Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

KONSTRUKSI MITOS ILUMINATI PADA MASJID AL-SAFAR (Analisis Semiotika Roland Barthes) Juparno Hatta
Jurnal Sosiologi Agama Vol 13, No 2 (2019)
Publisher : Program Studi Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (239.931 KB) | DOI: 10.14421/jsa.2019.132-04

Abstract

Secara umum, struktur arsitektur masjid tidak memperlihatkan keseragaman. Nilai lokalitas atau kedaerahan dan pra-islam memberi pengaruh pada beberapa arsitektur masjid tua di Indonesia. Dewasa ini, arsitektur masjid lebih berkembang dengan pola desain yang lebih modern dan unik, sepeti masjid al-Safar. Arsitekturnya yang menyerupai segitiga sebagai konsekuensi desainya yang mengadopsi konsep folding. Tuduhan atau tafsiran arsitektur masjid al-Safar yang tidak islami karena menyerupai objek sakral dari umat Yahadi, yaitu iluminati atau segitiga adalah mitos. Dalam sejarah manusia, benda fisik yang bermakna simbolis atau Yang Sakral dipengaruhi pengalaman hidup atau realitas subyektif manusia. Dua objek simbolis ini, memiliki sejarahnya masing-masing dan diference.Kata Kunci: Aristektur masjid, Masjid Al-Safar, Mitos, SimbolisGenerally, the mosque’s architectural structure does not show uniformity. The locality or provincial and pre-Islamic value gave architecture influence to some ancient mosques in Indonesia. Recently, the mosque’s architecture is well-developed with modern and unique design pattern, such as Al-Safar mosque. Its architecture resembled triangle as its adopted design by folded concept. Accusation or interpretation of Al-Safar mosque which doesn’t represent Islam, whereas its represent the sacred object of Jewish adherent, which is illuminati or triangle is a myth. In human history, this physical object symbolically related or the Most Sacred affected by life experience or subjective human reality. These two symbols, have their own differences and history.Keywords: Mosque Architecture, Al-Safar Mosque, Myth, Symbolic
Representasi Politis pada Perda Syariah: Sebuah Kajian Kepustakaan Juparno Hatta
Tazkir: Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Sosial dan Keislaman Vol 8, No 2 (2022)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Padangsidimpuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24952/tazkir.v8i2.6076

Abstract

Pasca reformasi meniscayakan luapan ekspresi politik identitas di ruang publik. Perda syariah adalah bentuk dari politik identitas, selain munculnya partai politik Islam di Pemilu 1999. Desakan kelompok islamis dan diperentara juga keterlibatan aktor politik daerah mensukseskan penerbitan perda syariah dan sejenisnya di berbagai wilayah Indonesia. Kehidupan politik yang dinamis dan dipenuhi preferensi politis. Perda ini berdiri diantara idealism atau pragmatism. Dunia politik adalah arena perjuangan, para aktor politik berusaha untuk mencapai kemenangan dengan mempertimbangkan kalkulasi kemenangan dan kegagalan. Pada umumnya, manusia adalah makhluk rasional, memiliki preferensi, kepentingan, dan kepercayaan. Aktor politik memiliki maksud dan tujuan dari tindakannya. Membutuhkan modal sosial serta sumber daya dalam praktik politik. Agama menjadi modal dan strategi yang efektif dan efesien dalam arena politik. Di tahun politik, agama adalah elemen sosial yang populer dan banyak digunakan. Menimbang, agama dapat memberikan nilai tukar kepada elite politik. Artikel ini menemukan bahwa representasi politik menjadi tajuk utama keberadaan perda syariah melihat dari proses dinamika lahirnya produk ini. Politisasi Islam menjadi strategi dari aktor politik untuk menciptakan basis pendukung di tengah masyakat.Kata Kunci: Perda Syariah, Arena politik, Representasi politis, Politisasi Islam, Strategi populis
Paradigma Transintegritas Ilmu:: Mendekati Islam dari Sisi Sosiologi Islam Juparno Hatta
Journal of Applied Transintegration Paradigm Vol. 3 No. 2 Desember (2023): Journal of Applied Transintegration Paradigm
Publisher : LPPM UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Paradigma transintegritas ilmu adalah penanda peristiwa transformasi lembaga untuk UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Paradigma ini, menandai runtuhnya tembok antara disipilin keilmuan Islam dan sains. Sebagai paradigma, pergeseran ini merupakan suatu keniscayaan. Kajian ini menggunakan teori paradigma dari Thomas S. Khun dan perspektif Konstrusi dari Peter L Berger. Selain itu, paradigma transintegritas ilmu membawa dampak dalam melihat dan memahami Islam secara objek kajian akademis. Islam tidak hanya lagi dilihat secara normatif, malainkan juga secara historis. Pasalnya, agama ini memiliki sejarah, bukan yang mengatasi sejarah. Makna dan praktik Islam tidak hanya tercermin dari ajaran agama itu sendiri, tetapi juga melalui perjalanan sejarah yang panjang. Dalam perjalanan itu ditemukan evolusi pemikiran, perubahan sosial, dan interaksi budaya yang mempengaruhi pemahaman umat Islam terhadap agama mereka. Selalu ada interaksi antara agama, individu, dan masyarakat. pemahaman tentang Islam tidak hanya melibatkan aspek keagamaan, tetapi juga menggali aspek-aspek seperti struktur kekuasaan, stratifikasi sosial, identitas kelompok, serta respons terhadap perubahan sosial dan politik.
Konten Islam di Media Televisi: Spiritualitas atau Pemasaran? Hatta, Juparno
Journal of Religion and Film Vol. 2 No. 2 (2023): Desember
Publisher : UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30631/jrf.v2i2.25

