Tjokorda Gde Agung Suwardewa
Departemen Obstetri Dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah, Bali, Indonesia

Published : 22 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

KADAR PHOSPHORYLATED INSULIN GROWTH FACTOR BINDING PROTEIN-1 YANG TINGGI PADA SEKRET SERVIKS MENINGKATKAN RISIKO PERSALINAN PRETERM Suwardewa, Tjokorda G A
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Persalinan preterm adalah munculnya kontraksi uterus dengan intensitas dan frekuensi yang cukup untuk menyebabkan penipisan dan dilatasi serviks sebelum memasuki usia gestasi yang matang, antara umur kehamilan  20 sampai 37 minggu.Untuk mengetahui risiko persalinanan preterm pada kadar phIGFBP-1 yang tinggi pada sekret serviks dengan tes partus Actim.Penelitian ini menggunakan desain case control analitik. Jumlah sampel sebesar 56 sampel, dimana 26 sampel kasus persalinan preterm dan 26 sampel kontrol kehamilan preterm, yang dipasangkan (matching) dalam  hal umur  ibu, umur kehamilan dan paritas. Pengambilan spesimen dari sekret serviks dengan menggunakan swab dacron, kemudian dimasukkan ke dalam larutan ekstrak selama 10 detik. Larutan  ph IGFBP-1 diuji dengan dipstik partus Actim. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji Chi-Square (p < 0,01). Rasio Odds digunakan untuk menilai besarnya risiko dan analisis multivariat dengan regresi logistik.Uji Chi-Square antara phIGFBP-1 dengan risiko terjadinya persalinan preterm didapatkan nilai p=0,001. Hal ini berarti kejadian persalinan preterm pada kedua kelompok berbeda secara bermakna. Nilai Rasio Odds sebesar 10,39 (IK 95% = 2,73-39,56, p=0,001) yang berarti bahwa kadar phIGFBP-1 yang tinggi pada sekret serviks dapat meningkatkan risiko terjadinya persalinan preterm sebesar 10 kali.
PERAN MATRIX METALLOPROTEINASE PADA PEMATANGAN SERVIKS DALAM KASUS PERSALINAN PRETERM Suwardewa, Tjokorda G A
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 2, No 2 (2014)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perbedaan fundamental antara persalinan aterm dan persalinan preterm dihasilkan dari perbedaan aktivasi masing-masing common pathway, yang mana pada persalinan aterm, terjadi aktivasi fisiologis, sedangkan pada persalinan preterm terjadi aktivasi patologis. Common pathway of parturition artinya setiap kejadian klinis, perubahan biokimiawi, perubahan anatomi, imunologi dan endokrinologi yang terjadi baik pada ibu maupun janinnya pada persalinnan aterm atau persalinan preterm (Romero, 2009). Perubahan-perubahan klinis yang terjadi pada komponen uterus dalam common pathway tersebut antara lain, kontraksi myometrium, pematangan serviks, dan pecahnya membran janin. Pada persalinan preterm ketiga komponen ini harus terjadi secara sinkron. Ada kalanya ketiga hal di atas terjadi tidak sinkron, misalnya hanya kontraksi myometrium saja yang disebut premature contraction, bila hanya membran yang pecah disebut premature rupture of the membrane, sedangkan bila hanya terjadi dilatasi serviks disebut incompetent cervix (Romero, 2009).
AKURASI CARIK CELUP URIN UNTUK MENDETEKSI BAKTERIURI ASIMTOMATIS PADA KEHAMILAN PRETERM Suwardewa, Tjokorda G A
