Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SEJARAH MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK PADA SISWA KELAS XI IPS II SMAN 9 TANA TORAJA Yoland, Erostika; Anwar, H.
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 4, No 2 (2019): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (224.057 KB) | DOI: 10.36709/jpps.v4i2.9794

Abstract

ABSTRAK: Tujuan penelitian ini adalah 1) Untuk meningkatkan Efektifitas mengajar guru sejarah melalui penerapan model pembelajaran talking stick, 2) Untuk meningkatkan Aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran sejarah melalui penerapan model pembelajaran talking stick, 3) Untuk meningkatkan Hasil  belajar siswa pada mata pelajaran sejarah melalui penerapan model pembelajaran talking stick kelas XI IPS II SMAN 9 Tana Toraja.             Hasil penelitian tindakan kelas menunjukkan bahwa 1) Penerapan model pembelajaran talking stick dalam keefektivan mengajar guru pada mata pelajaran sejarah kelas XI IPS II di SMAN 9 Tana Toraja. Pada siklus I keefektivan mengajar guru dikatakan belum berhasil karena dari 14 poin yang disiapkan, guru hanya mampu mencapi 10 poin dengan perolehan persentase sebanyak 71,42% denga persentase skor yang tidak terlaksana sebanyak 28,5%. Tindakan siklus II dinyatakan berhasil untuk meningkatkan keefektivan mengajar guru karena dari 14 poin yang yang disiapakan telah terlaksana secara keseluruhan dengan perolehan persentase 100%, 2) Penerapan model pembelajaran talking stick dalam aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran sejarah kelas XI IPS II SMAN 9 Tana Toraja. Pada siklus I aktivitas belajar siswa belum mecapai indikator yang telah ditetapkan. Dari 12 poin yang disediakan pada lembar observasi guru hanya mampu melaksanakan 7 poin dengan persentase 58,33% sedangkan yang tidak terlaksana dengan persentase 41,66%. Aktivitas belajar siklus I dengan menggunakan model pembelajaran talking stick belum dikatakan berhasil karna semua poin yang disediakan pada lembar observasi belum terlaksana seluruhnya.  Pada siklus II tindakan dengan menggunakan model pembelajaran talking stick dikataka berhasil karena dari 12 poin yang disediakan telah terlaksana secara keseluruhan dengan perolehan skor 12 dan persentase 100%, 3) Melalui penerapan model pembelajaran talking stick dalam proses pembelajaran menunjukkan bahwa hasil belajar sejarah kelas XI IPS SMAN 9 Tana Toraja meningkat karena telah mencapai indikator kinerja yang ditetapkan. Namun Pada siklus I siswa hanya memperoleh persentase sebanyak 72%, hanya 18 dari 25 orang siswa yang dinyatakan tuntas dengan perolehan nilai KKM yang telah ditetapkan sekolah, dan 7 orang yang dinyatakan tidak tuntas dengan perolehan skor dibawah nial KKM dengan persentase 28%. Pada siklus II siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 24 dari 25 orang dengan perolehan persentase keberhasilan sebanyak 96% dan persentase ketidak berhasilan sebanyak 4% atau 1 orang siswa yang dinyatakan tidak tuntas. Kata kunci: Model Pembelajaran Talking Stick, Guru, Siswa, Hasil Belajar
SEJARAH BANTI-BANTI PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN MANDATI 1 KECAMATAN WANGI-WANGI SELATAN KABUPATEN WAKATOBI Bini, Bini; Anwar, H.; Hayari, H.
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 3, No 1 (2018): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36709/jpps.v3i1.11982