Abstract

Islamic content has emerged on television media, appearing in the form of news, films, soap operas, talk shows, reality shows and so on. This is called the phenomenon of Islamic commodification, which is increasing in television media nowadays. This study attempts to see what is hidden behind the scenes in the process of presenting various popular cultural products with an Islamic image. Why is Islamic content on television media increasing? Was the action aimed at spiritual values or because of economic interests? Television products with religious content are the result of market intervention. The reason is, television is an industrial media with economic interests. As a media industry, television requires capital to develop its existence. In addition, media is developing into a capital-intensive aspect. Islamic content is produced to create audience loyalty, so that it can get good ratings. Meanwhile, audience is percentage data that is valuable to offer to advertisers. Islamic content is selected and produced to meet the tastes and appeal of the audience. Islam in broadcast media becomes a commercial object.
Ekspresi Kebahasaan terhadap Liyan pada Portal Hidayatullah.com: Critical Discourse Analysis Hatta, Juparno; Sofia, Adib
Panangkaran: Jurnal Penelitian Agama dan Masyarakat Vol. 8 No. 1 (2024)
Publisher : LP2M UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/panangkaran.v8i1.3595

Abstract

Discourse in the media is always interesting to observe because it is produced by members of society, contains people's lives, and is enjoyed by society. This paper sees discourse not just as an arrangement of ideas in letters, phrases, sentences and paragraphs, but as a form of linguistic expression of writers or media managers who have backgrounds and perspectives. The Hidayatullah.com portal is the discourse observed in this paper, especially in linguistic expressions regarding parties or figures that are considered the other. This paper, which is library research with an interpretative descriptive mechanism, uses critical discourse analysis conceptualized by Norman Fairclough. This paper sees that Hidayatullah.com contains linguistic expressions that form demarcations through certain stereotypes of the other. Judging from linguistic expression, this portal builds social categories in the form of in-group-love and out-group-hate and in the context of talking about others and constructing other's identities in the second category. Furthermore, this paper reveals the background and perspective built through discourse in the media. [Wacana dalam media selalu menarik untuk diamati karena diproduksi oleh anggota masyarakat, memuat kehidupan masyarakat, serta dinikmati oleh masyarakat. Tulisan ini melihat wacana bukan sekadar susunan ide dalam huruf, frasa, kalimat dan paragraf, melainkan sebagai wujud ekspresi kebahasaan penulis atau pengelola media yang memiliki latar belakang dan perspektif. Portal Hidayatullah.com merupakan wacana yang diamati dalam tulisan ini, khususnya dalam ekspresi kebahasaan mengenai pihak atau figur yang dianggap the other atau liyan. Tulisan yang bersifat library research dengan mekanisme deskriptif interpretatif ini menggunakan critical discourse analysis atau analisis wacana kritis yang dikonsep oleh Norman Fairclough. Tulisan ini melihat Hidayatullah.com memuat ekspresi kebahasaan yang membentuk demarkasi melalui stereotipe tertentu kepada liyan. Dilihat dari ekspresi kebahasaan, portal ini membangun kategori sosial dalam bentuk in group-love dan out group-hate dan dalam konteks pembicaraan tentang liyan serta mengkonstruksi identitas liyan dalam kategori yang kedua. Selanjutnya, tulisan ini mengungkap latar belakang dan perspektif yang dibangun melalui wacana dalam media tersebut.]
STRUCTURAL APPROACH AND PARTICIPATION OF LOCAL ACTORS IN MAINTAINING INTERFAITH HARMONY IN KUALA TUNGKAL, WEST TANJUNG JABUNG REGENCY Rafii, Muhammad; Hatta, Juparno; Ilham, Muhammad; Br Surbakti, Junita; Amin, Muhammad
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 23 No. 1 (2024): Kajian Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Studies UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30631/tjd.v23i1.508

