Wijaya Surya, I Gede Ngurah Harry
Unknown Affiliation

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI ORAL DAN INTRAVENA PADA IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DEFISIENSI BESI: SEBUAH SYSTEMATIC REVIEW Eka Setiawan, Putu Pandu; Putra Adnyana, Ida Bagus; Wijaya Surya, I Gede Ngurah Harry; Hariyasa Sanjaya, I Nyoman
E-Jurnal Medika Udayana Vol 12 No 7 (2023): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2023.V12.i07.P03

Abstract

Anemia defisiensi besi (IDA) utamanya lebih banyak terjadi pada wanita salah satu faktornya adalah kehamilan. Pilihan pertama dalam pengobatan anemia defisiensi besi untuk hampir semua pasien adalah terapi besi oral. Tujuan dari systematic review ini untuk mengetahui efektifitas terapi intravena dan terapi oral sebagai pengobatan untuk IDA pada Ibu Hamil. Penulisan systematic review ini dilakukan berdasarkan pedoman PRISMA. Pencarian artikel dilakukan pada database Pubmed dan Sciencedirect dari tahun 2016-2020 dengan kriteria inkulsi wanita hamil dengan IDA dan hasil mean Hb untuk setiap intervensi. Judul dan abstrak ditinjau berdasarkan relevansi penelitian. Penilaian kualitas studi menggunakan Cochrane Systematic Review ROB Tools. Pada tahap akhir didapatkan sebanyak enam artikel. Secara umum kualitas studi cukup baik. Berdasarkann Systematic review yang telah dilakukan menunjukan bahwa terapi besi intravena lebih unggul dalam hal tolerabilitas dan koreksi anemia bila dibandingkan dengan terapi oral. Terapi IV juga menghasilkan peningkatan Hb yang lebih cepat. Kata kunci:Kehamilan., Terapi., Anemia Defisiensi Besi
ANGKA KELANGSUNGAN HIDUP PASIEN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT PROF. DR. I.G.N.G. NGOERAH Mahastya, I Wayan Cahya; Budiana, I Nyoman Gede; Mulyana, Ryan Saktika; Suwardewa, Tjokorda Gde Agung; Wijaya Surya, I Gede Ngurah Harry
E-Jurnal Medika Udayana Vol 13 No 8 (2024): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2024.V13.i08.P17

Abstract

ABSTRACT Cervical cancer is a type of cancer that develops in the cervix as a result of an infection with high-risk HPV. Cervical cancer patients have varying survival rates. This will be influenced by the patient's prognostic factors such as age, histopathological type, metastases, stage, tumor size, and treatment modalities. This research employs an analytical observational approach and utilizes a retrospective cohort research design. Survival rates will be measured using Kaplan Meier and log-rank based on prognostic factors. The research was carried out at RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah, utilizing data from cervical cancer patients in the year 2021. The sample in this study was 245 samples. From 245 samples, 55 patients (22.4%) experienced events (died), 32 patients (13.1%) were uncensored (alive), and 158 patients (64.5%) were censored. The highest one-year survival rate based on prognostic factors was patients with age <40 years (78.8%), histopathological type of SCC (78.1%), no metastases (78.2%), patients with stage I (81%), tumor size < 2 cm (82.9%), and treatment modalities of chemotherapy, radiotherapy, and hysterectomy (90%). The results of the analysis based on the log rank test which reports only the incidence of metastasis factors show significant results on the one-year survival of cervical cancer patients. The overall one-year survival rate for cervical cancer patients is 77.6%. To determine the survival rate for cervical cancer patients over three and five years, further research is required. Keywords: Cervical cancer, HPV, Kaplan-Meier, Log rank, and Survival rate.
DESCRIPTION OF PREGNANT WOMEN WITH PREECLAMPSIA AT PROF. DR. I. G. N. G. NGOERAH HOSPITAL IN 2022 Pujawan, I Gede Agus; Wijaya Surya, I Gede Ngurah Harry; Mahendra, I Nyoman Bayu
E-Jurnal Medika Udayana Vol 13 No 6 (2024): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2024.V13.i06.P12

