Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

Kajian Disparitas Sebagai Solusi dalam Penentuan Pemilihan Kecamatan Baru Kota Pasuruan Kurniati, Ayu Candra; Suharso, Tunjung Wijayanto; Surjono, Surjono
Jurnal Tata Kota dan Daerah Vol 2, No 2 (2010)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pelaksanaan program penambahan kecamatan di Kota Pasuruan dilatar belakangi oleh pemusatan pembangunan di wilayah pusat kota. Kondisi tersebut mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pelayanan dan kurang optimalnya pembangunan. Tujuan dari studi ini adalah: (1) mengevaluasi tingkat kesenjangan perkembangan masing-masing kecamatan di Kota Pasuruan sehingga dapat diketahui kemerataan pembangunan di Kota Pasuruan, (2) menentukan pilihan terbaik dari tiga alternatif kecamatan-kecamatan baru di Kota Pasuruan, sehingga dapat tercipta suatu kota dengan tingkat kesenjangan rendah dan tingkat pembangunan tinggi, yang dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik. Hasil yang diperoleh dari studi ini adalah: (1) Kota Pasuruan memiliki tingkat kesenjangan perkembangan yang tidak terlalu besar, dengan nilai IoD 18,41. Sehingga tahapan selanjutnya yang dapat dilakukan pemerintah adalah memeratakan dan mengoptimalkan pembangunan. Hasil ini diperoleh dari analisis tingkat perkembangan, dengan variabel kepadatan penduduk, rasio tenaga kerja non-pertanian, dan rasio luas lahan terbangun; (2) alternatif yang dipergunakan untuk penambahan kecamatan baru adalah alternatif III, yang memiliki 4 kecamatan, terdiri dari 9, 9, 5, dan 11 kelurahan. Alternatif ini memiliki rata-rata nilai indeks sentralitas terkecil yaitu 60,66 serta nilai IoD (Indeks of Dissimilarty) terkecil, yaitu sebesar 11,03. Nilai tersebut diperoleh dari analisis tingkat perkembangan, analisis indeks sentralitas, dan analisis gravitasi. Variabel yang dipergunakan adalah kepadatan penduduk, rasio tenaga kerja non-pertanian, rasio luas lahan terbanguan, jenis dan jumlah sarana, serta jarak antar kelurahan.Kata kunci: Disparitas, Tingkat perkembangan, Indeks sentralitas, Gravitasi, Iod
The assessment of landslides disaster mitigation in Java Island, Indonesia: a review Akhmad Zamroni; Ayu Candra Kurniati; Haris Nur Eka Prasetya
Journal of Geoscience, Engineering, Environment, and Technology Vol. 5 No. 3 (2020): JGEET Vol 05 No 03 : September (2020)
Publisher : UIR PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25299/jgeet.2020.5.3.4676

Abstract

The frequency of landslides and the fact that a large number of people live in the landslides-prone areas lead to a high death toll in Java Island, Indonesia – over 1,112 people in the period between 1999 and 2005. Indonesian National Disaster Management Agency (Badan Nasional Penanggulangan Bencana [BNPB]) reported 2,766 landslides that occurred in Java from 2014 to 2019, with 662 deaths. From its state, it looks as if Indonesia 's disaster mitigation is still weak. It is very essential to a deep understanding of landslides disaster mitigation weakness in Indonesia with the approach of governments, researchers, and local communities action. This research is a review of landslides disaster mitigation in Java Island with the approach of governments, researchers, and local communities action. Furthermore, the purpose of this study is to highlight the driving forces of landslides disaster mitigation in Java Island, Indonesia. From the assessment of each stakeholder (government, researchers, and local communities), the driving forces of landslides disaster mitigation in Java Island are the central government has commanding disaster management activities to local governments. However, the implementation of landslides disaster mitigation at the regional level has some obstacles such as the lack of residential development planning.Many landslide research results have only become scientific papers but the landslides-prone areas have not been fully paid attention by the local government such as the absence of landslide danger warning signs.In addition, the level of preparedness and awareness among local communities is not constant at any given time. Usually, community preparedness levels can be high following a disaster. It is likely, however, to diminish over time.
IDENTIFIKASI INDEKS KENYAMANAN KOTA YOGYAKARTA BERDASARKAN KRITERIA CULTURAL HERITAGE Ayu Candra Kurniati; Fahril Fanani
TATALOKA Vol 21, No 4 (2019): Volume 21 No 4, November 2019
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/tataloka.21.4.634-648