Abstract

This article focuses on examining structur contributions in the community and the participation of local actors in maintaining religious harmony in Kuala Tungkal. This article uses qualitative research methods, data obtained through observation, interviews, and documentation. Data analysis was conducted by following the stages: data reduction, data presentation, and data verification. This article finds that the contribution of the structural approach in maintaining religious harmony is inseparable in managing religious harmony. Structures in society, religious organizations, religious institutions, pesantren, and the government have become systemic networks that can collaborate in social work, especially maintaining religious harmony. This can be maintained if there are local actors who have power and interest in religious harmony. Local actors become an important and strategic consideration as a figure and are considered a person who practices religious teachings and can be a role model for their worshipers. Therefore, this article concludes that the elite-structural approach is not relevant if it is only carried out separately, but must involve local non-structural actors who have complementary roles in mobilizing society and peacemaking.
MEMBANGUN KAMPUNG RAMAH KEBERAGAMAN: PENDEKATAN MODAL SOSIAL DI KELURAHAN KENALI BESAR, KECAMATAN ALAM BARAJO, KOTA JAMBI Jamrizal, Jamrizal; Hatta, Juparno; Rafii, Muhammad; Rahman, Muhaimin Abdul
Jurnal Abdi Insani Vol 12 No 5 (2025): Jurnal Abdi Insani
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/abdiinsani.v12i5.2474

Abstract

Kasus intolerensi terus menjadi persoalan yang menghantui di Republik Pertiwi ini, selalu ada cerita diskriminasi pada kelompok minoritas di setiap tahunnya. Di saat bersamaan, pemerintah serta masyarakat sipil terus berupaya membangun keharmonisan dalam situasi keberagaman yang memiliki potensi perpecahan. Kemudian, situasi damai menjadi keniscayaan. Proyeksi “kampung ramah keberagaman” menjadi pilihan alternatif sebagai tindakan menjaga keharmonisan di tengah plurality. Membangun keharmonisan harus dimulai dan difollow up  dari masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan dalam bentuk kegiatan “kampung ramah keberagamaan” bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang inklusif, di mana setiap individu, terlepas dari latar belakang agama atau keyakinannya, dapat hidup berdampingan dengan damai. Pemberdayaan ini dilakukan di Kelurahan Kenali Besar, Kecamatan Alam Barajo, Kota Jambi yang struktur sosial-keagamaan beragam. Upaya ini melibatkan identifikasi potensi sosial dan budaya masyarakat setempat sebagai modal dasar dalam membangun rasa saling percaya, empati, toleransi, dan sebagainya untuk menciptakan kampung ramah keberagaman. Hasilnya menunjukkan bahwa pendekatan ini mampu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya toleransi, mengurangi potensi konflik, serta memperkuat kohesi sosial.   Hal demikian karena terlihat dari peningkatan kesadaran kolektif masyarakat terhadap pentingnya hidup dalam suasana yang damai dan toleran. Muncul inisiatif lokal yang berangkat dari warga sendiri untuk menjaga kerukunan, seperti pembentukan kelompok relawan toleransi, penyusunan kesepakatan bersama antar tokoh agama, serta penguatan forum komunikasi antar warga. Bahwa pendekatan partisipatif dalam program pengabdian benar-benar mendorong masyarakat untuk menjadi pelaku utama dalam merawat keberagaman. Masyarakat mulai menunjukkan sikap yang lebih terbuka, saling menghargai, dan mampu menyikapi perbedaan secara dewasa. Dengan demikian, “kampung ramah keberagamaan” dapat menjadi model yang relevan dan aplikatif untuk memperkuat harmoni sosial di tengah keberagaman.
PERAN TOKOH BUDAYA DALAM MENJAGA LINGKUNGAN ALAM DI JAMBI: ANALISIS STRUKTUR FUNGSIONALISME Nilyati, Nilyati; Nurfazilah, Nurfazilah; Hatta, Juparno
Jurnal Sains Sosio Humaniora Vol. 7 No. 1 (2023): Volume 7, Nomor 1, Juni 2023
Publisher : LPPM Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/jssh.v7i1.23473