Abstract

Preeklampsia adalah kelainan khusus kehamilan yang melibatkan difungsi endotel dan vasospasme yang biasanya terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu hingga dapat muncul 4-6 minggu pascapersalinan yang secara klinis ditentukan oleh hipertensi dan proteinuria onset baru. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran ibu hamil dengan preeklampsia di RSUP Prof. Dr. I. G. N. G Ngoerah pada tahun 2022. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dilakukan pada tahun 2023 dengan data sekunder berupa rekam medis pasien preeklampsia sebanyak 141 sampel yang diambil secara total sampling yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Analisis data menggunakan univariat dengan tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan gambaran ibu hamil dengan preeklampsia di di RSUP Prof. Dr. I. G. N. G Ngoerah tahun 2022 mayoritas dengan umur ibu 26-30 tahun (33,3%), tingkat pendidikan hinggan SMA (48,9%), berprofesi sebagai ibu rumah tangga (61%), paritas 0 (31,9%), melakukan ANC (96,5%), jarak antarkehamilan < 2 tahun (27,7%), mengalami kelebihan berat badan (44%), tidak memiliki penyakit kronis (83,7%) dan tidak menggunakan kontrasepsi hormonal (69,5%). Kejadian preeklampsia mayoritas terjadi pada usia reproduksi yang sehat, maka diharapkann tenaga kesehatan dapat melakukan deteksi sedini mungkin,dapat melakukan pencegahan serta pengobatan. Kata kunci : Preeklampsia
PROFIL EFEK SAMPING RADIOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUP PROF. DR. I. G. N. G. NGOERAH DENPASAR Wulandari, Putu Kintan; Budiana, I Nyoman Gede; Wijaya Surya, I Gede Ngurah Harry; Suwardewa, Tjokora Gde Agung
E-Jurnal Medika Udayana Vol 13 No 4 (2024): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2024.V13.i04.P16

Abstract

Kanker serviks merupakan salah satu penyebab kematian terbesar pada wanita di Indonesia. Kanker serviks adalah keadaan tumbuhnya tumor ganas pada sel jaringan serviks. Salah satu pengobatan yang dilakukan sebagai terapi pada kanker serviks adalah radioterapi. Penggunaan radioterapi sendiri tentu memiliki efek samping tersendiri bagi pasien kanker serviks. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui profil efek samping radioterapi pada pasien kanker serviks di RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah. Penelitian ini menggunakan consecutive sampling sebagai metode pendekatan dengan jumlah minimal 43 sampel. Sample didapatkan berdasarkan pengambilan data dan wawancara kuesioner yang diambil di RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah dan data disajikan secara deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan sampel sebesar 46 sampel dengan usia pasien berada pada rentang 31-60 tahun (89,1%) dengan persentase stadium tertinggi adalah stadium III-IIIC (58,7%). Efek samping yang dirasakan oleh pasien dengan persentase tertinggi adalah kelelahan (78,3%), diikuti dengan penurunan nafsu makan (63,0%), efek samping lainnya (52,2%), mual (43,5%), diare (43,5%), mulas (37,0%), nyeri BAB dan BAK (32,6%), muntah (8,7%), kerontokan rambut (4,3%), cemas dan perubahan kulit (2,2%). Penggunaan radioterapi sebagai terapi penyembuhan kanker serviks tentu memiliki efek samping bagi penggunanya. Efek samping yang sering dirasakan oleh pasien adalah kelelahan, penurunan nafsu makan, mual, muntah, diare, mulas, nyeri BAB, nyeri BAK, perubahan pada kulit, cemas, kerontokan rambut dan lain-lain.
EARLY AGE RELATIONSHIP HAD SEXUAL RELATIONSHIP WITH THE OCCURRENCE OF CERVICAL CANCER AT PROF. Dr. I.G.N.G NGOERAH Nara Iswari, Putu Ristya; Wijaya Surya, I Gede Ngurah Harry; Bayu Mahendra, I Nyoman; Budiana, I Nyoman Gede
E-Jurnal Medika Udayana Vol 13 No 8 (2024): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2024.V13.i08.P14