Abstract

ABSTRAK: Penelitian ini berutujuan untuk mendeskripsikan dan menguraikan sejarah, proses dan nilai-nilai yang terkandung dalam banti-banti pada masyarakat di Kelurahan Mandati I Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari (1) heuristik yakni mencari sumber melalui wawancara, studi kepustakaan, dan penelitian lapangan, (2) kritik sumber terdiri atas kritik eksternal dan kritik internal guna mendapat data yang akurat, dan (3) historiografi yang dimaksudkan dalam bentuk tulisan secara sistematis dan kronologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: latar belakang pelaksanaan banti-banti pada masyarakat di Kelurahan Mandati I Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi, tidak diketahui secara pasti, namun dapat di perkirakan banti-banti dan Pobanti lahir sebelum masuknya Islam di Pulau Wangi-Wangi yakni sebelum abad ke-13. Sedangkan proses pelaksanaan banti-banti tersebut masuk dalam aktivitas masyarakat masyarakat Mandati seperti hembula?a gandu (penanaman jagung), kegiatan gotong royong, serta digunakan sebagai pengantar tidur. Disamping itu, banti-banti juga digunakan sebagai nyanyian yang mengiringi tari-tarian tradisional seperti, tari Lariangi, tari Badenda dan tari Pajogi. Nilai-nilai yang terkandung dalam banti-banti yakni nilai agama, kejujuran, tanggung jawab, serta nilai bersahabat/komunikatif yang akan tampak dalam sikap dan perilaku masyarakat di Kelurahan Mandati I Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi. Kata Kunci:Latarbelakang, proses, dan nilai-nilai, banti-banti Description Alternative: ABSTRACT: This study aims to describe and describe the history, process and values contained in banti-banti in the community in Mandati I Village, Wangi-Wangi Selatan District, Wakatobi Regency. This research uses a historical method consisting of (1) heuristics that is looking for sources through interviews, library research, and field research, (2) source criticism consists of external criticism and internal criticism in order to obtain accurate data, and (3) historiography intended in writing systematically and chronologically. The results of the study show that: the background of the implementation of the bantis to the community in Mandati I Village, Wangi-Wangi Selatan District Wakatobi Regency is not known, but it can be predicted that Banti and Pobanti were born before the entry of Islam on Wangi-Wangi Island before 13th century. While the implementation of the banti-banti included in the Mandati community activities such as hembula'a gandu (planting corn), mutual cooperation activities, and used as a lullaby. Besides that, banti-banti is also used as a song that accompanies traditional dances such as Lariangi dance, Badenda dance and Pajogi dance. The values contained in the banti-banti namely religious values, honesty, responsibility, and friendly / communicative values that will appear in the attitudes and behavior of the people in Mandati I Village, Wangi-Wangi Selatan District, Wakatobi District. Keywords: Background, process, and values, banti-banti 
RITUAL DALAM TRADISI PERTANIAN (GALU) PADA MASYARAKAT DESA BONE TONDO KECAMATAN BONE KABUPATEN MUNA (1979-2017) HARNITA, HARNITA; Anwar, H.; Hak, Pendais
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36709/jpps.v3i2.12072

