Sungai Bakau Village is a coastal area in Kumai Sub-district with the majority of the community as fishermen. However, there is a health problem of malnutrition that occurs in this village, causing stunting. Stunting is a chronic nutritional problem because it is a condition of malnutrition that is related to insufficient nutrition in the past. Stunting measurement itself is carried out by paying attention to the height or body length, age and gender of the toddler. The aim of the research is to find out how the eating patterns of the Sungai Bakau Village coastal community, especially women, because stunting is influenced by the conditions of women and families. This research uses descriptive quantitative research. The population of this study is the coastal community of Sungai Bakau Village, Kumai District, West Kotawaringin Regency. The total sample of 60 respondents consisted of pregnant women (10 respondents), breastfeeding mothers (10 respondents), mothers with stunted children (9 respondents) and the general public (31 respondents), all respondents were women. The age range of respondents was <30 years - >50 years. The results obtained in the research show that coastal communities in Sungai Bakau Village already have a regular eating pattern but still consume foods that contain preservatives and flavorings. Preservative foods are consumed more often because they are cheap and easy to process. Food that is difficult to obtain is fruit because it is rare and expensive. The conclusion is that the portion of coastal communities consuming main foods is already in the quite good category and the majority of women still consume quite a lot of preservative foods which can affect children's nutrition. ABSTRAK Desa Sungai Bakau merupakan kawasan pesisir di Kecamatan Kumai dengan mayoritas masyarakat sebagai nelayan. Namun terdapat permasalahan kesehatan kurang gizi yang terjadi di desa ini sehingga menyebabkan anak stunting. Stunting adalah masalah gizi yang bersifat kronis karena menjadi salah satu keadaan malnutrisi yang memiliki hubungan dengan tidak tercukupinya zat gizi dimasa lalu. Pengukuran stunting sendiri dilakukan dengan memperhatikan tinggi atau panjang badan umur dan jenis kelamin balita. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pola makan masyarakat pesisir Desa Sungai Bakau khususnya perempuan karena stunting terjadi dipengaruhi oleh kondisi perempuan dan keluarga. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif. Populasi penelitian ini merupakan masyarakat pesisir Desa Sungai Bakau, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat. Jumlah sampel 60 responden terdiri dari ibu hamil (10 responden), ibu menyusui (10 responden), ibu dengan anak stunting (9 responden) dan masyarakat umum (31 responden), keseluruhan responden merupakan perempuan. Rentang usia responden antara <30 tahun - >50 tahun. Hasil yang didapat dalam penelitian menunjukkan bahwa masyarakat pesisir di Desa Sungai Bakau sudah memiliki pola makan yang teratur namun juga masih mengkonsumsi makanan yang mengandung pengawet dan penyedap, makanan pengawet lebih banyak dikonsumsi dikarenakan murah dan mudah dalam pengolahan. Bahan makanan yang sulit diperoleh adalah buah karena jarang dan mahal. Kesimpulannya adalah porsi makan masyarakat pesisir dalam mengkonsumsi makanan utama sudah masuk dalam kategori cukup baik dan mayoritas perempuan masih mengkonsumsi cukup banyak makanan pengawet sehingga dapat mempengaruhi gizi anak. Kata Kunci: Pola makan, masyarakat pesisir, Desa Sungai Bakau, stunting, perempuan