh diri yaitu 800.000 per tahun. Pengobatan depresi dengan menggunakan obat antidepresan. Review artikel ini bertujuan untuk mengetahui farmakoterapi yang tepat untuk mengobati depresi dan mengetahui pengaruh jenis kelamin terhadap efikasi antidepresan. Metode yang digunakan dalam review artikel ini adalah studi literature. Studi literature dilakukan dengan cara mencari jurnal, e-book, dan situs web yang membahas tentang farmakoterapi depresi dan pengaruh jenis kelamin terhadap efikasi antidepresan. Kriteria tahun penerbitan yang dikumpulkan adalah 10 tahun terakhir. Dari hasil studi literature didapatkan 17 jurnal, 5 e-book, dan 1 situs web. Dari studi yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa farmakoterapi depresi yang paling sering digunakan dan lini pertama adalah SSRI dan SNRI. Terdapat pengaruh jenis kelamin terhadap efikasi antidepresan.Kata Kunci: Depresi, Pengobatan, Farmakoterapi, Antidepresan
Farmakoterapi Gangguan Anxietas HILDA VILDAYANTI; Irma Melyani Puspitasari; Rano Kurnia Sinuraya
Farmaka Vol 16, No 1 (2018): Suplemen Juni
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (155.536 KB) | DOI: 10.24198/jf.v16i1.17446

Abstract

Gangguan anxietas merupakan gangguan yang paling umum terjadi yang berkaitan dengan mental, emosional dan perilaku. Gangguan anxietas ditandai dengan kecemasan yang berlebihan dan tidak realistis mengenai suatu hal. Menurut survei epidemiologi, sepertiga penduduk dunia dipengaruhi oleh gangguan anxietas selama masa hidupnya. Penentuan jenis gangguan anxietas diperlukan untuk memastikan pengobatan yang sesuai dengan jenis gangguannya. Review artikel ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai perkembangan pengobatan yang digunakan pada penderita gangguan anxietas berdasarkan tipe gangguannya. Sumber data yang digunakan untuk dijadikan referensi pada review artikel ini terdiri dari 20 jurnal ilmiah, 5 textbook, dan 2 website resmi yaitu National Institute of Mental Health dan Ministry of Health. Pengobatan untuk gangguan anxietas mencakup berbagai antidepresan (SSRIs, SNRIs, TCAs, dan MAOIs), anti-anxietas (benzodiazepin dan buspiron), serta β-blockers. Berdasarkan beberapa guideline, SSRIs direkomendasikan sebagai first-line terapi untuk sebagian besar gangguan anxietas.Kata kunci: Gangguan Anxietas, Tipe Anxietas, Farmakoterapi
EFEK SAMPING PENGGUNAAN WARFARIN DAN KOMBINASI WARFARIN DENGAN OBAT LAIN RESTU AMELIA APRIYANDI; IRMA MELYANI PUSPITASARI; NORISCA ALIZA PUTRIANA
Farmaka Vol 18, No 2 (2020): Farmaka (September)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v18i2.27608

