Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Mineralogi dan Mobilitas Unsur pada Lithium dan Logam Tanah Jarang pada Lumpur Sidoarjo (Lusi), Indonesia Hakim, Andy Yahya Al; Anggayana, Komang; Indriati, Teti; Sulistijo, Budi; Syafrizal, Syafrizal; Heriawan, Mohamad Nur; Widayat, Agus Haris
Geosapta Vol 8, No 2 (2022): JULI 2022
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jg.v8i2.13936

Abstract

Lumpur Sidoarjo (Lusi) merupakan manivestasi gunung lumpur (mud volcano) yang mengeluarkan erupsi sejak Mei 2006 hingga saat ini. Kegiatan penelitian dengan fokus elemen tanah jarang pada Lusi menjadi perhatian karena volume lumpur yang terus bertambah, serta potensi logam yang bernilai ekonomis. Studi ini bertujuan untuk mengetahui mineralogi Lusi berdasarkan studi mikroskopi optik dan elektron, serta konfirmasi dari geokimia untuk memahami kelimpahan unsur. Sampel didominasi seperti kuarsa, Ca-feldspar, mineral filosilikat seperti muskovit. Kaolinit teramati pada semua sampel, merupakan mineral lempung yang dapat menangkap elemen tanah jarang (rare-earth element) melalui mekanisme adsorpsi dan substitusi ion. Analisa geokimia menunjukkan kelimpahan unsur lithium pada Lusi mengalami pengayaan sebanyak 3 hingga 5 kali jika dibandingkan dengan kelimpahan unsur di kerak bumi. Terdapat korelasi unsur yang kuat antara unsur lithium (r>0,8) dengan Sr, Rb, Be, K, Cs, diduga terkayakan pada mineral silikat dengan struktur berlapis seperti kaolinit dan muskovit. Unsur light rare-earth elements menunjukkan kelimpahan yang lebih tinggi dengan heavy rare-earth elements. Lithium merupakan unsur yang menarik untuk dieksplorasi lebih lanjut karena mengalami pengayaan dan kemungkinan berikatan membentuk garam klorida atau mineral lain. Logam tanah jarang, walaupun mengalami pengayaan, dengan kondisi ilmu pengetahuan saat ini bukan merupakan target utama untuk kegiatan eksplorasi lanjutan.
NALISIS SPASI LUBANG BOR DENGAN METODE GEOSTATISTIK UNTUK MENGEVALUASI SUMBER DAYA BATUBARA PADA FORMASI LATIH, KABUPATEN BERAU, KALIMANTAN TIMUR Putra, Jovian Addo; Heriawan, Mohamad Nur; Widayat, Agus Haris; Zulkarnain, Andi
Prosiding Temu Profesi Tahunan PERHAPI 2023: PROSIDING TEMU PROFESI TAHUNAN PERHAPI
Publisher : PERHAPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Evaluasi sumber daya merupakan kegiatan yang sangat penting dalam suatu tahapan eksplorasi mineral dan batubara. Drill hole spacings analysis (DHSA) merupakan metode untuk mengevaluasi tingkat keyakinan sumber daya dengan pendekatan geostatistik terutama untuk endapan batubara. DHSA memberikan nilai global estimation variance (GEV) atau relatif eror berdasarkan skenario spasi bor tertentu dan untuk variabel tert entu yang berhubungan dengan parameter kualitas maupun geometri batubara. Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, DHSA ini dinilai lebih objektif dan memberikan hasil yang mendekati dengan kompleksitas kondisi geologi daerah penelitian. Daerah penelitian berlokasi di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, yang berada pada Formasi Latih, Cekungan Tarakan. Variabel seam batubara yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: kandu ngan abu (ash), ketebalan seam batubara (thickness) dan akumulasi ash-thickness. Selain DHSA dengan pendekatan GEV, maka nilai Kriging Variance (KV) dan Kriging Efficiency (KE) juga digunakan sebagai pembanding. Hasil DHSA menggunakan metode GEV menunjukkan spasi bor optimum untuk kategori sumber daya terukur (Measured) berkisar 400 m, tertunjuk (Indicated) berkisar 900 m, dan terreka (Inferred) berkisar 2500 m. Evaluasi sumber daya berdasarkan nilai KV menunjukkan bahwa spasi bor optimum untuk kategori sumber daya terukur sebesar 250 m. Sedangkan berdasarkan nilai KE menunjukkan spasi bor optimum untuk kategori sumber daya terukur sebesar 300 m. Hasil optimasi spasi bor optimum berdasarkan ketiga pendekatan geostatistik mendekati kriteria kategori sumber daya batubara berdasarkan SNI 5015:2019 untuk kompleksitas geologi sederhana.
EVALUASI SUMBER DAYA PASIR KUARSA BERDASARKAN DATA PEMBORAN DAN SURVEI GPR PADA MATERIAL SISA HASIL PENGOLAHAN TIMAH ALUVIAL DI KEPULAUAN BANGKA DAN BELITUNG Safitra, Roby Mardiyan; Heriawan, Mohamad Nur; Anggayana, Komang; Parnadi, Wahyudi Widyatmoko; Azwardi, Ichwan; Rubiarto, Rubiarto
Prosiding Temu Profesi Tahunan PERHAPI 2023: PROSIDING TEMU PROFESI TAHUNAN PERHAPI