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 2, No 3 (2014)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bakteriuri asimtomatis adalah adanya bakteri lebih dari 105 CFU /ml  pada urin tanpa disertai gejala klinik, hal ini dapat menyebabkan terjadinya persalinan preterm apabila tidak terdeteksi dan diobati. Kultur urin adalah baku emas untuk mendiagnosis bakteriuri asimtomatis, namun pemeriksaan ini mahal dan sulit dikerjakan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kepekaan carik celup urin untuk mendeteksi bakteriuri asimtomatis pada kehamilan preterm. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan metode skrining yang lebih cepat, murah dan akurat dalam mendeteksi bakteriuri asimtomatis. Desain pada penelitian ini adalah uji diagnostik, melibatkan 88 orang wanita hamil  preterm yang datang ke Poliklinik atau IRD Kebidanan dan Kandungan RSUP Sanglah dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.            Dengan analisis tabel 2x2 didapatkan carik celup urin memiliki sensitivitas 84,21%, spesifisitas 81,16%, nilai prediktif positif 55,17%, nilai prediktif negatif 94,92%, nilai likelihood ratio positif 4,47, nilai likelihood ratio negatif 0,19 dan akurasi sebesar 81,82%. Dari hasil tersebut disimpukan carik celup urin dapat digunakan untuk mendeteksi adanya bakteriuri asimtomatis pada kehamilan preterm, terutama pada daerah dengan sumber daya terbatas.
MEKANISME INFLAMASI DAN INFEKSI PADA PERSALINAN PRETERM Suwardewa, Tjokorda Gde Agung
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 2, No 4 (2014)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Persalinan preterm masih merupakan masalah Obstetri, khususnya dibidang kedokteran fetomaternal. Hal ini berhubungan dengan angka kejadian persalinan preterm masih tinggi, bervariasi dan cenderung meningkat. Selain itu, persalinan preterm terkait dengan stres psikis ibu dan keluarga, mahalnya pembiayaan perawatan bayi preterm, dan risiko terjadinya efek samping jangka pendek dan jangka panjang. Efek samping jangka pendek dapat berupa cara persalinan, risiko asfiksia neonatorum, perdarahan intrakranial, dan kematian perinatal. Efek jangka panjang antara lain gangguan pertumbuhan fisik, kecerdasan, psikologik. Bahkan, preterm merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal Pada dasarnya, mekanisme yang mengawali persalinan preterm tersebut belum diketahui pasti. Persalinan preterm tersebut merupakan suatu sindroma yang mungkin berhubungan dengan infeksi, perdarahan dan iskemik uterus, overdistensi uterus, kelainan pada serviks, reaksi alograf abnormal, fenomena alergi, dan gangguan endokrin. Faktor-faktor tersebut dihubungkan dengan rangkaian gejala klinik yang mengakibatkan sinkronisasi adanya kontraksi miometrium, robekan selaput janin pada korion dan amnion, dan pematangan serviks (Romero, 2009). Di RSUP Sanglah Denpasar, Abdi (2011), melaporkan tentang penelitian kasus-kontrol, bahwa terdapat perbedaan bermakna infeksi multibakterial di vagina pada ibu hamil preterm dibanding dengan aterm. Selain infeksi vagina, infeksi di tempat lain dapat pula menjalar ke kavum uteri melalui berbagai mekanisme yaitu hematogen, limfogen, dan perkontinuitatum. Bahkan infeksi periodontal juga dikaitkan dengan meningkatnya risiko persalinan preterm (Iam, 2002).
Elevated Serum Ferritin and Interleukin-6 Level as the Risk Factor in Preterm Labor Kawilarang, Stella; Suwiyoga, I Ketut; Suwardewa, Tjokorda GA
Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology Volume 7 No. 2 April 2019
Publisher : Indonesian Socety of Obstetrics and Gynecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (55.841 KB) | DOI: 10.32771/inajog.v7i2.1002