Abstract

ABSTRAKWarfarin merupakan salah satu obat yang digunakan untuk mengobati dan mencegah trombosis dalam berbagai keadaan klinis.Penggunaan obat ini dapat menyebabkan permasahan apabila digunakan dalam dosis yang tidak tepat. Masalah yang timbul dari penggunaan warfarin adalah akibat dari variasi respon antar individu, sehingga sulit untuk mendapatkan dosis yang tepat bagi setiap pasien. Hal ini menyebabkan efek samping obat. Artikel merupakan studi literatur yang bertujuan untuk mengetahui berbagai efek samping yang ditimbulkan akibat penggunaan warfarin pada studi klinis dalam 5 tahun terakhir. Pencarian literatur menggunakan basis data elektronik PubMed dilakukan pada bulan Mei 2020. Dua belas studi diidentifikasi dari 116 studi yang ditemukan. Efek samping yang ditimbulkan akibat penggunaan warfarin pada studi klinis diantaranya yaitu terjadi perdarahan, nekrosis kulit, vaskulitis leukositoklastik,  gangguan ginjal, dan eosinophilia. Perdarahan merupakan efek samping yang paling banyak terjadi.Kata Kunci: Warfarin, efek samping, perdarahan, studi literatur ABSTRACTWarfarin is a drug used to treat and prevent thrombosis in a variety of clinical settings. The use of this drug can cause problems when used in the wrong dosage. Problems arising from the use of warfarin are the result of variations in responses between individuals, making it difficult to get the right dose for each patient. This causes the side effects of the drug. The article is a literature study that aims to find out various side effects caused by the use of warfarin in clinical studies in the last 5 years. A literature search using the PubMed electronic database was conducted in May 2020. Twelve studies were identified from 116 studies found. Side effects caused by the use of warfarin in clinical studies include bleeding, skin necrosis, leukocytoclastic vasculitis, kidney disorders, and eosinophilia. Bleeding is the most common side effect.Kata Kunci: Warfarin, Side Effect, Bleeding, Literatur Study
FARMAKOTERAPI GANGGUAN BIPOLAR UZLIFATUL ZANNAH; IRMA MELYANI PUSPITASARI; RANO KURNIA SINURAYA
Farmaka Vol 16, No 1 (2018): Suplemen Juni
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5200.403 KB) | DOI: 10.24198/jf.v16i1.17466

Abstract

Gangguan bipolar merupakan salah satu penyakit psikiatri kronis yang menyebabkan perubahan suasana hati yang tidak normal. Gangguan bipolar ditandai dengan adanya episode mania atau hipomania disertai episode depresi. Menurut WHO, pada tahun 2004 gangguan bipolar mempengaruhi sekitar 29,5 juta individu. Gangguan bipolar bersifat kambuhan sehingga diperlukan pengobatan jangka panjang untuk mencapai keberhasilan terapi. Obat – obat utama yang digunakan dalam pengobatan gangguan ini adalah agen mood stabilizer, antipsikotik dan antidepresan. Pada studi ini dibahas mengenai farmakoterapi gangguan bipolar. Data-data yang digunakan diperoleh dengan penelusuran melalui internet. Berdasarkan hasil review dari 25 sumber data yang didapatkan berupa jurnal ilmiah, e-book dan guideline yang dikeluarkan oleh American Psychiatric Association dan NIMH. Litium merupakan agen lini pertama yang digunakan dalam pengobatan gangguan bipolar.Kata kunci: Bipolar, farmakoterapi, mood stabilizer, antipsikotik, antidepresan
Adverse Drug Events Pengunaan Valproat pada Penelitian Klinis Angela Aprilia Karyadi; Irma Melyani Puspitasari
Farmaka Vol 19, No 2 (2021): Farmaka (Juli)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v19i2.32814

Abstract

Valproat adalah obat antiepilepsi generasi pertama yang banyak digunakan, terutama pada pengobatan epilepsi dan gangguan bipolar. Valproat memiliki spektrum aktivitas yang sangat luas, memiliki efikasi yang baik, dan secara farmakoekonomi efektif karena aman dan murah. Namun, adverse drug events (ADE) telah dilaporkan sehubungan dengan penggunaan asam valproat, baik sebagai monoterapi atau politerapi dengan obat antiepilepsi lain atau obat antipsikotik. Sebanyak 14 artikel yang memuat uji klinis dari berbagai jenis valproat serta turunannya yang meliputi asam valproat, sodium valproat, divalproat, divalproex sodium (asam valproat 1:1 sodium valproat), serta bentuk semi-sodium lainnya dari valproat telah dikumpulkan. Artikel-artikel tersebut memuat valproat sebagai obat uji, obat pembanding, serta ajuvan. Adverse drug events valproat adalah kenaikan berat badan, dehidrasi, disfungsi hati, gangguan pada sistem saraf berupa somnolen dan rasa kantuk, gangguan latensi P300 dan P100, tremor, akathisia, gangguan gastrointestinal, trombositopenia, gangguan menstuasi, gangguan saluran pernapasan, serta gangguan kulit berupa kerontokan rambut dan alopecia. Gangguan metabolik berupa kenaikan berat badan adalah ADE yang paling sering ditemukan dalam pemakaian valproat.
Modulation of Caspase-3 Expression by Arcangelisia flava Post Acetaminophen-Induced Hepatotoxicity in Rat’s Liver Steffi Liem; Tina Rostinawati; Ronny Lesmana; Sri Adi Sumiwi; Tiana Milanda; Mutakin Mutakin; Irma Melyani Puspitasari; Jutti Levita
The Indonesian Biomedical Journal Vol 10, No 2 (2018)
Publisher : The Prodia Education and Research Institute (PERI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18585/inabj.v10i2.412

