Permasalahan sosial yang sering terjadi di sekitar kita, salah satunya yaitu anak terlantar. Masalah anak terlanta merupakan isu kompleks yang membutuhkan penanganan yang komprehensif yang mencakup aspek fisik, psikologis, sosial, memberikan pelayanan rehabilitas sosial guna memulihkan fungsi sosial anak terlantar dan bersosialisasi kembali ketengah masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisi simplementasi rehabilitas sosial untuk Anak terlantar di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Kota Padang. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan metode studi kasus yang dianalisis dalam paradigma deskriptif-analitis. Data dikumpulkan melalui proses wawancara mendalam, observasi non partisipatif, dan analisis dokumen. Hasil penelitian menunjukan bahwa implementasi rehabilitas sosial di BBPPKS Kota Padang melibatkan beberapa tahapan, mulai dari asesmen awal penyusunan rencana intervensi, pelaksanan program bimbingan (fisik, mental, sosial, danspritual), hingga reintegrasisosial. Meskipun memiliki beberapa tantangan dalam pelaksanaanya, seperti ketebatasan sumber daya manusia.Implikasi dari penelitian ini adalah pentingnya penguatan kolaborasi antar lembaga, peningkatan kapasitas pekerja sosial, dan edukasi publik dalam menciptakan lingkungan yang lebih inklusif bagi anak terlantar. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan kebijakan dan praktik rehabilitas sosial anak di Indonesia.  Neglected children remain one of the significant social issues frequently encountered in communities. This matter is complex, demanding an integrated approach that addresses physical, psychological, and social dimensions. Social rehabilitation programs play a key role in restoring the social functioning of these children and enabling their reintegration into society. The present research seeks to examine how such rehabilitation is implemented for neglected children at the Center for Social Welfare Education and Training (BBPPKS) in Padang City. Employing a qualitative methodology and a case study design, the investigation was framed within a descriptive–analytical perspective. Data collection relied on in-depth interviews, non-participant observations, and document reviews. Findings reveal that the social rehabilitation process at BBPPKS Padang comprises several phases, beginning with an initial needs assessment and intervention planning, followed by the delivery of comprehensive guidance services covering physical, mental, social, and spiritual support, and concluding with the reintegration of the children into their social environment. Despite notable achievements, implementation faces challenges such as limited human resources. The study underscores the necessity of strengthening inter-agency cooperation, enhancing the skills and capacity of social workers, and raising public awareness to foster a more inclusive environment for neglected children. Ultimately, the outcomes of this study are intended to inform and support the development of more effective policies and practices in child social rehabilitation across Indonesia.