Abstract

The ideal city planning, in fact is the combination between livable and sustainable city, where the city is able to maintain the quality of life in the present as well as the future, furthermore it generates a comfortable atmosphere for a place to live as seen from many aspects.  Yogyakarta is one of the livable cities in Indonesia with the highest index score, 68.14% for social life and 70.89% for the preservation of cultural heritage building. Considering the mission of Yogyakarta which is to enhance cultural quality and strengthen morality, behavior and cultural value of the community, it is considerable to conduct a research regarding to livable city index in Yogyakarta based on the criteria of cultural heritage.   Furthermore, this research used scoring dichotomy data as a methodology with variables: the changes in building's form and function, the ownership status and the usage of cultural heritage building, as well as the amount of cultural heritage buildings that have been demolished and/or in the process of demolition. The results show the highest livable index for preservation of cultural heritage building is in cultural preservation area Kotagede (41.77%), followed by Kraton (20.66%), Malioboro (14.06%), Pakualaman (13.21%) and the least is Kotabaru (10.03%). Kotagede has the highest livable index due to the amount of cultural heritage building compared to other preservation areas. From the total percentage, 42.9% of the buildings are in the original form, 30% have its function changed, 70% are in personal ownership, 21.6% are in group/association, and 45.5% are not demolished. The conclusion of this study is that the existence of cultural heritage building in the city will increase the value of environmental identity which is resembles the character of the area and the community within
Kategorisasi Karakteristik Ruang Terbuka Hijau Publik untuk Menunjang Kenyamanan Kota Yogyakarta Ayu Candra Kurniati; Akhmad Zamroni
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 19, No 1 (2021): April 2021
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.19.1.127-139

Abstract

Pentingnya ketersediaan RTH bukan hanya secara kualitatif namun juga kualitas bagi sebuah Kota diharapkan mampu untuk menunjang tingkat kenyamanan Kota. Kondisi lingkungan yang buruk dapat meningkatkan stres masyarakat karena terbatasnya ketersediaan ruang terbuka untuk berinteraksi sosial. Kenyamanan Kota Yogyakarta memiliki nilai terendah pada ketersediaan fasilitas ruang terbuka hijau. Terdapat beberapa RTHP di Kota Yogyakarta yang kurang ramah terhadap lansia, anak dan disabiltas karena kurangnya fasilitas dan kontur tanah lokasi RTHP yang dekat dengan sungai. Selain itu, terdapat 14 RTHP atau sebesar 29,79% yang memiliki kualitas kenyamanan tertinggi/sangat nyaman, 26 RTHP atau sebesar 55,32% yang memiliki kualitas kenyamanan sedang/nyaman dan 7 RTHP atau sebesar 14,89% yang memiliki kualitas kurang nyaman di Kota Yogyakarta. Berangkat dari pemikiran-pemikiran tersebut tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik RTHP dalam menunjang kenyamanan Kota Yogyakarta. Hasil perbedaan karakteristik RTHP akan diklasifikasikan berdasarkan tujuh variabel kenyamanan Kota, yaitu variabel sirkulasi, kebersihan, keamanan, keindahan, bentuk, kebisingan dan penerangan.  Metode yang dipergunakan adalah analisis deskriptif kualitatif yang digambarkan dengan peta kategori RTHP masing-masing variabel. Kategori yang memiliki nilai kesamaan karakteristik dominan adalah kategori yang hanya terdiri dari dua-tiga kode kategori, seperti pada variabel keamanan, penerangan dan sirkulasi. Hal ini menunjukkan bahwa pada ketiga variabel tersebut pemerintah memiliki konsep yang matang dan pemahaman mengenai kenyamanan RTHP. Kategori yang memiliki variasi karakteristik yang cukup luas (banyak memiliki perbedaan karakteristik) yaitu pada variabel keindahan dengan 12 kode kategori. Selanjutnya,  kategori prioritas untuk meningkatkan kenyamanan pada variabel sirkulasi adalah kategori A, variabel kebersihan adalah kategori G, variabel keamanan adalah kategori A, variabel keindahan adalah kategori D, variabel bentuk adalah kategori E, kebisingan adalah kategori D dan penerangan adalah kategori A. Untuk perencanaan dan pembangunan RTHP selanjutnya, diharapkan pemerintah memiliki standar dalam mengidentifikasi variabel kenyamanan, sehiggga baik pengunjung maupun masyarakat sekitar dapat lebih nyaman beraktivitas di RTHP yang juga dapat menunjang kenyamanan Kota Yogyakarta.
UPAYA PEMERINTAH DALAM MELESTARIKAN URBAN HERITAGE DALAM MENDUKUNG LIVEABLE CITY KOTA YOGYAKARTA Fahril Fanani; Ayu Candra Kurniati
KURVATEK Vol 3 No 2 (2018): November 2018
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33579/krvtk.v3i2.940