Abstract

BACKGROUND: Acetaminophen, when used at low doses is a safe drug, but at higher doses it induces apoptosis in hepatoma cells. Arcangelisia flava that grows widely in Kalimantan Island, Indonesia, contains berberine which is effective in protecting the liver. This work was aimed to study the effect of A. flava extract on the modulation of caspase-3 in acetaminophen-induced hepatotoxicity.METHODS: Thirty-five Wistar male rats were divided into groups: I the normal control (water); II the negative control (Arabic gum powder or PGA, 2% in suspension); III the positive control (silymarin); IV-VII (A. flava extract 100, 200, 400, and 800 mg/Kg of body weight (BW), respectively) for 14 days. At day 15th, group II-VII were induced with acetaminophen 1000 mg/Kg of BW per oral for 7 days along with the extracts. At day 22nd, the animals were measured for their serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT), serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT) and gamma-glutamyl transferase (GGT), histological examination, and Western blotting.RESULTS: Acetaminophen elevated the SGOT and SGPT (3x compared to normal group), and GGT (5x compared to normal group) of the animals in group II. Pre-treatment with higher doses of A. flava extract (group VI and VII) significantly prevented the biochemical changes induced by acetaminophen. Normal histology of the liver was showed by group I, III, VII, whereas dilated sinusoids, central vein (CV) lesion, and local haemorrage were observed in group II, IV, V and VI. Western blotting showed an inhibition of caspase-3 expression by A. flava extract in dose-dependent manner.CONCLUSION: A. Higher dose A. flava extract shows hepatoprotective activity by preventing the elevation of serum transaminases and transferase levels. Eventually, no damage in the acetaminophen-induced rat’s liver was observed. This plant modulates the expression of caspase 3 protein in dose-dependent manner.KEYWORDS: Arcangelisia sp, caspase-3, berberine, hepatoprotective activity, NSAIDs, yellow root
Serum Free Zinc as A Predictor for Excessive Function of Pancreatic Beta-Cells in Central-Obese Men Miftakh Nur Rahman; Indriyanti Rafi Sukmawati; Irma Melyani Puspitasari; Miswar Fattah
The Indonesian Biomedical Journal Vol 11, No 3 (2019)
Publisher : The Prodia Education and Research Institute (PERI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18585/inabj.v11i3.618

Abstract

BACKGROUND: Central obesity is known as a risk factor for type 2 diabetes mellitus (T2DM). Its development is influenced by many factors such as a progressive failure of pancreatic beta cell function. The beta cells increase their function to secret insulin along T2DM development to compensate before it becomes exhausted. Zinc (Zn) plays a crucial role in beta cell function and insulin secretion. The majority of Zn in serum are bound to protein which is not readily available interact with cells. The free Zn in serum has been suggested as being more representative than total Zn in beta cell function. This research aimed to investigate the correlation between serum free Zn and homeostasis model assessment for beta cell function (HOMA-B) and to predict the pancreatic beta cell function in the development of T2DM.METHODS: This study was designed as an observational with a cross-sectional approach. The subjects were centrally obese men aged 30-50 years and who had met the inclusion and exclusion criteria from the screening tests. Control subjects were lean men without T2DM. Serum free Zn and serum total Zn were measured by using inductively coupled plasma-mass spectrometry (ICP-MS).RESULTS: There was positive correlation between serum free Zn and HOMA-B (R=0.361, p-value<0.001) but there was no correlation between serum total Zn and HOMA-B (R=-0.062, p-value=0.563). This study found that if the concentration of serum free Zn >1.7 ug/dL in central obese men was suggested as an excessive function of pancreatic beta cell and as an early warning before its exhausted.CONCLUSION: This study suggested that serum free Zn had a correlation with beta cell function and had a predictive ability for beta cell excessive function before its exhausted.KEYWORDS: Type 2 diabetes mellitus, HOMA-B, serum free zinc, central obesity 
Cogongrass (Imperata cylindrical L.) Roots Ethanol Extract to Improve Hematological Profile in Carbon Tetrachloride-Injection Mice Model Anisah Dahlan; Fitria Hariati Ramdhani; Neni Anggraeni; Irma Melyani Puspitasari; Mirasari Putri; Mas Rizky A. A. Syamsunarno
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 8, No 3 (2020)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (54.343 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v8i3.6605