Publisher : PERHAPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pasir kuarsa merupakan salah satu bahan galian yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan industri manufaktur. Pasir kuarsa yang diperoleh dari area penambangan timah aluvial memiliki kandungan silika (SiO2) yang cukup tinggi dengan rata-rata kadar 95%. Sehingga dalam alur pengolahan bijih timah, hasil penambangan dan pengolahan yang berlangsung telah menghasilkan pasir kuarsa berkualitas cukup tinggi sebagai produk sisa hasil pengolahan (SHP). Studi ini dilakukan untuk mengevaluasi potensi atau sumber daya material SHP yang berupa silika yang terdapat di lima lokasi di Kepulauan Bangka dan Belitung. Metode yang dilakukan untuk mengevaluasi sumber daya pasirkuarsa adalah survei geofisika dengan metode ground penetrating radar (GPR) tipe unshielded dan shielded untuk menginterpretasikan variasi ketebalan lapisan di setiap lokasi. Panjang lintasan pengambilan data GPR cukup beragam berkisar pada rentang 100 – 900 m tergantung pada luasan dan kondisi sebagian besar lokasi studi yang berupa kolong bekas tambang dan hutan sawit. Metode pemboran dengan spasi yang bervariasi mulai dari 50 m, 100 m, 150 m, sampai 200 m dilakukan untuk pengambilan sampel SHP dan meningkatkan keyakinan terhadap model geometri lapisan pasir kuarsa.Berdasarkan data hasil pemboran pada lima lokasi (blok) yang berada di Kepulauan Bangka dan Belitung diperoleh informasi berupa volume pasir kuarsa dan kandungan silika yang cukup signifikan dan dapat mendukung peluang bisnis terhadap komoditas tersebut. Kombinasi antara data pemborandan data GPR akan menghasilkan model geometri yang lebih akurat daripada berdasarkan data pemboran saja. Spasi pemboran yang semakin lebar menunjukkan perbedaan volume pasir kuarsa yang lebih besar antara interpretasi berdasarkan data pemboran saja dibandingkan dengan kombinasi data pemboran dan GPR. Sehingga penggunaan survei GPR untuk spasi pemboran yang lebih lebar terutamapada spasi 100 – 200 m dapat meningkatkan keyakinan terhadap hasil estimasi sumber daya pasir kuarsa
NALISIS SPASI LUBANG BOR DENGAN METODE GEOSTATISTIK UNTUK MENGEVALUASI SUMBER DAYA BATUBARA PADA FORMASI LATIH, KABUPATEN BERAU, KALIMANTAN TIMUR Putra, Jovian Addo; Heriawan, Mohamad Nur; Widayat, Agus Haris; Zulkarnain, Andi
Prosiding Temu Profesi Tahunan PERHAPI 2023: PROSIDING TEMU PROFESI TAHUNAN PERHAPI
Publisher : PERHAPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Evaluasi sumber daya merupakan kegiatan yang sangat penting dalam suatu tahapan eksplorasi mineral dan batubara. Drill hole spacings analysis (DHSA) merupakan metode untuk mengevaluasi tingkat keyakinan sumber daya dengan pendekatan geostatistik terutama untuk endapan batubara. DHSA memberikan nilai global estimation variance (GEV) atau relatif eror berdasarkan skenario spasi bor tertentu dan untuk variabel tert entu yang berhubungan dengan parameter kualitas maupun geometri batubara. Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, DHSA ini dinilai lebih objektif dan memberikan hasil yang mendekati dengan kompleksitas kondisi geologi daerah penelitian. Daerah penelitian berlokasi di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, yang berada pada Formasi Latih, Cekungan Tarakan. Variabel seam batubara yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: kandu ngan abu (ash), ketebalan seam batubara (thickness) dan akumulasi ash-thickness. Selain DHSA dengan pendekatan GEV, maka nilai Kriging Variance (KV) dan Kriging Efficiency (KE) juga digunakan sebagai pembanding. Hasil DHSA menggunakan metode GEV menunjukkan spasi bor optimum untuk kategori sumber daya terukur (Measured) berkisar 400 m, tertunjuk (Indicated) berkisar 900 m, dan terreka (Inferred) berkisar 2500 m. Evaluasi sumber daya berdasarkan nilai KV menunjukkan bahwa spasi bor optimum untuk kategori sumber daya terukur sebesar 250 m. Sedangkan berdasarkan nilai KE menunjukkan spasi bor optimum untuk kategori sumber daya terukur sebesar 300 m. Hasil optimasi spasi bor optimum berdasarkan ketiga pendekatan geostatistik mendekati kriteria kategori sumber daya batubara berdasarkan SNI 5015:2019 untuk kompleksitas geologi sederhana.
Drill Hole Spacing Analysis for Evaluation of Quartz Sand Resources as Residual Material from On-Land Alluvial Tin Processing based on Global Estimation Variance and Kriging Variance, with Case Study in the Bangka and Belitung Islands, Indonesia Safitra, Roby Mardiyan; Heriawan, Mohamad Nur; Anggayana, Komang; Rubiarto, Rubiarto; Lubis, Ichwan Azwardi
Journal of Engineering and Technological Sciences Vol. 56 No. 5 (2024)
Publisher : Directorate for Research and Community Services, Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/j.eng.technol.sci.2024.56.5.9