Abstract

  Objective : To investigate the association ofserum ferritin and Interleukin-6 (IL-6) elevation as the risk factors for preterm labor. Method : This study was a case-control study conducted at the Obstetrics and Gynecology Outpatient and Emergency Department at Sanglah General Hospital Denpasar, Bali in November 2014 until June 2015. The sample selection was done by consecutive sampling with total sample as many as 20 case samples (women with preterm labor) and 20 control samples (women with normal preterm pregnancy). Results : Based on the analysis, there was no significant difference of patient demografic such as age, gestational age, and parity among the two groups. Chi-square analysis showed that the increased serum ferritin level had 5 fold increased risk of developing preterm labor (OR = 4.89, 95% CI = 1.20-19.94; p = 0.022), and increased serum IL-6 level had 9 fold increased risk of developing preterm labor (OR = 9.33, 95% CI = 2.18-39.96; p = 0.001) compared to normal preterm pregnancy. Conclusion : It can be concluded that level of IL-6 and serum ferritin was the risk factor for preterm labor. Keywords: Interleukin-6, preterm labor, serum ferritin   Abstrak Tujuan :Untuk membuktikan hubungan kadar ferritin dan Interleukin-6 (IL-6) serum yang tinggi sebagai faktor risiko terjadinya persalinan preterm. Metode :Penelitian ini bersifat observasional dengan studi case-control yang dilakukan di Poliklinik dan IRD Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUP Sanglah Denpasar, yang dilakukan mulai bulan November 2014 hingga Juni 2015. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara berurutan dengan sampel penelitian sebanyak 20 sampel kasus (ibu dengan persalinan preterm) dan 20 sampel kontrol (ibu hamil preterm normal). Hasil :Tidak didapatkan perbedaan bermakna dari demografik pasien yaitu usia, umur kehamilan, dan paritas pada kedua kelompok. Analisa chi-square menunjukkan peningkatan kadar ferritin serum memiliki peningkatan risiko 5 kali terjadinya persalinan preterm (OR = 4,90, IK 95% = 1,20-19,94; p = 0,022), dan peningkatan kadar IL-6 serum memiliki peningkatan risiko 9 kali terjadinya persalinan preterm (OR = 9,33, IK 95% = 2,18-39,96; p = 0,001) dibandingkan dengan kelompok ibu hamil preterm normal. Kesimpulan : Kadar feritin dan IL-6 serum adalah faktor risiko terjadinya persalinan preterm. Kata kunci: Interleukin-6, persalinan preterm, ferritin serum
Fetal Sex Determination Using Cell-Free Fetal Dna (cffDNA) in Maternal Blood Sanjaya, I Nyoman Hariyasa; Suwardewa, Tjok Gde Agung; Arijana, I G. Kamasan N.
BALI MEDICAL JOURNAL Vol 5 No 2 (2016)
Publisher : BALI MEDICAL JOURNAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (397.653 KB)

Abstract

Background: Prenatal test has routinely performed in antenatal care and has become a part of the obstetric care feature in many countries. Prenatal test is divided into screening and diagnostic test. Recently, the early noninvasive method in order to found and lessen the risk factors of pregnancy loss, has been studied. One of the methods is molecular test using cffDNA which has many screening purpose such as sex determination, aneuploidy, paternal inherited genetic disorder, fetus rhesus, and performed early at 7 weeks of pregnancy. Objective: The purpose of this study is to measure diagnostic value of cffDNA in determining fetal sex prenatally. Methods: In a diagnostic test study, 18 randomized samples were selected and divided based on fetal gender confirmed at birth. The group consisted of 9 pregnant women with male babies and 9 pregnant women with female babies. CffDNA then isolated from maternal blood sample and specific region in Y chromosome termed SRY is detected by PCR and electrophoresis. The data obtained analyzed both descriptively for baseline characteristic and analytically to determine its diagnostic value. Results: This study found significant correlation between SRY detection in cffDNA with male fetal phenotype (p<0.05). The sensitivity of the method is 100% with 89% specificity. In addition, we found 9.09 values for positive likelihood ratio (LR+) and 0 for negative likelihood ratio (LR-). Moreover, the result yielded 100% positive predictive value (PPV+) and 88.8% of negative predictive value (PPV-). Conclusion: This study proofed that cffDNA have a great diagnostic value to determine fetal sex prenatally. However, further study with several group of gestational age mother and better matching is required to further confirm the diagnostic potential of cffDNA.
Kadar serum superoksida dismutase pada persalinan kurang bulan lebih rendah dari pada kehamilan kurang bulan Manuaba, IB Gde Udyoga; Surya, I Gede Putu; Suwardewa, Tjok Gde Agung
Medicina Vol 47 No 2 (2016): Mei 2016
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (504.061 KB)