Abstract

Kanker serviks merupakan penyakit ganas yang terjadi di serviks atau leher rahim dan merupakan salah satu kanker menyebabkan kematian terbesar di dunia. Melakukan aktivitas seksual usia dini merupakan salah satu faktor resiko terjadinya infeksi HPV yang nantinya akan berpeluang untuk berkembang menjadi kanker. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan melakukan aktivitas seksual usia dini dengan kanker serviks di Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah. Penelitian yang digunakan adalah studi cross sectional deskriptif retrospektif dengan menggunakan data sekunder data rekam medis pasien kanker serviks. Teknik pengumpulan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah minimal sampling dengan subjek yang memenuhi seluruh kriteria inklusi minimal sebanyak 43 orang. Distribusi pasien kanker serviks berdasarkan usia pertama kali berhubungan seksual adalah pengidap kanker serviks yang melakukan hubungan seksual dibawah 20 tahun sebanyak 55% dan penyidap kanker serviks yang melakukan hubungan seksual diatas usia 20 tahun sebanyak 45%. Melalui uji Chi Square didapatkan p value 0,001 (significance value <0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara melakukan hubungan seksual dibawah umur 20 tahun dengan terjadinya kanker serviks di RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah. Kata Kunci : Kanker Serviks, Hubungan Seksual Usia Dini, Faktor Risiko
High Level of Anti-Mullerian Hormone (AMH) as Predictor FOR Polycystic Ovary Syndrome among Women Women of Reproductive Age at Giri Emas Public Hospital Edelweishia, Melissa; Satriyasa, Bagus Komang; Widianti, I Gusti Ayu; Pangkahila, J. Alex; Karmaya, I Nyoman Mangku; Wijaya Surya, I Gede Ngurah Harry
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 8 Nomor 1 Maret 2025
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/obgynia.v8i1.812

Abstract

Introduction: Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) is the most prevalent endocrine condition in women, affecting 5 – 10% of women who are of reproductive age. Together with other Rotterdam criteria, elevated blood AMH levels are considered a significant diagnostic for PCOS and may be used as a powerful predictor to reflect the certainty of the diagnosis of PCOS in women of reproductive age. Objective: This study aims to prove high AMH as a predictor for PCOS.Methods: This study is an analytic study with a case-control study design. A total of 30 respondents were divided into PCOS and control groups. All women were subjected to anthropometric assessments such as measurement of height, weight, BMI, and trans-abdominal ultrasonography for ovaries. Data analysis was carried out using independent t-tests and Chi-Square tests.Result: The data analysis revealed that the PCOS group’s mean AMH levels were considerably different (p<0.05), with 6.5±1.75 greater than the control group’s 3.34±0.64. AMH levels were found to be twice as high in the PCOS group as in the control group. AMH levels and PCOS incidence were compared using the Chi-Square test; the odd ratio is 17.875 (95% CI = 2.73 -116.8; p=0.001).Conclusion: High levels of AMH at reproductive age can 18 times predict the risk of PCOS.Kadar Antimullerian Hormon (AMH) Tinggi sebagai Prediksi Sindrom Polikistik Ovarium pada Wanita Usia Reproduksi di RSUD Giri EmasAbstrakPendahuluan: Sindrom Ovarium Polikistik (SOPK) merupakan kelainan endokrin yang menyerang kira-kira 5 - 10% wanita usia subur dan dianggap sebagai kelainan endokrin yang paling umum pada wanita. Kadar AMH serum yang meningkat saat ini dianggap sebagai penanda penting untuk SOPK dan dapat digunakan sebagai prediktor kuat untuk mencerminkan kepastian diagnosis SOPK pada wanita usia subur bersama dengan kriteria Rotterdam lainnya. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan kadar AMH yang tinggi sebagai prediktor SOPK. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain studi kasus kontrol. Sebanyak 30 responden akan dibagi menjadi kelompok SOPK dan kelompok kontrol. Semua wanita menjalani penilaian antropometri seperti pengukuran tinggi badan, berat badan, BMI, dan ultrasonografi trans-abdominal untuk ovarium. Analisis data dilakukan dengan uji t independen dan uji Chi-Square. Hasil: Analisis data menunjukkan rerata kadar AMH pada kelompok SOPK lebih tinggi 6,5±1,75 dibandingkan dengan kontrol 3,34±0,64 dan berbeda bermakna (p<0,05). Ditemukan kadar AMH pada kelompok SOPK dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Untuk mengetahui hubungan kadar AMH dengan kejadian PCOS digunakan uji Chi-Square dan odd ratio menunjukkan 17,875 (95% CI = 2,73 -116,8 ; p=0,001).Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini kadar AMH yang tinggi pada usia reproduksi dapat memprediksi risiko PCOS sebesar 18 kaliKata kunci: AMH, PCOS, oligomenorea, hiperandrogen, anovulasi