Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

BENTUK-BENTUK KRIMINALITAS PADA MASA BALI KUNO ABAD IX – XII Krisnanda, I Gede Putu Angga; Laksmi, Ni Ketut Puji Astiti; Bawono, Rochtri Agung
Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan Vol 10 No 22 (2024): Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan
Publisher : Peneliti.net

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5281/zenodo.14574601

Abstract

Prasasti merupakan salah satu tinggalan arkeologi dari masa atau periode klasik yang menempati porsi cukup penting dalam penelitian arkeologi. Prasasti pada umumnya memuat berbagai aspek kehidupan masyarakat Bali Kuno dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau termasuk masalah sosial seperti gangguan keamanan (kriminalitas) yang terjadi di masyarakat. Prasasti Pada Masa Bali Kuno memuat tindak kriminalitas antara lain Prasasti Bebetin AI yang berangka tahun 818 Ś, Prasasti Bebetin AII yang berangka tahun 911 Ś, Prasasti Sading A yang berangka tahun 923 Ś, Prasasti Gobleg, Pura Desa III yang berangka tahun 1037 Ś, Prasasti Bwahan C yang berangka tahun 1068 Ś, Prasasti Udjung yang berangka tahun 962 Ś, serta Prasasti Gobleg Pura Batur B. Penelitian terkait tindak kriminalitas secara lebih seksama perlu dilakukan dan dikaji lebih mendalam untuk mengetahui mengenai tindak kriminalitas yang pernah terjadi pada masa lampau. Penelitian ini untuk mengetahui bentuk kriminalitas pada masyarakat di Masa Bali Kuno abad IX-XII. Teori yang penulis gunakan dalam penelitian ini anome untuk mengkaji tindakan kriminal yang terjadi pada Masa Bali Kuno, sedangkan dalam analisis penulis menggunakan analisis kualitatif dan analisis kontekstual hingga mendapatkan gambaran tindakan kriminalitas yang terjadi pada Masa Bali Kuno Abad IX-XII. Berdasarkan analisis yang dilaksanakan bentuk kriminalitas pada Masa Bali Kuno masuk dalam kelompok kejahatan sukhadhuka yang secara garis besar dibagi menjadi empat, yaitu : a) penganiayaan, b) pembunuhan, c) tindak kekerasan, d) kejahatan terhadap kesopanan, sedangkan bentuk-bentuk kejahatannya meliputi: a) anghapit (memukul), b) hastacapala, c)angabet, d)dandakodanda (memukul), e)pinurripurihan (dihalang-halangi/diintimidasi), f) padacapala (menendang), g) anibo, h) haracun, i)angracun (meracun), j) hanayab (menusuk), k) wangke kabunan (mayat terkena embun), l) matarahin, m) ryyampas, n) amungpang, o) anumpu (perampasan), p) amuk, q) hamuk (mengamuk), r) maling (mencuri), s) drohaka (menipu), t) kejahatan terhadap wanita.
Konservasi Lingkungan dan Pemanfaatan Mata Air Pura Tirta Empul : Kajian Prasasti Manukaya Sutejo, Alfan Azzury; Laksmi, Ni Ketut Puji Astiti; Zuraidah; Prihatmoko, Hedwi; Kamandalu, Si Gede Bandem
AMERTA Vol. 43 No. 1 (2025)
Publisher : Penerbit BRIN (BRIN Publishing)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55981/amt.2025.8670