Abstract

Cultural heritage has values on the past cultural heritage that must be preserved and maintained in order to support urban development in the future. The city of Yogyakarta has been appointed as one of the "Liveable Cities" in Indonesia (IAP, 2014) in terms of preservation of cultural heritage. Based on the Government Regulation of Daerah Istimewa Yogyakarta No. 40/2014 in terms of “Determaning Cultural Heritage Areas”, stated that Yogyakarta has 5 (five) Cultural Heritage Areas (KCB) which are: Kraton, Kotabaru, Pakualaman, Malioboro and Kotagede. The purpose of this study is to identify the government's efforts to preserve the Yogyakarta cultural heritage building in terms of maintaning the Liveable City Index of Yogyakarta. Next, collecting data method is using observation, interviews and literature studies. The research method is a qualitative descriptive approach, by using preservation variables considering with liveable city criteria, such as: protection, development and utilitation of cultural heritage buildings. Furthermore, the results is the Yogyakarta`s government has prepared conservation guidelines and management of cultural heritage buildings for each cultural heritage area, but those guidelines and management are not integrated with the governor's regulation. The conclusion obtained is the lack of integration from several policies / regulations set by the government in the preserving of cultural heritage buildings
Konseptualisasi dan Penentuan Kriteria-Kriteria Kenyamanan Kota Ayu Candra Kurniati; Fahril Fanani
REKA RUANG Vol 5 No 1 (2022): Reka Ruang
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The urban area is the most complex environment of the human habitat. Its development is strongly affected by the activity of its population. On the other sides, the livelihood of the urban population will be determined by the amenity provided within the urban area itself. It is expected that those urban amenities together with all of the social and economic activities occurring within an urban context may fulfill the basic needs of the urban population. This research was conducted to examine what aspect of urban amenities is strongly expected by the urban population. This research utilizes the content analysis method to investigate the criteria of urban amenities. Several pieces of literature have been collected and analyzed using an open coding approach to identify keywords regarding the urban amenity criteria. Research result shows that there are five most important aspects within the concept of urban amenity, which are supporting facility, cleanliness, urban temperature, noise, and security. Among those important aspects, public facility availability is considered the most critical aspect of urban amenities.
Pelestarian Urban Heritage Berdasarkan Upaya Perlindungan Terhadap Bangunan Cagar Budaya di Kota Yogyakarta Fahril Fanani; Ayu Candra Kurniati
Retii Prosiding Seminar Nasional ReTII ke-13 2018
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Peninggalan budaya memiliki nilai-nilai warisan budaya masa lalu yang harus dilestarikan dan dipertahankan keberadaannya guna mendukung pembangunan kota di masa yang akan datang. Upaya pelestarian bangunan cagar budaya di Kota Yogyakarta memiliki beberapa permasalahan terutama yang berkaitan dengan alih fungsi dan perubahan bentuk bangunan. Nilai penting pelestarian dalam konteks pembangunan kota antara lain meliputi : pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan dengan memperhatikan karakteristik dari masing-masing peninggalan budaya yang dapat menjadi identitas sebuah kota. Kota Yogyakarta sebagai salah satu daerah yang memiliki benda-benda peninggalan masa lalu yang membentuk karakter Kota Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi pelestarian urban heritage berdasarkan upaya perlindungan terhadap bangunan cagar budaya di kota Yogyakarta. Teknik pengumpulan data melalui observasi, interview dan studi literatur. Metode penelitian yang dipergunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif, menggunakan variabel pelestarian dengan memperhatikan kriteria liveable city meliputi: perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan bangunan cagar budaya. Dari hasil identifikasi upaya pelestarian urban heritage, pemerintah telah memberikan pedoman aturan mengenai pelestarian di kawasan cagar budaya dan juga melakukan pengenaan insentif kepada pemilik bangunan cagar budaya. Upaya pelestarian oleh masyarakat dan swasta di Kota Yogyakarta disimpulkan sebesar 80% dalam kategori BAIK dan 20% dalam kategori KURANG BAIK (hasil kuesioner) dengan beberapa hal yang mempengaruhi baik dari aspek regulasi, pendanaan, maupun implementasi di masing-masing KCB.Kata kunci: Pelestarian, Bangunan Cagar Budaya (BCB), Liveable City