Abstract

Krisis lingkungan menjadi perhatian pemerintah dasarwarsana ini. Aktivitas PETI disimpulkan sebagai faktor yang banyak menyumbang dampak negatif bagi lingkungan. Jambi menjadi lokasi PETI yang tingkat aktivitasnya meningkat. Aktivitas ini tersebar pada beberapa kabupaten di Jambi. akan tetapi, ada dua desa di kabupaten yang berbeda menunjakan gerakan penolakan terhadap aktivitas PETI, yaitu Desa Sikamis dan Desa Talang Segegah. Kesadaran akan ramah lingkungan dikatikan dengan peran tokoh adat setempat. Gerakan yang bersifat buttom up ini, mendorong, membuat dan mempertahankan Peraturan Desa tentang pelarangan aktivitas PETI. Tokoh masyakat dengan legitimasi dari masyarakat membuat peraturan daerah tentang pelarangan aktivitas PETI, serta mendorong proses sosialisasi dalam membangun kesadaran ramah lingkungan pada masyarakat di desa Sikamis dan Talang segegah. Tokoh masyarakat berperan sebagai system sosial dalam konsep litensi, mengarahkan dan memotivasi agar masyarakat setempat bersikap dan bertindak selaras dengan subjek ramah lingkungan
Paradigma Transintegritas Ilmu: Mendekati Islam dari Sisi Sosiologi Islam Hatta, Juparno
Journal of Applied Transintegration Paradigm Vol. 3 No. 2 (2023): Journal of Applied Transintegration Paradigm
Publisher : LPPM UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30631/y07y5w82

Abstract

Paradigma transintegritas ilmu adalah penanda peristiwa transformasi lembaga untuk UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Paradigma ini, menandai runtuhnya tembok antara disipilin keilmuan Islam dan sains. Sebagai paradigma, pergeseran ini merupakan suatu keniscayaan. Kajian ini menggunakan teori paradigma dari Thomas S. Khun dan perspektif Konstrusi dari Peter L Berger. Selain itu, paradigma transintegritas ilmu membawa dampak dalam melihat dan memahami Islam secara objek kajian akademis. Islam tidak hanya lagi dilihat secara normatif, malainkan juga secara historis. Pasalnya, agama ini memiliki sejarah, bukan yang mengatasi sejarah. Makna dan praktik Islam tidak hanya tercermin dari ajaran agama itu sendiri, tetapi juga melalui perjalanan sejarah yang panjang. Dalam perjalanan itu ditemukan evolusi pemikiran, perubahan sosial, dan interaksi budaya yang mempengaruhi pemahaman umat Islam terhadap agama mereka. Selalu ada interaksi antara agama, individu, dan masyarakat. pemahaman tentang Islam tidak hanya melibatkan aspek keagamaan, tetapi juga menggali aspek-aspek seperti struktur kekuasaan, stratifikasi sosial, identitas kelompok, serta respons terhadap perubahan sosial dan politik.
MODERASI BERAGAMA DAN UNIVERSALISME ISLAM: Kebijakan FKPT Jambi Berbasis Pemikiran Nurcholish Madjid Kusnadi, Edy; Rafii, Muhammad; Hatta, Juparno; Mesalina T, Juliana
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 23 No. 2 (2024): Kajian Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Studies UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30631/tjd.v23i2.581

Abstract

Jambi, is not free from the threat of terrorism in managing diversity. It is recorded that cases related to the issue of radicalism have been found in the Jambi region. The Jambi Terrorism Prevention Coordination Forum (FKPT) has taken integral-participatory action in preventing the development of radicalism and terrorism in Jambi. The actions and policies of the Jambi FKPT seek to build tolerant and inclusive diversity in deradicalization and prevention of radicalism and terrorism. The purpose of this article focuses on the Jambi FKPT policy in narrating diverse moderation and analyzing these programs and policies from the perspective of Nurcholish Madjid. This article uses qualitative methods and literature studies. By conducting interviews with the Jambi FKPT subjects, and reading policies and programs. Furthermore, it is analyzed using a content approach, analysis, and discourse analysis. Moderation education is mainstreamed in carrying out deradicalism and preventing radicalism in Jambi. The discourse of moderation is in line with the universalist view of Islam from Nurcholish Madjid, in building the character of religious people with a tolerant and inclusive attitude. The concept is in Islamic universalism, while the practice is in religious moderation. In an effort to deal with terrorism, FKPT Jambi adopted Cak Nur's thinking as a basis for managing diversity in Jambi. The resolution in deradicalization in Jambi was developed by FKPT by building a stronger social foundation in maintaining harmony amidst the plurality of society. Its policy encourages religion not only as a ritual dimension, directing the development of basic understanding of religion into public ethics and spiritual vision as a resolution in managing diversity in Jambi.