Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

UPAYA MITIGASI BENCANA KEBAKARAN PADA BANGUNAN BERSEJARAH (STUDI KASUS PASAR PAING SIDAYU) Amara, Yasmin Lana; Bawono, Rochtri Agung; Kristiawan
JEJAK : Jurnal Pendidikan Sejarah & Sejarah Vol. 4 No. 1 (2024): Kajian Kesejarahan lokal dan Pemanfaatannya
Publisher : Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/jejak.v4i1.29240

Abstract

Kebudayaan Indis yang merupakan kebudayaan hasil pencampuran kebudayaan lokal jawa dan kebudayaan Belanda dapat dilihat wujudnya dalam bentuk bangunan Pasar Paing Sidayu. Sebagai bukti perkembangan sejarah arsitektur Indonesia, Pasar Paing Sidayu harus dijaga kelestariannya. Namun, bencana kebakaran telah merusak bangunan Pasar Paing Sidayu. Demi menjaga nilai sejarah yang terkandung dalam bangunan Pasar Paing Sidayu, maka perlu diterapkan upaya mitigasi khususnya yang terfokus pada bencana kebakaran. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan observasi, wawancara dan studi pustaka. Hasil yang disajikan pada penelitian ini ialah berupa rekomendasi pengadaan fasilitas untuk upaya mitigasi bencana kebakaran. Fasilitas yang dimaksud adalah yang termasuk dalam upaya mitigasi tipe aktif untuk bencana kebakaran karena untuk mempertahankan bentuk asli bangunan Pasar Paing Sidayu.
IDENTIFIKASI ANCAMAN PADA KELESTARIAN SITUS PANGGUYANGAN DI KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT Zidani, Ahmad Rifqi; Bawono, Rochtri Agung; Titasari, Coleta Palupi
JEJAK : Jurnal Pendidikan Sejarah & Sejarah Vol. 4 No. 2 (2024): Kesejarahan Lokal, Internasional, Serta Pembelajarannya
Publisher : Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/jejak.v4i2.33836

Abstract

Tinggalan dengan corak kebudayaan megalitik juga ditemukan di Jawa Barat. Situs Pangguyangan merupakan tinggalan arkeologi bercorak kebudayaan megalitik yang terletak di Desa Sirnarasa, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi. Tinggalannya berupa struktur punden berundak, menhir, batu datar, dan kursi batu. Saat ini Situs Pangguyangan menjadi tempat untuk berziarah karena adanya legenda yang menceritakan adanya tokoh Syaikh Gentar Bumi yang pernah menjadikan Situs Pangguyangan sebagai tempat berkumpulnya para wali penyebar agama Islam di Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi apa saja ancaman yang mengancam kelestarian Situs Pangguyangan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara, dan studi Pustaka, setelah data terkumpul kemudian dianalisis menggunakan analisis lingkungan dan disajikan secara kualitiatif. Hasil dari pengolahan data dan analisis diketahui bahwa ancaman terhadap Situs Pangguyangan terbagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal meliputi bahan baku, Teknik pengerjaan, dan keletakan struktur. Faktor eksternal meliputi lokasi situs, aktifitas ziarah, kurangnya prasarana, iklim, vegetasi, dan topografi.
DETERMINATION OF THE LUNDAYEH DAYAK COMMUNITY CULTIVATION CALENDAR: ETHNOASTRONOMICAL MODELING oktrivia, ulce; Hindarto, Imam; Bawono, Rochtri Agung; Herwanto, Eko; Oktaby, Naurus Zaman; Karma, Made Prarabda; Darma, I Kadek Sudana Wira Darma
Berkala Arkeologi Vol. 44 No. 2 (2024)
Publisher : BRIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55981/jba.2024.6201

