Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Identifikasi Deformasi Tektonik Aktif Berdasarkan Ekstraksi Kelurusan Morfologi dan Seismisitas di Sukabumi, Jawa Barat Rizqi Muhammad Mahbub; Candra Ragil
EKSPLORIUM Vol 42, No 1 (2021): Mei 2021
Publisher : Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir - BATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17146/eksplorium.2021.42.1.6139

Abstract

ABSTRAK Pusat gempa bumi di Sukabumi telah membentuk deformasi bawah permukaan dan kini terekam juga di permukaan. Hal itu termanifestasi melalui geomorfologi kelurusan gawir dan sungai. Ekstraksi kelurusan-kelurusan akibat deformasi geologi tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi deformasi tektonik aktifnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara struktur sesar aktif dengan arah dominan kelurusan di daerah penelitian. Metode Edge Enhancing Filtering digunakan untuk menginterpretasi kelurusan secara manual dan semi-otomatis. Data geospasial kelurusan diekstraksi menggunakan formula Sastratenaya untuk mengetahui kronologi kelurusan yang terbentuk. Hasil analisis menggunakan formula Sastratenaya menunjukkan kelurusan-kelurusan yang terekam melalui olah data peta DEM, yaitu segmen 1 berarah N315°E dan segmen 2 berarah N10°E yang diinterpretasikan sebagai hasil reaktivasi sesar. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa Sesar Cimandiri, yang merupakan sesar aktif dengan pergerakan oblique-slip sinistral N88°E/85° rake 33°, memengaruhi arah dua segmen kelurusan di daerah penelitian wilayah Sukabumi, Jawa Barat.ABSTRACT The epicenter of the earthquake in Sukabumi has formed subsurface deformation which is now also recorded on the surface area. This is manifested through the geomorphology of the scarp and river lineaments. Extraction of lineaments produced by geological deformation can be used to identify its active tectonic deformation. The research objective is to determine the relationship between the active fault structure and the dominant direction of lineaments in the study area. The Edge Enhancing Filtering method is used to interpret lineaments manually and semi-automatically. The lineament geospatial data was extracted using the Sastratenaya formula to determine the chronology of the lineaments formed. The Sastratenaya formula results showed the lineaments recorded by DEM images data processing, the first segment direction is N315°E and the second is N10°E, both are interpreted as the result of fault reactivation. It can be interpreted that the Cimandiri Fault, which is an active fault that has an N88°E/85° rake 33° sinistral oblique-slip fault movement, affects the lineaments direction of two segments in the research area of Sukabumi, West Java.
ARAHAN PERENCANAAN RTH (RUANG TERBUKA HIJAU) KABUPATEN KULON PROGO Candra Ragil
KURVATEK Vol 4 No 1 (2019): Reka Ruang
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33579/krvtk.v4i1.741

Abstract

Jumlah penduduk terus bertambah, sedangkan ruang yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk pembangunan relatif tetap. Lahan tidak terbangun atau open space menjadi sasaran limpahan pemenuhan kebutuhan akan ruang yang mengakibatkan semakin menurunnya fungsi lingkungan secara umum. Ketersediaan RTH yang cukup merupakan salah satu upaya mempertahankan kualitas fungsi lingkungan secara optimal. RTH menjadi unsur penting untuk keberlangsungan kehidupan manusia khususnya sebagai penyeimbang unsur bangunan di lingkungan perkotaan. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang setiap Kabupaten/ Kota diwajibkan menyediakan sekurang-kurangnya 30% Ruang Terbuka Hijau (RTH). RTH tersebut dimaksudkan sebagai salah satu instrumen untuk menjaga lingkungan perkotaan yang berkelanjutan secara ekologi dengan peningkatan nilai lahan RTH sekaligus merupakan ruang publik yang memiliki manfaat rekreatif dan rasa nyaman karena faktor estetikanya. Penelitian ini menggunakan pendekatan interpretasi citra dengan tahapan analisis: GIS (geographic information system), analisis kuantitatif dan triangulasi. Dari hasil penelitian akan ditemukan gambaran mengenai kondisi eksisting RTH dan arahan perencanaan RTH di kawasan perkotaan Kabupaten Kulon Progo.   Kata kunci: perkotaan, perencanaan, ruang terbuka hijau
Strategi Penghidupan Berkelanjutan Petani Lahan Pasir Berbasis Aset Natural dan Aset Fisikal di Pesisir Desa Bugel Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulonprogo Candra Ragil; Vita Alusia Eris
REKA RUANG Vol 1 No 1 (2018): Reka Ruang
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33579/rkr.v1i1.778