Abstract

Persalinan kurang bulan merupakan masalah kesehatan yang serius di bidang Obstetrik dan Perintalogi. Hal ini terkait dengan risiko peningkatan morbiditas dan mortalitas bayi baru lahir. Kira-kira 75% dari kematian bayi baru lahir disebabkan oleh bayi kurang bulan. Beberapa faktor yang berpengaruh terjadinya persalinan kurang bulan antara lain aktivasi poros hypothalamic-pituitary-adrenal fetus maternal, infeksi dan inflamasi, perdarahan desidua dan peregangan uterus yang berlebihan. Kontraksi otot polos miometrium juga dapat dipicu oleh ketidakseimbangan reactive oxygen species (ROS) dengan antioksidan dalam tubuh yang bergeser ke arah peningkatan ROS. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kadar serum superoksida dismutase pada persalinan kurang bulan dengan kehamilan kurang bulan. Penelitian ini menggunakan rancangan studi cross-sectional analitik di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUP Sanglah Denpasar yang dilakukan pada tanggal 1 Maret 2012 sampai 1 Maret 2015. Sampel penelitian adalah ibu hamil normal 28-36 minggu yang datang berkunjung ke Kamar Bersalin IRD dan Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUP Sanglah Denpasar, sampel diambil secara consecutive sampling. Pada sampel dilakukan pengambilan sampel darah untuk diperiksa kadar SOD. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji t-independen. Hasil penelitian ini mendapatkan rerata umur ibu, usia kehamilan, dan paritas pada kedua kelompok adalah homogen. Rerata kadar SOD pada kelompok persalinan kurang bulan lebih rendah dibanding kelompok hamil kurang bulan (144,80 vs 214,07, t=3,22, P=0,004). Disimpulkan bahwa kadar SOD serum maternal pada persalinan kurang bulan lebih rendah dari pada kehamilan kurang bulan. Preterm labor is a serious health problem in Obstetrics and Perinatalogy. It is associated with increased morbidity and mortality risk among newborns baby. Approximately 75% of neonatal deaths are caused by babies that was born preterm. Some factors that influence the occurrence of preterm labor include activation of the fetal maternal hypothalamic pituitary adrenal axis, infection and inflammation, bleeding uterine decidua and excessive stretching of uterus. Myometrium smooth muscle contraction can also be triggered by an imbalance of reactive oxygen species (ROS) and antioxidants in the body that are shifting toward an increase in ROS. The aim of this study was to determine differences in superoxide dismutase (SOD) serum levels in preterm labor compared to preterm pregnancies. This study used an analytic cross-sectional design and conducted in Obstetrics and Gynecology Departement of Sanglah General Hospital on March 1st 2012 to March 1st 2015. The samples included in this study were normal 28-36 weeks pregnasubndant women who came to visit the Emergency Room and Obstetrics and Gynecological Clinic of Sanglah General Hospital. Samples were recruited by consecutive sampling. Blood sample were taken to investigated SOD levels and then analyzed by independent t-test. This study found no difference in mean of age of mother, gestational age, and parity in both groups. There was statistically significant difference in mean levels of SOD between preterm labor compared to preterm pregnant groups (144.80 vs 214.07, t=3.22, P=0.004). It was concluded that SOD serum levels in preterm labor is lower than in preterm pregnancies.
KADAR PHOSPHORYLATED INSULIN GROWTH FACTOR BINDING PROTEIN-1 YANG TINGGI PADA SEKRET SERVIKS MENINGKATKAN RISIKO PERSALINAN PRETERM Tjokorda Gde Agung Suwardewa
E-Jurnal Medika Udayana vol 3 no 3 (2014):e-jurnal medika udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (256.506 KB)

