Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Identifikasi Dinamika Spasial Sumberdaya Mangrove di Wilayah Pesisir Kabupaten Demak Jawa Tengah Septiana Faturrohmah; Bramantyo Marjuki
Majalah Geografi Indonesia Vol 31, No 1 (2017): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (313.862 KB) | DOI: 10.22146/mgi.24234

Abstract

Sebagai salah satu sumberdaya pesisir, hutan mangrove memiliki fungsi sosial ekonomi, fungsi ekologis, dan fungsi fisik. Namun demikian, sebagian hutan mangrove di pesisir Kabupaten Demak berada pada kondisi rusak. Menurut data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Demak, pada tahun 2011 luas ekosistem mangrove di Kabupaten Demak sekitar 8 % dalam kondisi rusak. Sebagai salah satu upaya perlindungan wilayah pesisir di Kabupaten Demak, maka diperlukan revitalisasi hutan mangrove melalui kegiatan konservasi. Kegiatan konservasi dapat berjalan lebih efektif apabila diawali dengan proses perencanaan berdasarkan data-data, inventarisasi, dan pemantauan. Maksud penelitian ini adalah untuk memberikan kontribusi terkait arahan spasial perencanaan konservasi mangrove di wilayah pesisir Kabupaten Demak melalui identifikasi distribusi dan luas tutupan hutan mangrove serta dinamikanya dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif sederhana dengan bantuan data citra penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2010-2015), distribusi spasial dan luasan hutan mangrove di wilayah pesisir Kabupaten Demak secara umum tidak mengalami perubahan yang besar, yaitu hanya mengalami penurunan seluas 68,17 Ha. Akan tetapi, dalam pengamatan yang lebih detail pada lingkup kecamatan dan desa, perubahan distribusi dan luasan terlihat lebih variatif. As the one of coastal resource, mangrove has socio-economic, and physical functions. Unfortunately, certain extent of the mangrove forests in coastal area of Demak Regency has been degraded over time. Department of Marine and Fisheries of Demak Regency has been informed that at 2011, about 8 % of mangrove area in Demak Regency is in damaged condition. In order to protect the coastal area of Demak Regency, it necessary to revitalize mangrove forest by conservation programme. Conservation can be effective if started by data inventaritation and monitoring-based planning. The aim of this study is to give a contribution on spatial planning of mangrove conservation in coastal area of Demak Regency through mangrove distribution, area, and its dynamics identifications. The dynamics of the mangrove area will be identified for the last five years. The analysis method used in this study is based on qualitative assessment aided by support of remote sensing data and Geographic Information System. The study results show that in the last five years (2010-2015), mangrove forests in Demak Regency didn’t change drastically, instead it is only decreased around 68,17 Hectars. However, observation and analysis on more detailed scale (sub district and village level) shows that the dynamics of mangrove area and its distribution varies significantly.
Variable precision rough set model for attribute selection on environment impact dataset Ani Apriani; Iwan Tri Riyadi Yanto; Septiana Fathurrohmah; Sri Haryatmi; Danardono Danardono
International Journal of Advances in Intelligent Informatics Vol 4, No 1 (2018): March 2018
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26555/ijain.v4i1.109

Abstract

The investigation of environment impact have important role to development of a city. The application of the artificial intelligence in form of computational models can be used to analyze the data. One of them is rough set theory. The utilization of data clustering method, which is a part of rough set theory, could provide a meaningful contribution on the decision making process. The application of this method could come in term of selecting the attribute of environment impact. This paper examine the application of variable precision rough set model for selecting attribute of environment impact. This mean of minimum error classification based approach is applied to a survey dataset by utilizing variable precision of attributes. This paper demonstrates the utilization of variable precision rough set model to select the most important impact of regional development. Based on the experiment, The availability of public open space, social organization and culture, migration and rate of employment are selected as a dominant attributes. It can be contributed on the policy design process, in term of formulating a proper intervention for enhancing the quality of social environment.
DROUGHT HAZARD CHARACTERISTIC USING SOIL MOISTURE DEFICIT INDEX MODELLING Lulu Mari Fitria; Septiana Fathurrohmah
Geoplanning: Journal of Geomatics and Planning Vol 5, No 1 (2018)
Publisher : Department of Urban and Regional Planning, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/geoplanning.5.1.91-100