Abstract

ABSTRAK: Tujuan utama dalam penelitian ini mengetahui  latar belakang pelaksanaan kegiatan Ritual dalam Tradisi Pertanian (Galu) pada Masyarakat Desa Bone Tondo Kecamatan Bone Kabupaten Muna, mendeskripsikan ritual-ritual apa saja yang dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan ritual dalam Tradisi Pertanian (Galu) pada Masyarakat Desa Bone Tondo Kecamatan Bone Kabupaten Muna, mendeskripsikan proses kegiatan ritual dalam Tradisi Pertanian pada Masyarakat Desa Bone Tondo Kecamatan Bone Kabupaten Muna dan mendeskripsikan perubahan yang terjadi saat ini dalam proses Ritual dalam Tradisi Pertanian (Galu) pada Masyarakat Desa Bone Tondo Kecamatan Bone Kabupaten Muna. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah menurut Helius Sjamsuddin yang terdiri atas: (1) Heuristik (pengmpulan sumber), (2) Kritik sumber (verifikasi), (3) Historiografi (penulisan sejarah).Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Latar belakang pelaksanaan ritual dalam tradisi pertanian pada masyarakat Desa Bone Tondo adalah dalam bercocok tanam (degalu) masyarakat Desa Bone Tondo memiliki keyakinan bahwa hutan di Muna banyak dihuni oleh makhluk ghaib yang berpotensi mengganggu kehidupan masyarakat. Maka secara intensif masyarakat melakukan hubungan komunikasi dengan melalui upacara yang tradisional yang dimana harus dilakukan sebelum bercocok tanam. Dengan maksud mendapatkan keselamatan dalam kegiatan perladangan terhindar dari marabahaya serta hasil panen yang melimpah. Ritual dilakukan karena adanya pantangan dan larangan yang apabila jika tidak dipatuhi akan menimbulkan dampak negatif. (2) Ritual-Ritual yang dilakukan dalam Tradisi Pertanian (Galu) pada Masyarakat Desa Bone Tondo ritual pembukaan lahan kawasan hutan baru yaitu desolo. Ritual kaago-ago yang dilakukan saat lahan sudah bersih dan siap untuk ditanamkan, ritual dilakukan untuk memindahkan makhluk ghaib, permohonan dan sebagai rasa syukur. Ritual kasambuno wite (deghoti wite) dan ritual kafematai, (3) Proses pelaksanaan Ritual dalam Tradisi Pertanian (Galu) pada Masyarakat Desa Bone Tondo yaitu semua proses ritual dilakukan pada hari baik yang dipimpin oleh dukun (parika), menyiapkan alat dan bahan (sesajian) yang dibutuhkan tiap-tiap upacara ritual yang akan dilaksanakan. (4) Perubahan yang terjadi saat ini dalam proses pelaksanaan Ritual dalam Tradisi Pertanian (Galu) pada masyarakat Desa Bone Tondo, dapat dilihat pada ritual kaago-ago, dimana saat ini sabagian ritual tersebut tidak lagi dijalankan. Perubahan-perubahan lain adalah terkait dengan konsistensi ritual yang sebagian masih ada yang melakukan secara utuh namun ada juga yang hanya menjalankan 2 atau 3 ritual saja. Kata Kunci: latarbelakang, jenis, proses dan perubahan, galu ABSTRACT: The main objective in this study is to find out the background of the implementation of Ritual activities in the Agricultural Tradition (Galu) of the Bone Tondo Village Community, Bone District of Muna District, describing the rituals performed in the implementation of ritual activities in the Agricultural Tradition (Galu) of the Village Community Bone Tondo, Bone District, Muna Regency, describes the process of ritual activities in the Agricultural Tradition of the Bone Tondo Village Community, Bone District Muna District and describes the changes that occur currently in the Ritual process in the Agricultural Tradition (Galu) of the Bone Tondo Village Community, Bone District, Muna Regency. The method used in this study is the historical method according to Helius Sjamsuddin which consists of: (1) Heuristics (collection of sources), (2) Criticism of sources (verification), (3) Historiography (history writing). The results of the study show that: (1 ) The background of ritual implementation in the agricultural tradition of the Bone Tondo Village community is in farming (degalu). Bone Tondo Village community has the belief that the forests in Muna are inhabited by unseen creatures that have the potential to disrupt people's lives. So the community intensively communicates through traditional ceremonies which must be carried out before planting. With the intention of obtaining safety in farming activities to avoid danger and abundant harvests. The ritual is carried out because of restrictions and prohibitions which if not obeyed will cause a negative impact. (2) Rituals carried out in the Agricultural Tradition (Galu) of the Bone Tondo Village Community in the ritual of opening a new forest area, namely desolo. Kaago-ago rituals are carried out when the land is clean and ready to be planted, rituals are performed to remove supernatural beings, requests and as gratitude. Kasambuno wite rituals (deghoti wite) and kafematai rituals, (3) The process of implementing Rituals in the Agricultural Tradition (Galu) of the Bone Tondo Village Community, namely all ritual processes carried out on a good day led by a shaman (parika), preparing tools and materials (offerings) ) required each ritual ceremony that will be carried out. (4) Changes that occur at this time in the process of carrying out the Ritual in the Agricultural Tradition (Galu) of the Bone Tondo Village community, can be seen in the kaago-ago ritual, where at present the ritual portion is no longer carried out. Other changes are related to the consistency of the ritual, some of which still do the whole, but there are also those who only carry out 2 or 3 rituals. Keywords: Background, type, process and change, galu
DINAMIKA SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TANI DI KELURAHAN RANOMEETO KABUPATEN KONAWE SELATAN (1953-2015) Arsam, Fendy Imaduddin; Anwar, H.; M., Aswati
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 1, No 1 (2016): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (271.273 KB) | DOI: 10.36709/jpps.v1i1.7363