Abstract

Desa Bugel Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo terletak di pesisir selatan Pulau Jawa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Walaupun lahannya cenderung berpasir dan rentan banjir, tetapi pertanian di Desa Bugel memberikan dampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan petani. Beberapa bentuk nyata dari peningkatan kesejahteraan tersebut yang dapat dilihat dari semakin baiknya kondisi rumah, kendaraan, kesehatan, pendidikan, kepemilikan lahan pertanian yang cukup luas. Para petani menggunakan metode dan teknologi yang lebih modern daripada petani tradisional pada umumnya, sehingga strategi petani dalam menghadapi keterbatasan kondisi alam inilah yang akan menjadi latar belakang perlunya dilakukan penelitian ini sehingga dapat dikembangkan untuk diterapkan pada lahan pertanian di daerah lain.  Metode penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif kualitatif dengan penentuan sampel secara purposif dan snowball, kemudian validitas data menggunakan teknik triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aset natural dan aset fisikal sangat berperan dalam menentukan kemajuan pertanian di Desa Bugel.
Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Parangtritis Achmad Andi Rif'an; Candra Ragil
REKA RUANG Vol 2 No 2 (2019): Reka Ruang
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33579/rkr.v2i2.1476

Abstract

Parangtritis merupakan salah satu wisata pantai yang terletak di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pantai Parangtritis memiliki banyak pengunjung karena memiliki beberapa tempat wisata yang menarik. Daya Tarik Wisata (DTW) ini telah melibatkan masyarakat setempat pada pengelolaannya. Masyarakat setempat menyediakan beberapa fasilitas dan tempat wisata untuk menarik pengunjung untuk mengunjungi, seperti: andong, persewaan ATV, food court, area parkir, toilet dan penginapan. Ini memberikan keuntungan baik bagi masyarakat lokal dan pemerintah daerah, sebagai penyelenggara. Partisipasi masyarakat setempat membantu pemerintah daerah untuk mengatur dan mengelola DTW ini. Masyarakat setempat menganggap bahwa DTW tersebut milik mereka, sehingga mereka akan mengelola dengan sepenuh hati. Tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengidentifikasi karakteristik DTW Parangtritis dan pengelolaannya; mengidentifikasi beberapa masalah yang berkaitan dalam pengelolaannya; dan memberikan solusi dari permasalahan tersebut. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan analisis deskriptif dengan menggunakan data primer yang diperoleh dari wilayah studi. Strategi yang digunakan untuk memecahkan masalah di daerah penelitian adalah: mengatur ulang regulasi zonasi penggunaan lahan DTW; Pemerintah Daerah memberikan pelatihan dan pendidikan secara teratur untuk masyarakat setempat tentang pengetahuan kepariwisataan; dialog dan komunikasi yang intensif antara pemerintah daerah dan masyarakat setempat dan juga antara sesama masyarakat.
Kearifan Lokal dalam Mitigasi Bencana di Wilayah Lereng Gunung Merapi Studi Kasus Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman Candra Ragil; A Yunastiawan Eka Pramana; Hatta Efendi
REKA RUANG Vol 3 No 1 (2020): Reka Ruang
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33579/rkr.v3i1.1586