Abstract

Drought happen when the rainfall decreases in the extreme condition for long period of  time (above normal). Drought hazard mapping can be analyzed by various approaches, like environmental approach, ecological approach, hydrological approach, meteorological approach, geological approach, agricultural approach, and many other. Badan Meteoroligi dan Geofisika (BMKG) measures the drought hazard by utilizing Standardized Precipitation Index (SPI)The comparison of rainfall rate through SPI has positive correlation with drought type, for example SPI 3 indicates agricultural drought; while SPI 6, SPI 9 and SPI 12 indicate hydrological drought. The analysis of drought hazard level also can be done using soil moisture level measurement. Soil moisture is the result of water shortages in the hydroclimatological concept. Soil moisture analysis utilizes several influenced variables, such as soil water, precipitation, evapotranspiration, and percolation. Each of variables was analyzed using GIS Software as a method of soil moisture modeling. Drought index level analysis is using soil moisture deficit index, which indicates that drought occurs if the index score less than (-0,5). Some assumptions used in this modeling are both SMDI modeling using WHC (Water Holding Capacity) and  without using WHC. This modeling used medium term analysis during 2007-2012 to prove the occurrence of extreme drought on 2009 and 2012 for measurement of drought level in agriculture area. Based on SMDI, it is known that the dangers of SMDI drought have positive correlation to SPI 3, SPI 6, SPI 9, and SPI 12, where SPI is in accordance with the interpretation of meteorolgy, agriculture, and hydrological drought indices. 
DINAMIKA RUANG BUDAYA PADA KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTAGEDE YOGYAKARTA Ogi Dani Sakarov; Septiana Fathurrohmah
Plano Madani : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 7 No 2 (2018)
Publisher : Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jpm.v7i2.5926

Abstract

Kotagede merupakan salah satu kawasan pusat kebudayaan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini menjadikan pemerintah menetapkan kawasan tersebut sebagai kawasan cagar budaya yang dilindungi undang-undang, dimana salah satu tujuannya adalah untuk mengendalikan dinamika budaya yang terjadi di Kawasan tersebut. Besarnya arus modernisasi dan akulturasi budaya menjadikan Kotagede memberikan dampak positif maupun negatif bagi perkembangan budaya local dimana budaya ini secara tidak langsung akan mempengaruhi perkembangan ruang Kawasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati dinamika dari perkembangan ruang budaya pada Kawasan cagar budaya Kotagede, lebih khusus pada alur perkembangan ruangnya. Penelitian ini berlokasi di Kawasan Cagar Budaya Kotagede Yogyakarta, dengan fokus pada ruang-ruang aktivitas budaya. Penelitian ini menggunakan metode induktif kualitatif fenomenologis, yang lebih fokus pada fenomena dan keunikan yang ada pada Kawasan. Setelah dilakukan analisis, diketahui bahwa perkembangan ruang budaya Kawasan tidak bisa lepas dari arus modernisasi dan akulturasi budaya dimana perkembangan budaya ini juga mempengaruhi perkembangan ruang Kawasan. Ada  dua (2) konsep perkembangan ruang yang ada pada Kawasan Cagar Budaya Kotagede : (1) konsep alur perkembanan ruang budaya Kawasan, (2) konsep akulturasi dan modernisasi ruang kawasan.
Clustering human perception of environment impact using Rough Set Theory Ani Apriani; Iwan Riyadi Yanto; Septiana Fathurrohmah; Sri Haryatmi; D Danardono
Proceeding of the Electrical Engineering Computer Science and Informatics Vol 5: EECSI 2018
Publisher : IAES Indonesia Section

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (268.63 KB) | DOI: 10.11591/eecsi.v5.1727