Dinamika Urban Heat Island di Kawasan Perkotaan Yogyakarta Septiana Fathurrohmah; Ayu Candra Kurniati
Retii 2022: Prosiding Seminar Nasional ReTII ke-17
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Wilayah Kota Yogyakarta mengalami tekanan ruang yang tinggi sehingga memicu terbentuknyan aglomerasi perkotaan yang dikenal dengan Kawasan Perkotaan Yogyakarta. Dominasi lahan terbangun sebagai ciri utama perkotaan terus mengalami perluasan pada wilayah kabupaten yang berbatasan langsung dengan Kota Yogyakarta. Peningkatan area terbangun yang diikuti oleh ketidakseimbangan lingkungan dapat memicu berbagai masalah sosial dan lingkungan perkotaan. Salah satu permasalahan tersebut adalah pada aspek kenyamanan termal berupa pemanasan perkotaan yang dapat dikaitkan dengan fenomena Urban Heat Island. Penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan gambaran dinamika fenomena Urban Heat Island di Kawasan perkotaan Yogyakarta melalui analisis SIG terhadap data citra Satelit Landsat-8 Tahun 2015 dan 2020. Hasil analisis yang telah dilakukan mengindikasikan bahwa telah terjadi fenomena Urban Heat Island di Kawasan Perkotaan Yogyakarta dan mengalami peningkatan pada kurun waktu amatan, baik nilainya maupun luasannya. Secara spasial, angka Urban Heat Island yang relatif lebih tinggi terdapat di pusat kota dan melebar ke arah sisi timur laut perkotaan. Area-area tersebut dapat dijadikan sebagai rujukan prioritas pengelolaan untuk mewujudkan kenyamanan termal lingkungan perkotaan.
Community Service to Educate The Development of Green Open Space in Kelurahan Purbayan, Kemantren Kotagede Ayu Candra Kurniati
Retii 2022: Prosiding Seminar Nasional ReTII ke-17
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The existing area of public green open space in the city of Yogyakarta in 2020 is 220.45 ha, or 6.64% of the total area of the city of Yogyakarta. Meanwhile, Kemantren Kotagede has an area of 307 ha, with a composition of 35.94 ha of public green open space and 18.21 ha of private green open space, sum up the total green open space area in the Kemantren Kotagede is 54.15 ha. The lack of availability of green open space in Kemantren Kotagede, especially in Purbayan Village, requires education regarding the importance of green open space and some recommendations for providing green open space in the settlement area of Kelurahan Purbayan Kemantren Kotagede. The problem in Purbayan Village is the lack of information and knowledge about the importance of providing green open space and how to develop green open space in residential areas. The method of implementation is to provide education related to understanding the importance of green open space and conduct focus group discussions to explore and make agreement on issues, recommendations and the community`s participation of the Kelurahan Purbayan to provide and develop green open space. The results showed that the need for a green community could be met by utilizing the PKK organization, using vertical gardens and tabulampot for limited land, and mapping the potential of public green open space. This community service activity is important to provide information and explore the community's own ideas to overcome issues related to the provision and development of green open space in accordance with the characteristics of Purbayan Village.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kenyamanan Kota Yogyakarta Menurut Persepsi Masyarakat Fahril Fanani; Ayu Candra Kurniati
TATALOKA Vol 24, No 2 (2022): Volume 24 No. 2, May 2022
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/tataloka.24.2.156-166

Abstract

Kota Yogyakarta sebagai lingkungan kehidupan manusia dengan kompleksitas yang terjadi karena perkembangannya yang dipengaruhi oleh aktivitas perkotaan seperti permasalahan yang dilematis dengan semakin banyaknya keberadaan hotel dan mall yang berada di seluruh Kota Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan faktor-faktor yang paling dominan mempengaruhi kenyamanan Kota Yogyakarta. Metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif digunakan untuk mencapai tujuan penelitian dengan menilai kriteria-kriteria kenyamanan dengan indikator-indikator dari studi literatur sehingga dapat diperoleh variabel yang digunakan dalam penelitian. Faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan Kota Yogyakarta antara lain keamanan, kebersihan, fasilitas Penunjang, dan ruang terbuka hijau dengan rata-rata nilai rating lebih dari atau sama dengan tiga koma lima dengan kategori seluruh faktor tersebut adalah nyaman.