Abstract

Indonesia adalah negara yang rawan bencana geologis gempa bumi, tanah longsor, erupsi gunung api, dan tsunami. Sebagai konsekuensi kewajiban negara untuk melindungi rakyatnya maka pemerintah diharapkan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengurangi risiko dan mempunyai rencana keadaan darurat untuk meminimalkan dampak bencana. Kesiapsiagaan dilakukan untuk memastikan upaya yang cepat dan tepat dalam menghadapi kejadian bencana. Tujuan dalam penelitian ini adalah merumuskan model konseptual living in harmony with disaster (mitigasi berbasis kearifan lokal) masyarakat lereng Gunungapi Merapi Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sasarannya adalah mengidentifikasi kondisi eksisting masyarakat dalam aspek tanggap bencana dan mengidentifikasi pola proses mitigasi berbasis kearifan lokal masyarakat lereng Gungungapi Merapi Kabupaten Sleman yang disebut living in harmony with disaster dalam lingkup tata ruang kawasan. Metode penelitian secara studi kasus yang bersifat induktif-kualitatif eksploratif. Pola konseptual inilah yang akan dikembangkan menjadi model di kawasan-kawasan lereng gunungapi lainnya.
Arahan Pengembangan Kawasan LP2B (Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan) Padi Berbasis D3TLH (Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup) di Kabupaten Kulon Progo Candra Ragil
Retii Prosiding Seminar Nasional ReTII ke-12 2017
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Upaya nyata pemerintah dalam meningkatkan ketahanan pangan tertuang dalam UU No 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. D.I. Yogyakarta telah menetapkan Perda No 10 Tahun 2011. Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Berdasarkan UU No 41 tahun 2009 Tentang tentang Kriteria Teknis Kawasan Peruntukan Pertanian, untuk keperluan Kemandirian, Keamanan dan Ketahanan Pangan maka diperlukan Penyelamatan Lahan Pertanian Pangan. Penyelamatan harus segera dilakukan karena laju konversi lahan sawah atau pertanian pangan lainnya sangat cepat. Penyelamatan lahan pertanian pangan dari lahan pertanian pangan yang sudah ada atau cadangannya yang disusun berdasarkan kriteria yang mencakup kesesuaian lahan, ketersediaan infrastruktur, penggunaan lahan, potensi lahan dan adanya luasan dalam satuan hamparan. Untuk menghambat laju konversi maka diperlukan penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B), Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LCP2B) dan Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B). Upaya perlindungan LP2B dilakukan melalui pembentukan kawasan (KP2B) yang akan terdiri dari LP2B dan LCP2B dan berbagai unsur pendukungnya. Hal ini bermakna selain sawah maka berbagai unsur pendukung juga perlu diketahui untuk menentukan kebijakan atau program yang sesuai. KP2B selanjutnya perlu menjadi bagian integral Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, sedangkan LP2B dan LCP2B diintegrasikan dalam Rencana Tata Ruang rinci. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini melalui data primer dan data sekunder, metode analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif, deskriptif komparatif dan analisis spasial. Hasil dari penelitian ini adalah terkait arahan LP2B di Kabupaten Kulon Progo terdapat 8 kecamatan prioritas yaitu Galur, Girimulyo, Lendah, Nanggulan, Panjatan, Sentolo, Temon dan Wates, dengan luas total sebesar 4061,6 hektar.Kata Kunci: daya dukung lingkungan, pertanian, berkelanjutan
Analisis Ketimpangan Wilayah Antar Kabupaten/ Kota Provinsi DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) candra ragil
Retii Prosiding Seminar Nasional ReTII ke-13 2018
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Setiap daerah yang melaksanakan pembangunan mempunyai tujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan pemerataan kesejahteraan masyarakat luas. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan lebih baik jika diikuti dengan pemerataan pendapatan atau hasil-hasil pembangunan. Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi dapat dilihat dari pertumbuhan angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan pengurangan ketimpangan antar wilayah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat disparitas/ ketimpangan spasial antar kabupaten/ kota di Provinsi DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) dari tahun 2013-2016. Ketimpangan wilayah dapat diketahui dengan menggunakan metode Indeks Williamson. Berdasarkan perhitungan Indeks Williamson, Perekonomian Provinsi DIY cenderung mengalami peningkatan tiap tahunnya dapat dilihat dari PDRB per kapita yang semakin meningkat, tetapi persoalan ketimpangan pendapatan antar kabupaten/ kota masih menjadi permasalahan di Provinsi DIY. Walaupun ada kecenderungan semakin menurun dari tahun ke tahun, tetapi penurunan sangat kecil. Kata kunci: Ketimpangan; Ekonomi; Regional
Dinamika Peruntukkan Lahan Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis Berdasarkan Citra Satelit Dwi Kunto Nurkukuh; Candra Ragil
Retii 2021: Prosiding Seminar Nasional ReTII ke-16
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