Abstract

Latar Belakang : Persalinan preterm adalah munculnya kontraksi uterus denganintensitas dan frekuensi yang cukup untuk menyebabkan penipisan dan dilatasiserviks sebelum memasuki usia gestasi yang matang, antara umur kehamilan 20sampai 37 minggu.Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui risiko persalinanan preterm pada kadarphIGFBP-1 yang tinggi pada sekret serviks dengan tes partus Actim.Metode penelitian : Penelitian ini menggunakan desain case control analitik.Jumlah sampel sebesar 56 sampel, dimana 26 sampel kasus persalinan pretermdan 26 sampel kontrol kehamilan preterm, yang dipasangkan (matching) dalamhal umur ibu, umur kehamilan dan paritas. Pengambilan spesimen dari sekretserviks dengan menggunakan swab dacron, kemudian dimasukkan ke dalamlarutan ekstrak selama 10 detik. Larutan ph IGFBP-1 diuji dengan dipstik partusActim. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji Chi-Square (p < 0,01).Rasio Odds digunakan untuk menilai besarnya risiko dan analisis multivariatdengan regresi logistik.Hasil : Uji Chi-Square antara phIGFBP-1 dengan risiko terjadinya persalinanpreterm didapatkan nilai p=0,001. Hal ini berarti kejadian persalinan preterm padakedua kelompok berbeda secara bermakna. Nilai Rasio Odds sebesar 10,39 (IK95% = 2,73-39,56, p=0,001) yang berarti bahwa kadar phIGFBP-1 yang tinggipada sekret serviks dapat meningkatkan risiko terjadinya persalinan pretermsebesar 10 kali.Simpulan : Kadar phIGFBP-1 yang tinggi pada sekret serviks meningkatkanrisiko persalinan preterm sebesar 10 kali dibandingkan dengan kontrol.
Serum F2-Isoprostane Levels in Preterm Deliveries Compared to Normal Preterm Pregnancies Johannes Hartono; Tjokorda GA Suwardewa
Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology Volume. 2, No. 4, October 2014
Publisher : Indonesian Socety of Obstetrics and Gynecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (98.026 KB) | DOI: 10.32771/inajog.v2i4.403

Abstract

Objective: To determine the difference between serum F2-isoprostane levels in women with preterm deliveries compared to women in normal preterm pregnancies. Method: Our study is a cross sectional study. During the period of January to August 2012, we collected 72 samples in the Emergency Department and Obstetrics and Gynecology outpatient clinic of Sanglah hospital, Denpasar. Our sample was divided into two groups, 36 cases of preterm deliveries at 28-37 weeks gestational age and 36 preterm normal pregnancies at 28-37 weeks gestational age. We collected 3 ml of blood sample from the cubital vein and quantified the F2-isoprostane levels at the Biology Molecular Laboratory, Faculty of Medicine University of Udayana, Denpasar. Data was analyzed using the Shapiro Wilk test and independent t-test with significance of =0.05. Result: The mean F2-isoprostane level for preterm deliveries and preterm normal pregnancies were 0.315 0.292 pg/ml and 0.017 0.018 pg/ml. Conclusion: We can conclude from this study that there is a difference in F2-isoprostane serum level in preterm labor and normal preterm pregnancies. [Indones J Obstet Gynecol 2014; 4: 182-184] Keywords: F2-Isoprostane, normal preterm pregnancy, preterm delivery
Difference of Maternal Serum Interleukin-8 in Preterm Labor and Full Term Labor Komang W Budiartha; Tjokorda GA Suwardewa
Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology Volume. 2, No. 4, October 2014
Publisher : Indonesian Socety of Obstetrics and Gynecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (98.989 KB) | DOI: 10.32771/inajog.v2i4.404

Abstract

Objective: To determine the difference of maternal interleukin-8 (IL-8) in preterm labor and full term labor. Method: This is a cross sectional study with 68 samples, 29 subjects with preterm labor and 39 subjects with full term labor. IL-8 concentration was obtained from blood samples of the subjects, which were examined at Prodia Laboratory Denpasar. Data was analyzed using t-test for independent samples with =0.05. Result: The mean IL-8 level for the preterm labor group was 23.56 10.69 pg/ml and 12.19 5.79 pg/ml for the full term labor group. Statistical analysis using independent samples t-test showed that the average IL-8 level of both groups were significantly different (p=0.001). Conclusion: We concluded from this study that serum IL-8 concentration in women who had preterm labor is significantly higher in comparison to women who had full term labor. [Indones J Obstet Gynecol 2014; 4: 185-187] Keywords: full term labor, interleukin-8, preterm labor