Abstract

Carbon tetrachloride (CCL4) is widely used in industry, toxic to the environment and humans, and most often used as a model of acute liver damage and liver fibrosis in experimental animals. Liver damage can deteriorate the hematological profile. The roots of cogongrass (Imperata cylindrica L.) have been used as traditional medicine due to its antioxidant activity. This study was conducted at the Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran, from January to March 2019. The study aimed to investigate whether the cogongrass roots ethanol extract (CGRE) can ameliorate the disturbance in the hematological profile in acute CCl4-injected mice. CGRE in dose 150 and 200 mg/kgBW was given orally to mice for four weeks before intraperitoneal injection of CCl4 1 mL/kgBW in olive oil (1:1 v/v). After 48 hours, mice were sacrificed, and the whole blood was drawn for hematological analysis. As a result, mean corpuscular volume (MCV) was reduced in CCl4-induction mice treated with CGRE in dose 150 mg/kgBW (49.25±3.06 vs 43.38±2.13 fl, p<0.05). This condition was followed by the improved hematocrit (Hct) and mean corpuscular hemoglobin concentration (MCHC). Platelet and platelet crit (Pct) levels were tended to decrease in CCl4-induction mice treated with CGRE in dose 150 mg/kgBW. In conclusion, CGRE dose 150 mg/kg BW can improve MCV, Hct, MCHC, platelet, and Pct in CCl4-injection mice. The antioxidant level in CGRE might facilitate it. EKSTRAK ETANOL AKAR ALANG-ALANG (IMPERATA CYLINDRICAL L.) MEMPERBAIKI PROFIL HEMATOLOGI PADA MENCIT YANG DIINJEKSI CARBON TETRACHLORIDECarbon tetrachloride (CCL4) banyak digunakan pada industri, bersifat toksik bagi lingkungan dan manusia, serta sering digunakan pada hewan coba untuk kerusakan liver akut dan fibrosis. Kerusakan liver dapat menyebabkan gangguan profil hematologi. Akar alang-alang (Imperata cylindrica L.) telah digunakan sebagai obat tradisional karena memiliki aktivitas antioksidan. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran pada bulan Januari hingga Maret 2019. Tujuan penelitian ini adalah meneliti apakah ekstrak etanol akar alang-alang dapat memperbaiki gangguan profil hematologi pada mencit yang diinjeksi CCL4 secara akut. Ekstrak etanol akar alang-alang (EEAA) dosis 150 dan 200 mm/kgBB diberikan per oral kepada mencit selama empat minggu sebelum injeksi intraperitoneal CCl4 1 mL/kgBB yang dilarutkan dalam minyak zaitun (1:1 v/v). Setelah 48 jam, mencit dikorbankan dan diambil darahnya untuk pemeriksaan hematologi. Sebagai hasil, mean corpuscular volume (MCV) menurun pada mencit yang diinduksi CCl4 dengan perlakuan EEAA 150 mg/kgBB (49,25±3,06vs 43,38±2,13 fl, p<0,05). Keadaan ini diikuti dengan perbaikan hematokrit (Hct) dan mean corpuscular hemoglobin concentration (MCHC). Kadar platelet dan platelet crit (Pct) cenderung menurun pada mencit yang diinduksi CCl4 dengan perlakuan EEAA 150 mg/kgBB. Sebagai simpulan, EEAA dosis 150 mg/kgBB dapat memperbaiki MCV, Hct, MCHC, platelet, dan Pct pada mencit yang diinjeksi CCL4. Kemungkinan difasilitasi oleh antioksidan pada EEAA.