A sand dune is a sand mound formed by sand blown by the wind. One of the unique sand dunes found in the Special Region of Yogyakarta, in fact it is the only sand dune in Southeast Asia. The sand dune is located in Parangtritis Village, Kretek District, Bantul Regency, which is a geoheritage area. As the Parangtritis sand dune is an area that needs to be protected and preserved, it is necessary to take steps to keep the sand dune alive. Changes in land use often occur in several areas. There are concerns that a similar incident could occur in the sand dune area which could adversely affect the loss of the sand dune. Therefore, it is necessary to conduct research on the dynamics of land use in the Gumuk Pasir Parangtritis area. This research method uses a qualitative approach with document inspection techniques in the form of satellite images. Analysis technique through satellite image classification in ArcGIS software. Analysis of satellite image classification is a grouping of color hues in satellite images according to the degree of similarity. Looking at the satellite image of the Parangtritis sand dune area, it is found that the land use classes are: Sand Dunes, Vegetation, Buildings, Wetlands, Dry Land, and Water. Observations of satellite imagery were carried out in 2010-2020 through Google Earth. This research produces a dynamic map of the land use of the Gumuk Pasir area for 2010, 2015, and 2020. From the map it can be found that during 2010-2020 that sand dunes decreased by 21.36 ha, vegetation decreased by 47.04 ha, buildings increased by 62.3 ha, wetlands decreased by 34.63 ha, dry lands increased by 45.95 ha, and water increased by 0.07 ha.
Peruntukan Lahan Kecamatan Temon Kabupaten Kulonprogo Pra dan Pasca Pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta Dwi Kunto Nurkukuh; Candra Ragil
Retii 2022: Prosiding Seminar Nasional ReTII ke-17
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pembangunan merupakan salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, pembangunan bisa berdampak positif maupun negatif. Salah satu dampaknya yaitu adanya perubahan peruntukan lahan. Pada tahun 2017 dilakukan pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta (NYIA) di Kecamatan Temon Kabupaten Kulonprogo. Masih banyak agenda pengembangan lahan bandara dan sekitar bandara hingga tahun-tahun ke depannya sehingga perlu dikaji bagaimana perubahan peruntukan lahan pra dan pasca pembangunan bandara tersebut di Kecamatan Temon. Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif. Fenomena yang diteliti yaitu perubahan peruntukan lahan di Kecamatan Temon Kabupaten Kulonprogo pra dan pasca pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa pemeriksaan dokumentasi dan teknik observasi. Pemeriksaan dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan citra satelit Kecamatan Temon dan data-data dokumen terkait peruntukan lahan Kecamatan Temon. Adapun teknik observasi dilakukan dengan mengamati secara langsung mengenai peruntukan lahan di Kecamatan Temon. Dari analisis maximum likelihood classification menunjukkan bahwa tahun 2022 ada perubahan peruntukan lahan yaitu penambahan bandara, yang sebelumnya merupakan sawah, tambak dan permukiman. Peralihan menjadi bandara ini menyebabkan luas sawah, tambak, dan permukiman berkurang pada 2022 jika dibandingkan dengan 2017. Kebun Campuran semakin menurun dari 2012-2022. Permukiman sempat naik dari 2012-2017, namun turun di 2017-2022. Pertanian Lahan kering dan Sawah semakin menurun dari 2012-2022. Tambak sempat naik dari 2012-2017, namun turun di 2017-2022. Tanah terbuka sempat turun dari 2012-2017, namun naik di 2017-2022.
Analisis Daya Dukung Permukiman dan Fungsi Lindung di Koridor Yogyakarta-Temon Septiana Fathurrohmah; Yohana Deviyanti Siong; Candra Ragil
Retii 2022: Prosiding Seminar Nasional ReTII ke-17
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Regional development and population growth in Yogyakarta is happening quite rapidly, with the development of the area around the Yogyakarta-Temon Corridor including the construction of the NYIA (New Yogyakarta International Airport) in Kulon Progo Regency as well as the development planning contained in the DIY Regional Regulation Number 5 of 2019 which states that there is a plan to improve and/ or build a new road, namely the primary arterial road in Yogyakarta-Temon. With this development, it can increase mobility and that will be converted into residential and industrial areas. But on the other side there are also conservation areas that need to be preserved. In achieving the research objectives, several methods were used, namely mathematical statistical data processing and GIS (Geographical Information System) analysis methods to generate spatial information. Then the results of the two carrying capacities are classified by regional typology. The final results of this study indicate that the carrying capacity of settlements in 6 sub-districts is still able to accommodate residents to live properly, while for the carrying capacity of the protected function there are 28 villages classified as medium and 19 villages classified as low. The input for spatial use direction based on regional typology is controlling residential areas, developing transportation network systems, developing infrastructure facilities and maintaining areas that support the carrying capacity of protected functions.