Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

The Correlation Between Risk Factors and The Incidence of Traumatic Cataract Due to Blunt Trauma In Soetomo General Hospital Surabaya April 2017 – March 2020 Faiqoh, Maimanah Zumaro Ummi; Wahyuni, Indri; Umijati, Sri; Hermawan, Dicky
Syntax Literate Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : CV. Ridwan Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (623.546 KB) | DOI: 10.36418/syntax-literate.v6i2.4862

Abstract

Backgrounds: Cataract is the cause of 51% of blindness in the world. Cataracts can be caused by eye trauma, where 55 million eye trauma incidences are recorded annually. The most common trauma is blunt trauma. Based on previous studies, there were different research results on risk factors for eye trauma, and there were still few studies on traumatic cataracts due to blunt trauma. This study aims to determine the correlation between risk factors and the incidence of traumatic cataracts due to blunt trauma. Methods: This study is an analytical study with a cross-sectional approach. The sampling technique used is total sampling with 52 samples of traumatic cataract patients in Dr. Soetomo General Hospital. The independent variables are the risk factors for age, gender, type of work, and location of trauma. The dependent variable is the incidence of traumatic cataracts due to blunt trauma. The data was collected with medical records and were analyzed using the chi-square test. Results: A total of 21 patients (40.4%) had traumatic cataracts due to blunt trauma, and 31 patients (59.6%) had traumatic cataracts due to other trauma. The significance value of the correlation between age, gender, type of work, and location of trauma with the incidence of traumatic cataract due to blunt trauma respectively p=0.557, p=0.675, p=0.198, and p=0.512, which means p >0.05, so there is no significant correlation. Conclusion: There is no correlation between the risk factors and traumatic cataracts due to blunt trauma
Familial Congenital Aniridia with Subluxated Lens and Glaucoma Perwitasari, Birgitta Henny; Hermawan, Dicky
Vision Science and Eye Health Journal Vol. 3 No. 1 (2023): Vision Science and Eye Health Journal
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/vsehj.v3i1.2023.17-22

Abstract

Introduction: Congenital aniridia is a bilateral iris aplasia or hypoplasia associated with other ocular disorders. The purpose of this case report is to describe the clinical manifestation of congenital aniridia in two members of one family. Case Presentation: The first patient (mother) is a 43-year-old and the second patient (daughter) is a 12-year-old. Both patients complained of blurred vision since childhood. The visual acuity of the first patient was a positive light perception on the right eye (RE) and no light perception on the left eye (LE); the visual acuity of the second patient was 1/60 on the RE and 3/32 on the LE. Both patients had horizontal nystagmus and increased intraocular pressure (IOP) (N+1 palpation) in both eyes. Anterior segment abnormalities of both patients include aniridia with iris rudimentary and superiorly subluxated lens. The first patient also had LE corneal leukoma and RE cataract. The second patient also had right and left eye corneal conjunctivalization. Fundus examination showed no fundus reflex on the first patient and tigroid retina with foveal hypoplasia on the second patient. Eye ultrasounds of both patients showed vitreous opacity. Conclusions: Congenital aniridia primarily originates from a mutation in the paired box gene-6 (PAX6) and is associated with other ocular anomalies such as nystagmus, amblyopia, keratopathies, cataract, lens luxation, glaucoma, fovea, optic nerve hypoplasia. Patients in this case showed similar conditions between mother and daughter, however, the mother's condition was more advanced and more degenerated than the daughter's condition.
Membangun Komunitas Berkelanjutan: Pendekatan Multifaset dalam Pembangunan di Desa Cikeleng, Kuningan Zaliluddin, Dadan; Prasetyo, Tri Ferga; Bastian, Ade; Sujadi, Harun; Destiani, Putri; Nugraha, Faisol; Nurhilda, Pebby; Azkiya, Muhammad Azkal; Salwa, Alya Jihan; Khoerunissa, Salsa; Nurhimah, Enung; Haq, Rosdiana; Permana, Iip Indra; Jabbar, Fathir Abdul; Riepah, Ipah; Permana, Indra; Hermawan, Dicky; Sudjana, Muhammad Ridwan Shaleh; Fitriani, Nadila; Prahara, Ervin Gusti Dwi; Wahyuni, Kartika Sri; Nurfajriah, Riska; Wiranagari, Relifa G; Badhel, Yasser Gibran
BERNAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 6 No. 1 (2025)
Publisher : Universitas Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31949/jb.v6i1.11179