Abstract

Rough set is a set theory which is have been applied in the many areas. One of them is in data mining. The utilization of feature selection and clustering methods, that are a part of data mining application, could contribute for decision support. This paper investigates the application of rough set theory to select attribute and cluster environment impact. The Maximum Dependency Attribute (MDA) and fuzzy partition based on indiscernible relation are used to select the most important impact and cluster the object using the selected attributes, respectively. The data are collected from the field survey at identifying the environmental impact experienced by several communities in Yogyakarta, Indonesia. The results show that the water quality is the important attribute on physical and chemical aspects. Furthermore, on economic aspect, the highest attributes are immigration and employee absorption. Moreover, the number of cluster recommended is 9 based on the silhouette coefficient which is rising 0.9. This paper can be used to make recommendation to improve the quality of social environment.
Kajian Struktur Ruang Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Merapi Kabupaten Sleman Septiana Fathurrohmah
Retii Prosiding Seminar Nasional ReTII ke-12 2017
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Di Indonesia, korban jiwa akibat bencana gunungapi menduduki urutan terbanyak kedua setelah tsunami. Gunungapi Merapi yang terletak di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Provinsi Jawa Tengah merupakan gunungapi di Indonesia yang paling aktif. Setidaknya terdapat sekitar 40.000 penduduk bertempat tinggal di Kawasan Rawan Bencana yang terancam oleh bahaya primer Pyroclastic Flow (aliran awan panas) dan bahaya sekunder berupa aliran lahar. Di sisi lain, Gunungapi Merapi memiliki nilai penting bagi masyarkat sekitar, baik dari aspek ekonomi maupun sosial budaya, selain itu juga memiliki fungsi ekologis yang besar. Pada aspek perkembangan wilayah, beberapa kecamatan di lereng Merapi di wilayah Kabupaten Sleman merupakan kawasan strategis pertumbuhan ekonomi.. Namun demikian, pelaksanaan pembangunan dan pengembangan wilayah Kabupaten Sleman hendaknya memperhatikan aspek mitigasi bencana mengingat sebagian wilayahnya berada di Kawasan Rawan Bencana (KRB) Merapi. Upaya penurunan tingkat kerentanan bencana dapat beriringan dengan proses perencanaan pembangunan dan tata ruang. Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan kontribusi terhadap kajian aspek kebencanaan dalam penataan ruang. Lebih spesifik, tujuan penelitian ini adalah mengkaji struktur ruang di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Merapi di Kabupaten Sleman. Penelitian ini menerapkan analisis deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode studi kepustakaan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kajian kebijakan dan data instansional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pusat kegiatan perkotaan di wilayah penelitian berdekatan ataupun berada di KRB. PKN dan sebagian PPK di wilayah penelitian memiliki potensi risiko bencana yang tinggi. Selain itu, masih diperlukan pengembangan sarana dan prasarana mitigasi bencana di beberapa pusat kegiatan di tingkat PKN dan PKL.Kata kunci: Kawasan Rawan Bencana, Mitiggasi bencana, Struktur ruang
Identifikasi Aspek-Aspek Tata Ruang Islami Pada Kawasan Cagar Budaya Kotagede Yogyakarta Ogi Dani Sakarov; Septiana Fathurrohmah
Retii Prosiding Seminar Nasional ReTII ke-13 2018
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada awal perkembangannya, Kotagede tumbuh sebagai pusat dari aktivitas masyarakat Islam dimana fungsi-fungsi ruang syarat akan aturan-aturan yang berasal dari syariat Islam yang berakulturasi dengan budaya Jawa. Hingga kini, kultur keislaman yang merupakan warisan dari budaya masa lalupun masih dapat dirasakan baik dalam bentuk nilai-nilai dan falsafah hidup, aktivitas masyarakat ataupun ruang-ruang kawasan dengan fungsi Islami. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi aspek-aspek keislaman pada Kawasan Cagar Budaya Kotagede, dimana aspek-aspek Islam ini dapat digunakan sebagai dasar untuk pengembangan kawasan agar seiring dengan nilai-nilai masyarakat Kotagede. Penelitian ini mengambil lokasi di Kawasan Cagar Budaya Kotagede Yogyakarta yang dibatas oleh batas-batas administrasi kawasan cagar budaya Kotagede. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan pada aspek-aspek keislaman kawasan. Pada penelitian ini, diketahui bahwa pada Kawasan cagar Budaya Kotagede terdapat aspek-aspek keislaman kota atau kawasan, yaitu aspek prinsip dasar ruang, dan aspek komponen morfologi ruang,  dimana dalam aspek prinsip dasar ruang Islami, implementasi dari ajaran Islam lebih dekat dengan budaya Jawa dan terjadi akulturasi budaya jawa dan ajaran islam. Dari aspek komponen morfologi ruang, Kawasan Cagar Budaya Kotagede lebih variative terkait dengan ruang-ruang ekstensi dan perluasan ruang inti.Kata kunci: tata ruang Islami, kotagede, budaya