Abstract

Abstract. Environmental Conservation and the Utilization of the Tirta Empul Temple Spring: A Study of the Manukaya Inscription. Water is a vital element for all creatures on earth. Moreover, for humans, water has a function to fulfill needs both spiritually and profanely (daily needs). One of the springs used to fulfill these two needs is at Tirta Empul Temple. To fulfill spiritual needs, the spring is used as tirtha (holy water) and to carry out the melukat procession. Profane use of this spring is used for several things, such as supplying household water in Manukaya and Tampaksiring Villages, water raw materials for PDAM Gianyar, meeting the water needs of the Tampaksiring Presidential Palace, and finally, irrigating the subaks located downstream of Tirta Empul Temple. Based on this, the things studied in this paper are related to environmental conservation activities and the use of this spring as stated in the Manukaya inscription. Apart from that, it is also necessary to observe the sustainability of conservation activities carried out by local indigenous communities. The research process is divided into three stages, namely data collection (literature study, observation, and interviews), data analysis (descriptive-qualitative and cultural ecology), and finally data interpretation to draw conclusions. The results of this research show that there are environmental conservation efforts and the use of the Tirta Empul spring in the Manukaya inscription. Conservation efforts are also carried out today by indigenous peoples by maintaining the sacredness of the main pond and having awig-awig regarding the prohibition of cutting down trees around Tirta Empul Temple. Keywords: Pura Tirta Empul, Conservation, Prasasti Manukaya, Water Spring   Abstrak. Air merupakan unsur yang sangat vital bagi seluruh makhluk di bumi. Selain itu, bagi manusia, air memiliki fungsi untuk memenuhi kebutuhan baik secara spiritual maupun profane (kebutuhan sehari-hari). Salah satu sumber air yang dimanfaatkan untuk memenuhi kedua kebutuhan tersebut adalah di Pura Tirta Empul. Untuk memenuhi kebutuhan spiritual, sumber air tersebut dimanfaatkan sebagai tirtha (air suci) dan untuk melaksanakan prosesi melukat. Pemanfaatan profane sumber air ini dimanfaatkan untuk beberapa hal, seperti penyediaan air rumah tangga di Desa Manukaya dan Desa Tampaksiring, bahan baku air untuk PDAM Gianyar, pemenuhan kebutuhan air Istana Kepresidenan Tampaksiring, dan terakhir, pengairan subak yang terletak di hilir Pura Tirta Empul. Berdasarkan hal tersebut, maka hal-hal yang dikaji dalam tulisan ini terkait dengan kegiatan pelestarian lingkungan dan pemanfaatan sumber air ini sebagaimana tercantum dalam prasasti Manukaya. Selain itu, perlu juga dicermati keberlanjutan kegiatan pelestarian yang dilakukan oleh masyarakat adat setempat. Proses penelitian dibagi menjadi tiga tahap, yaitu pengumpulan data (studi pustaka, observasi, dan wawancara), analisis data (deskriptif-kualitatif dan ekologi kultural), dan terakhir interpretasi data untuk menarik simpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya upaya pelestarian lingkungan dan pemanfaatan mata air Tirta Empul pada prasasti Manukaya. Upaya pelestarian juga dilakukan saat ini oleh masyarakat adat dengan menjaga kesakralan kolam utama dan memiliki awig-awig tentang larangan menebang pohon di sekitar Pura Tirta Empul. Kata kunci: Pura Tirta Empul, Konservasi, Prasasti Manukaya, Mata Air
Penerapan Teknologi Augmented Reality Dalam Pengembangan Aplikasi Tata Letak dan Informasi Bangunan Cagar Budaya (Studi Kasus: Kota Bandar Grissee) Syarif, Alan Maulana; Laksmi, Ni Ketut Puji Astiti; Kristiawan, Kristiawan
Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan Vol 10 No 8 (2024): Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan
Publisher : Peneliti.net

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5281/zenodo.11095683

Abstract

Kota Bandar Grissee adalah sebuah kawasan wisata kota tua di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Indonesia. Kawasan ini memiliki keunikan dan keragaman bangunan yang mencerminkan sejarah dan budaya yang beragam, terdapat berbagai macam bangunan dengan gaya arsitektur yang berbeda mulai dari kolonial, cina, dan arab. Penelitian ini membahas penerapan teknologi Augmented Reality dalam pengembangan aplikasi tata letak dan informasi bangunan cagar budaya di Kota Bandar Grissee. Aplikasi ini dirancang untuk platform android menggunakan perangkat lunak Blender dan Unity dengan memanfaatkan library EasyAR dan Mapbox sehingga dapat memberikan pengalaman interaktif kepada pengguna dalam mengeksplorasi dan mempelajari bangunan cagar budaya di kawasan tersebut. Dengan menggunakan teknologi Augmented Reality, aplikasi ini mampu menampilkan tata letak dan informasi bangunan secara real-time dan interaktif langsung pada layar perangkat pengguna. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aplikasi ini efektif dalam memberikan informasi dan navigasi bangunan cagar budaya, serta memiliki potensi untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap warisan budaya di Kota Bandar Grissee.