Abstract

Di Desa Cikeleng, Kecamatan Japara, Kabupaten Kuningan, ada program pengabdian masyarakat yang bertujuan untuk mengatasi berbagai masalah dengan menggunakan pendekatan pembangunan komunitas yang berkelanjutan. Pencegahan stunting, pemberdayaan UMKM melalui branding kreatif, peningkatan ketahanan pangan, dan pemanfaatan teknologi e-commerce adalah tantangan utama yang ditargetkan oleh program ini. Mahasiswa Universitas Majalengka bekerja sama dengan para pemangku kepentingan lokal menjalankan program ini. Penyuluhan pendidikan, lokakarya partisipatif, dan pelatihan langsung digunakan untuk memberdayakan masyarakat dengan kemampuan dan pengetahuan yang berguna. Hasil dari inisiatif pencegahan stunting menunjukkan bahwa ibu hamil lebih mengetahui tentang pentingnya nutrisi, yang berkontribusi pada hasil kesehatan anak yang lebih baik. UMKM lokal dapat meningkatkan kehadiran pasar mereka melalui lokakarya branding kreatif dan pelatihan e-commerce. Selain itu, inisiatif ketahanan pangan meningkatkan praktik pertanian dengan mengajar warga bagaimana membuat pupuk organik dan berkebun di pekarangan mereka sendiri; ini diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan makanan lokal. Program ini menunjukkan bahwa menerapkan berbagai pendekatan untuk mendorong pertumbuhan berkelanjutan di komunitas pedesaan sangat penting. Hasilnya menunjukkan bahwa metode seperti ini dapat menghasilkan peningkatan yang signifikan dan berkelanjutan dalam stabilitas ekonomi, kesejahteraan keseluruhan, dan kesehatan masyarakat
Pengaruh Variasi Arus Las 100 A, 110 A, Dan 120 A Terhadap Kekuatan Tarik Baja St 37 Setelah Quenching Hermawan, Dicky; Ridwan; Herlambang, Purnomo
Prosiding Seminar Nasional Sains Teknologi dan Inovasi Indonesia (SENASTINDO) Vol. 6 (2024): Prosiding Seminar Nasional Sains Teknologi dan Inovasi Indonesia (Senastindo)
Publisher : Akademi Angkatan Udara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Baja merupakan salah satu material yang tak tergantikan dalam berbagai aplikasi industri, konstruksi, dan manufaktur. Salah satu aspek penting dalam penggunaan baja adalah sifat mekaniknya, khususnya kekuatan tarik. Salah satu metode yang digunakan untuk meningkatkan kekuatan tarik baja adalah dengan proses pendinginan cepat (quenching). Namun, selain quenching, pengelasan juga merupakan proses penting dalam pengolahan baja, dan kuat arus pengelasan dapat memengaruhi sifat mekanik baja secara signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengaruh variasi kuat arus pengelasan (100 A, 110 A, dan 120 A) terhadap kekuatan tarik las pada baja ST 37 yang telah mengalami proses pendinginan cepat (quenching) dan memberikan rekomendasi mengenai penggunaan kuat arus pengelasan yang optimal dalam kombinasi proses pendinginan cepat (quenching) untuk mencapai kekuatan tarik yang diinginkan pada baja ST 37. Data hasil pengujian tarik menunjukkan variasi yang signifikan antara ketiga variasi kuat arus pengelasan 100 A, 110 A dan 120 A terhadap baja ST 37 yang telah mengalami proses pendinginan cepat (quenching). Variasi 110 A menunjukkan tegangan rata-rata tertinggi sebesar 199,485 N/mm2, diikuti oleh 100 A (172,734 N/mm2) dan 120 A (161,182 N/mm2). Modulus elastisitas terbesar terjadi pada variasi 100 A dengan nilai rata-rata mencapai 25788,033 N/mm2, sementara nilai terendah terjadi padavariasi 110 A (12563,533 N/mm2). Regangan rata-rata tertinggi terjadi pada variasi 120 A (0,022), diikutioleh 110 A (0,018) dan 100 A (0,008). Disimpulkan bahwa penggunaan kuat arus pengelasan 100 A merupakan pilihan yang paling optimal untuk mencapai kekuatan tarik yang diinginkan pada baja ST 37 yang telah mengalami proses pendinginan cepat (quenching).