Dinamika Urban Heat Island di Kawasan Perkotaan Yogyakarta Septiana Fathurrohmah; Ayu Candra Kurniati
Retii 2022: Prosiding Seminar Nasional ReTII ke-17
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Wilayah Kota Yogyakarta mengalami tekanan ruang yang tinggi sehingga memicu terbentuknyan aglomerasi perkotaan yang dikenal dengan Kawasan Perkotaan Yogyakarta. Dominasi lahan terbangun sebagai ciri utama perkotaan terus mengalami perluasan pada wilayah kabupaten yang berbatasan langsung dengan Kota Yogyakarta. Peningkatan area terbangun yang diikuti oleh ketidakseimbangan lingkungan dapat memicu berbagai masalah sosial dan lingkungan perkotaan. Salah satu permasalahan tersebut adalah pada aspek kenyamanan termal berupa pemanasan perkotaan yang dapat dikaitkan dengan fenomena Urban Heat Island. Penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan gambaran dinamika fenomena Urban Heat Island di Kawasan perkotaan Yogyakarta melalui analisis SIG terhadap data citra Satelit Landsat-8 Tahun 2015 dan 2020. Hasil analisis yang telah dilakukan mengindikasikan bahwa telah terjadi fenomena Urban Heat Island di Kawasan Perkotaan Yogyakarta dan mengalami peningkatan pada kurun waktu amatan, baik nilainya maupun luasannya. Secara spasial, angka Urban Heat Island yang relatif lebih tinggi terdapat di pusat kota dan melebar ke arah sisi timur laut perkotaan. Area-area tersebut dapat dijadikan sebagai rujukan prioritas pengelolaan untuk mewujudkan kenyamanan termal lingkungan perkotaan.
Analisis Daya Dukung Permukiman dan Fungsi Lindung di Koridor Yogyakarta-Temon Septiana Fathurrohmah; Yohana Deviyanti Siong; Candra Ragil
Retii 2022: Prosiding Seminar Nasional ReTII ke-17
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Regional development and population growth in Yogyakarta is happening quite rapidly, with the development of the area around the Yogyakarta-Temon Corridor including the construction of the NYIA (New Yogyakarta International Airport) in Kulon Progo Regency as well as the development planning contained in the DIY Regional Regulation Number 5 of 2019 which states that there is a plan to improve and/ or build a new road, namely the primary arterial road in Yogyakarta-Temon. With this development, it can increase mobility and that will be converted into residential and industrial areas. But on the other side there are also conservation areas that need to be preserved. In achieving the research objectives, several methods were used, namely mathematical statistical data processing and GIS (Geographical Information System) analysis methods to generate spatial information. Then the results of the two carrying capacities are classified by regional typology. The final results of this study indicate that the carrying capacity of settlements in 6 sub-districts is still able to accommodate residents to live properly, while for the carrying capacity of the protected function there are 28 villages classified as medium and 19 villages classified as low. The input for spatial use direction based on regional typology is controlling residential areas, developing transportation network systems, developing infrastructure facilities and maintaining areas that support the carrying capacity of protected functions.
Creating Profile of Kalurahan Kebonharjo, Kapanewon Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, using Community Participation Method Kurniati, Ayu Candra; Septiana Fathurrohmah
Retii 2024: Prosiding Seminar Nasional ReTII ke-19 (Edisi Pengabdian Kepada Masyarakat)
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rural development in Indonesia has currently received special attention from the government. The importance of village data in the rural development planning process means that rural’s governments must strive to provide data related to the specific characteristics of their area. This can be realized in the making of rural profile. Implementation stages include preparing instruments, forming working groups, collecting and validating data assisted by the community (a form of participation activity). Furthermore, data processing will be carried out through clarification, tabulation, compilation and recapitulation either through application programs or manually. The final stage is publication which will be carried out via online media. Kebonharjo sub-district consists of 10 pedukuhan, has an area of ​​746.92 hectares, population of 2,376 people with the main source of income is in agriculture. Geographically, Kalurahan Kebonharjo has most of the landforms tend to be hilly with an average land slope of 38 degrees. The Kebonharjo's potential are from agriculture sector, tourism, the presence of UMKM and culture preservation.