Abstract

ABSTRAKSubtansi penelitian ini mengacu pada tiga aspek permasalahan dasar (1) Latar belakang kehidupan sosial ekonomi masyarakat tani Kelurahan Ranomeeto (2) Dinamika sosial ekonomi masyarakat tani Kelurahan Ranomeeto  antara tahun 1953-2015 (3) Dampak dinamika sosial ekonomi pada masyarakat tani di Kelurahan Ranomeeto. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah dengan prosedur mengacu pada Kuntowijoyo, yang terbagi lima tahapan yaitu: (1) Pemilihan topik, (2) Pengumpulan sumber, (3) Verifikasi (kritik sejarah, keabsahan sumber), (4) Interpretasi: analisis dan sintesis, (5) Penulisan (historigrafi).     Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Latar belakang masyarakat tani di Kelurahan Ranomeeto mengolah lahan pertanian adalah karena keadaan alam wilayah Kelurahan Ranomeeto yang jauh dari laut dan sebagian besar merupakan dataran rendah, yang dikelilingi perbukitan, banyak rawa-rawa dan tanah yang subur. Sehingga masyarakatnya melakukan kegiatan cocok tanam dalam pemenuhan kebutuhan ekonominya. Masyarakat Tolaki merupakan yang pertama kali mengolah lahan pertanian dengan menerapkan sistem perladangan berpindah-pindah. Kemudian tahun 1953 dan 1959 orang-orang Jawa bertransmigrasi di Kelurahan Ranomeeto yang kemudian megembangkan sistem pertanian menetap. (2) Dinamika sosial ekonomi masyarakat tani di Kelurahan Ranomeeto secara kronologis pembabakan prosesnya dapat dibagi ke dalam tiga fase yakni; pertama, masa sebelum Revolusi Hijau tahun 1953-1967 yang ditandai dengan transmigrasi orang-orang Jawa dan kedua, masa Revolusi Hijau antara tahun 1967-1985 ditandai dengan kebijakan-kebijakan pemerintah Orde Baru di bidang pertanian seperti melalui program BIMAS, yang mengubah sistem pertanian masyarakat secara mendasar, penggunaan bibit unggul, pemupukan dengan bahan kimia, dan sebagainya.  Sedangkan yang Ketiga, masa setelah Revolusi Hijau tahun 1985-2015 yang terbagi lagi ke dalam dua bagian yakni: pertama, masa perkembangan masyarakat tani setelah Revolusi Hijau salah satunya ditandai dengan kebijakan bekerjasama dengan JICA, yang membawa perubahan teknologi pertanian yang lebih modern dari tradisional ke mesin. dan yang kedua, masa degradasi masyarakat tani yang gejalanya mulai bisa dilihat pada tahun 1998. Banyak petani beralih profesi dan sawah banyak yang berkonversi. (3) Dampak yang ada berupa dampak yang bernilai positif, yakni: (1) Tingkat pendidikan merata, dan (2) Berkurangnya angka kemiskinan. Serta dampak yang bernilai negatif, yakni : (1) Pergeseran nilai dalam masyarakat, (2) Hilangnya minat generasi muda untuk bekerja di sektor pertanian, dan  (3) Alih fungsi lahan pertanian. Kata Kunci: Dinamika, Sosial Ekonomi, dan Masyarakat Tani
IKO-IKO SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DALAM LINGKUNGAN MASYARAKAT BAJO DI DESA BOKORI KECAMATAN SOROPIA KABUPATEN KONAWE Adri, Adri; Anwar, H.
Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO Vol 4, No 1 (2019): Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Publisher : Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.819 KB) | DOI: 10.36709/jpps.v4i1.7323