Abstract

Traditional ecological knowledge and planting time management have led to agricultural success in Krayan. The Lundayeh community in Krayan determines planting time based on sun’s position as seen from a sign stone. The problem in this study is in what month do farming activities begin if determined based on sun’s position? This study aims to reconstruct the local knowledge of the Lundayeh community. Data collection was conducted by surveys, interviews, and measuring the azimuthal angle from the observation location to the position of the sun. To observe the position of the sun one has to stand on a marker stone and direct the view to the sunset location marker. At the Long Mutan marker stone, the sunset location markers are two hills, Tudal Wir and An Lam. When the sun sets over Tudal Wir Hill, the slash-and-burn process begins, which is around 11 May and 3 August. The activity of spreading seedlings will start when the sun sets over An Lam Hill, which is around 20 September.
THE SEMIOTIC CONSTRUCTION OF MEANING AND VALUE: CANTHIK KIAI RAJAMALA AS A SYMBOL IN THE CONTEMPORARY SOCIAL PERSPECTIVES Dewi, Rosa Bila Putri; Putra, Hutomo; Bawono, Rochtri Agung; Wardi, I Nyoman
Paradigma: Jurnal Kajian Budaya Vol. 14, No. 3
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Canthik Kiai Rajamala is one of the heirlooms owned by the Keraton Kasunanan Surakarta. There are two Canthik Kiai Rajamala, each stored in the Keraton Surakarta Museum and the Radya Pustaka Museum. Surakarta is the only region traversed by the Bengawan Solo River that possesses a canthik, making it a distinctive and unique cultural heritage for the people of Surakarta. This research addresses the issue of how the meaning and value construction of Canthik Kiai Rajamala can be interpreted through Pierce's semiotic triangle theory. Additionally, this study examines how contemporary Surakarta society perceives the Canthik Kiai Rajamala. The objective of this research is to identify the cultural meanings and values of Canthik Kiai Rajamala, which are preserved in the Keraton Surakarta Museum and the Radya Pustaka Museum. The interpretation of the object involves the community’s perspective on CanthikKiai Rajamala, from its creation and use to its current status as a museum artifact. This study also focuses on the local wisdom system of Surakarta society in interpreting the cultural traditions associated with Canthik Kiai Rajamala, and its relationship with the environment and local customary community.
BENTUK-BENTUK KRIMINALITAS PADA MASA BALI KUNO ABAD IX – XII Krisnanda, I Gede Putu Angga; Laksmi, Ni Ketut Puji Astiti; Bawono, Rochtri Agung
Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan Vol 10 No 22 (2024): Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan
Publisher : Peneliti.net

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5281/zenodo.14574601

Abstract

Prasasti merupakan salah satu tinggalan arkeologi dari masa atau periode klasik yang menempati porsi cukup penting dalam penelitian arkeologi. Prasasti pada umumnya memuat berbagai aspek kehidupan masyarakat Bali Kuno dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau termasuk masalah sosial seperti gangguan keamanan (kriminalitas) yang terjadi di masyarakat. Prasasti Pada Masa Bali Kuno memuat tindak kriminalitas antara lain Prasasti Bebetin AI yang berangka tahun 818 Ś, Prasasti Bebetin AII yang berangka tahun 911 Ś, Prasasti Sading A yang berangka tahun 923 Ś, Prasasti Gobleg, Pura Desa III yang berangka tahun 1037 Ś, Prasasti Bwahan C yang berangka tahun 1068 Ś, Prasasti Udjung yang berangka tahun 962 Ś, serta Prasasti Gobleg Pura Batur B. Penelitian terkait tindak kriminalitas secara lebih seksama perlu dilakukan dan dikaji lebih mendalam untuk mengetahui mengenai tindak kriminalitas yang pernah terjadi pada masa lampau. Penelitian ini untuk mengetahui bentuk kriminalitas pada masyarakat di Masa Bali Kuno abad IX-XII. Teori yang penulis gunakan dalam penelitian ini anome untuk mengkaji tindakan kriminal yang terjadi pada Masa Bali Kuno, sedangkan dalam analisis penulis menggunakan analisis kualitatif dan analisis kontekstual hingga mendapatkan gambaran tindakan kriminalitas yang terjadi pada Masa Bali Kuno Abad IX-XII. Berdasarkan analisis yang dilaksanakan bentuk kriminalitas pada Masa Bali Kuno masuk dalam kelompok kejahatan sukhadhuka yang secara garis besar dibagi menjadi empat, yaitu : a) penganiayaan, b) pembunuhan, c) tindak kekerasan, d) kejahatan terhadap kesopanan, sedangkan bentuk-bentuk kejahatannya meliputi: a) anghapit (memukul), b) hastacapala, c)angabet, d)dandakodanda (memukul), e)pinurripurihan (dihalang-halangi/diintimidasi), f) padacapala (menendang), g) anibo, h) haracun, i)angracun (meracun), j) hanayab (menusuk), k) wangke kabunan (mayat terkena embun), l) matarahin, m) ryyampas, n) amungpang, o) anumpu (perampasan), p) amuk, q) hamuk (mengamuk), r) maling (mencuri), s) drohaka (menipu), t) kejahatan terhadap wanita.
Pelestarian Warisan Budaya Kampung Tradisional Bela Ragi Berbasis Pemeberdayaan Masyrakat. Ngiso, Vinsensia Quirina Ngene; Wardi, I Nyoman; Bawono, Rochtri Agung
Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan Vol 11 No 3.B (2025): Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan 
Publisher : Peneliti.net