Abstract

On-land alluvial tin mining activities produce residual materials from mineral processing or mineral washing; the major one of these is quartz sand, which can be utilized in the manufacturing industry. As time goes by, the reserves of alluvial tin are decreasing, which is in line with the increasing residual material from abundant mineral processing. Mining procedures are carried out following the Indonesian government regulations, covering mining as well as reprocessing. This motivated us to evaluate the potential of quartz sand at two mining sites in Bangka and Belitung Islands. This study evaluated alluvial tin processing residual quartz sand through drill hole spacing analysis (DHSA) by comparing two geostatistics parameters, namely global estimation variance (GEV) and kriging variance (KV). Drill hole samples were taken with varying spacing, ranging from 50 to 200 m, after which geostatistical analysis was carried out. With several simulations, the incorporation of GEV and KV was able to produce the optimal drill hole spacing with measured resource categories in the range of 40 to 55 m, indicated resources in the range of 55 to 85 m, and inferred resources >85 m. Accordingly, the total estimated quartz sand resources of both sites were obtained.
Spektroskopi Reflektansi Sampel Tanah dan Batuan yang Mengandung Mineral Pembawa Unsur Tanah Jarang dan Radioaktif Hede, Arie Naftali Hawu; Firdaus, Muhammad Anugrah; Prianata, Yogi La Ode; Heriawan, Mohamad Nur; Syafrizal; Syaeful, Heri; Lubis, Ichwan Azwardi
EKSPLORIUM Vol. 40 No. 2 (2019): NOVEMBER 2019
Publisher : BRIN Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17146/eksplorium.2019.40.2.5644

Abstract

Reflectance spectroscopy is one of the nondestructive methods of mineral identification and is one of the basic principles in the remote sensing analysis using optical sensors. This research aimed at applying reflectance spectroscopy at 350–2,500 nm wavelength range for samples containing rare earth elements (REE) and radioactive minerals. Samples were taken from several locations in South Bangka and Mamuju that had previously been identified as potential location of REE and radioactive-bearing minerals. Reflectance data shows that there are absorption characteristics for REE-bearing minerals; monazite, zircon, and xenotime minerals especially from tailings and tin ore concentrate for the samples from South Bangka. The key wavelengths are specifically in the visible-near infrared range (VNIR; 400–1300 nm). For the samples from Mamuju, which is known as radioactive mineral prospecting areas, spectral characteristics provide information that there are spectral signatures in the shortwave infrared range (1,300–2,500 nm). The results of major mineral interpretations include clay minerals, sulfates, NH4 species, and other minerals containing Al-OH. However, some samples at the VNIR wavelength identified as iron oxide/hydroxide minerals. It is hoped that these results can be useful for REE and radioactive exploration mapping using remote sensing methods.
Geostatistical Ore Body Modeling on Uranium Mineralization in Remaja Sector, Kalan Area, West Kalimantan Ciputra, Roni Cahya; Heriawan, Mohamad Nur; Syaeful, Heri; Kamajati, Dhatu; Rahmawati, Putri
EKSPLORIUM Vol. 43 No. 1 (2022): MAY 2022
Publisher : BRIN Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17146/eksplorium.2022.43.1.6622

Abstract

Manual ore body modeling on Remaja Sector, Kalan, West Kalimantan generally takes a long time and is subjective. On the other hand, automatic modeling (implicit modeling) is faster, objective, and equipped with uncertainty factors. This study aimed to analyze the comparison between the geostatistical Sequential Indicator Simulation (SIS) ore body model to the manual ore body model. The lithology database was used as input for variogram analysis and SIS simulation. The directional variogram was used to construct an experimental variogram for the lithology with orientation data. The orientation of the lithologies corresponds to the anisotropy of their variogram map. The SIS was carried out in Block A and Block B with block sizes of 6×6×6 m3 and 5×5×5 m3 respectively. The simulation results were processed to produce a lithology probability model. By using maximum probability as block lithology, simulation results were well validated by the composite database histogram, the lithologies along the tunnel on the geological map of level 450 masl of Eko Remaja Tunnel., and the lithologies along boreholes. The weakness of the geostatistical ore body model was the results depending on the input parameters. Meanwhile, several advantages of the geostatistical ore body model were a faster processing process, equipped with an uncertainty factor, and the block size of the model has taken into account the distance between grade data so that it can be used directly for grade estimation. Quantitatively, the geostatistical ore body model had a higher average percentage of conformity to the lithology of the mineralized zone along the borehole than the manual ore body model