Abstract

ABSTRAK: Fokus penelitian ini adalah: (1) Apa jenis iko-iko yang ada di lingkungan masyarakat Bajo di Desa Bokori, Keamatan Soropia. (2) Bagaimana fungsi Iko-Iko sebagai media pembelajaran dalam lingkungan masyarakat Bajo di Desa Bokori, Kecamatan Soropia (3) Bagaimana bentuk implementasi Iko-Iko dalam pembelajaran di Desa Bokori Kecamatan Soropia. Penelitian yang bersifat  deskriptif  kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini, berasal dari: sumber tertulis, sumber lisan, dan sumber visual. Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengacu pada metode sejarah sesuai dengan yang ditulis oleh Sugiono, yaitu: (1) Observasi, (2) Wawancaara, (3) Studi Dokumen. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Jenis Iko-iko ada 7: (a) Danring Lao, (b)  Anak Koda Lamannang, (c) Babawang, (d) Anak Koda Hasang, (e) Suku Sama/Bajo, (f) Dilao Seheku (laut sahabatku), (g) Dayah nggai lagi darua dolu (ikan tidak sama lagi seperti dulu). (2) Fungsi Tradisi lisan Iko-Iko sebagai media pembelajaran yaitu Tradisi lisan iko-iko menjadi alat masyarakat Bajo untuk mengkonstruksi dan mereproduksi kebudayaannya. Termasuk mengkonstruksi masa depannya dan berkomunikasi dengan orang lain. Tidak mengherankan dalam tradisi lisan Komunitas Bajo dijadikan sarana bersopan santun dalam menyatakan kedermawanan, kebijaksanaan, kerendahan hati, permufakatan, penghargaan, dan kesimpatian. Oleh karena itu, tradisi lisan Komunitas Bajo dapat dijadikan dan dikembangkan sebagai media pembelajaran dalam mengembangkan karakter positif peserta didik. Agar pembelajaran lebih menyenangkan guru dapat menggunakan berbagai media pembelajaran yang inovatif. Menggunakan media dalam pembelajaran tidak hanya berperan sebagai sarana dalam membantu dalam proses pembelajaran akantetapi juga merupakan strategi pembelajaran. (3) Impementasi Iko-Iko dalam pembelajaran yaitu Lewat Iko-Iko ini genarsi suku bajo bisa menjadikannya sebagi pembelajaran ekstrakulikuler karana pembelajaran berbasis budaya bajo blum di terpkan di sekolah-sekolah formal oleh karena itu Iko Iko hadir untuk menjawab permasalahnan ini karna meskipun tidak di ajarkan di sekolah formal generasi muda bisa menjumpai bapak M. Jais, bisa belajar tenttang Iko-Iko serta nilai yang terkandung di dalamnya ada bnyak pemebelajaran lewat Iko-Iko di samping regenaris bisa mengetahui tentang budaya Iko-Iko enarasi bajo bisa juga belajar tentang sejarah,tentang kehidupan laut dan lain sebagainya. Kata Kunci: Media, Fungsi, dan pembelajaran
PENYANDANG DISABILITAS TUNANETRA ETNIK MUNA DALAM MENCARI NAFKAH DI KOTA KENDARI Yaddi, Yafsin; Anwar, H.; Suardika, I Ketut
Jurnal Penelitian Budaya Vol 3, No 1 (2018): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (552.95 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v3i1.7791

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis: (1) Jenis-jenis pekerjaan penyandang disabilitas tunanetraEtnik Muna di Kota Kendari, (2) Penyebab penyandang disabilitas tunanetra etnik Muna di Kota Kendari belum mendapatkan pekerjaan yang layak, (3) Kebutuhan penyandang disabilitas tunanetra etnik Muna dalam  menjalankan pekerjaannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode analisis deskritif kualitatif.Teknik analisis Analisis data kualitatif dilakukan melalui tiga langkah yaitu : (1) Reduksi data, (2) Penyajian data, dan (3) Penarikan kesimpulan.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1)Jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan penyandang disabilitas tunanetra etnik Muna di Kota Kendari yaitu: a) mengemis, b) mengamen, c) memijat, dan d) mengajar. (2)Penyebab penyandang disabilitas tunanetra etnik Muna belum mendapatkan pekerjaan yang layak  di Kota Kendari yaitu: a) belum adanya lowongan/kurang sekali pekerjaan untuk tunanetra, b) masih dimanfaatkan keluarga untuk mengamen dan mengemis, c) kurang dukungan keluarga dan, d) pendidikan sangat terbatas. (3) Kebutuhan penyandang disabilitas  tunanetra etnis Muna dalam menjalankan pekerjaannya yaitu: a) kebutuhan sandang, papan, pangan, tempat berlindung, b) kebutuhan perasaan aman, c) perasaan diterima oleh orang lain, dihormati, ikut serta berprestasi, d) kebutuhan memperoleh kehormatan,pujian, penghargaan, dan pengakuan, e) kebutuhan kebanggaan pada diri sendiri, ekspresi diri .Kata kunci: Tunanetra, Mencari Nafkah, Etnik Muna, Kota Kendari