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cultural heritage is a legacy from a particular community that has important value because it can show the level of civilization. This study discusses the preservation strategy of the Cultural Heritage of the Bela Ragi Traditional Village based on community empowerment. To answer this problem, a preservation strategy needs to be formulated based on research. The author conducted research by collecting data through observation, interviews, and literature studies. The analysis was then carried out using the SWOT analysis method. The results of the analysis show that the preservation of Cultural Heritage can be improved with a preservation strategy through community empowerment. The strategies that can be taken are by empowering the government apparatus, namely the Ngada Regency Education Office, and strengthening the Bela Ragi community organization structure. Both strategies are interrelated and inseparable from each other. The direction of preservation must be strengthened with three programs, namely the development of government human resources, the development of community organization programs, and the development of infrastructure and facilities. The activities will be successful if carried out in an integrated and sustainable manner. Keywords: Preservation strategy, Cultural heritage, SWOT analysis
Tinggalan Tradisi Megalitik Situs Watugong, Kelurahan Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang: Kajian Bentuk, Fungsi, dan Makna Alghifari, Nabil Naufal; Bawono, Rochtri Agung; Setiawan, I Ketut
KALPATARU Vol. 31 No. 2 (2022)
Publisher : Badan Riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55981/kpt.2022.1663

Abstract

There are remnants of late prehistoric life in the Greater Malang, one of which is located in the Metro  watershed, which stretches from Malang City's west to south. The area was once inhabited during the Megalithic period, as evidenced by the remains of the megalithic tradition along the Metro watershed, which was considered a holy river for its rich natural resources. Watugong Village is a human settlement area that supported the megalithic tradition because it has a cultural heritage site from the end of the  Neolithic era to the arrival of the Hindu-Buddha period. This research aims to determine the form, function, and meaning of the megalithic tradition remains found at Watugong Site. Researchers used descriptive-morphological analysis, accompanied by an analysis of contextual relationships between the megalithic remains on the site and the surrounding environment and findings, then did comparative analysis to compare research object data with other similar research objects, and ethnoarchaeological analysis to find out the meaning of the continuous rituals to preserve the beliefs of their ancestors that are still carried out by the local community. The results obtained were that the archaeological remains at Watugong Site are of a megalithic pattern with a cross-time context at the same time as the Hindu-Buddhist influence began to enter the Watugong Village area, and the tradition of honoring ancestors derived from the megalithic tradition is still carried out today by the local community.
Bentuk Nisan pada Makam Islam Kuno di Makam Datu Pangeran, Kecamatan Taliwang, Nusa Tenggara Barat (NTB) Ilahi, Michellia Fitri Rahmawati; Bawono, Rochtri Agung; ., Zuraidah
Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan Vol 10 No 3 (2024): Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan
Publisher : Peneliti.net

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5281/zenodo.10639908

Abstract

Penelitian ini membahas tentang tipologi bentuk nisan di Makam Datu Taliwang, Sumbawa Barat. Metode penelitian yang digunakan berupa observasi, wawancara, studi pustaka. Ada enam tipologi bentuk nisan yang ditemukan di lokasi penelitian yaitu, pedang, gunungan, bulat, papan, silindris dan menhir. Hasil penelitian menunjukan bahwa tipe pedang merupakan tipe yang berasal dari Sulawesi dan sampai ke Sumbawa. Unsur budaya prasejarah, Hindu-Budha terlihat dari tipologi bentuk nisan yang ditemukan dan mengalami penyatuan dengan budaya Islam.