Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

The Difference of Perceived HIV Stigma between People Living with HIV Infection and Their Families Ibrahim, Kusman; Kombong, Rita; Sriati, Aat
Nurse Media Journal of Nursing Vol 9, No 2 (2019): (DECEMBER 2019)
Publisher : Department of Nursing, Faculty of Medicine, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (699.393 KB) | DOI: 10.14710/nmjn.v9i2.24256

Abstract

Background: The stigma of HIV and AIDS become a significant barrier to prevention, treatment, and care for HIV infected people. Disclosure of HIV status to the family can help People Living with HIV infection (PLWH) to obtain support and comfort from their family. However, the difference of perceived HIV stigma held by patients and families has become problematic and lead to inadequate responses of PLWH and their families.Purpose: This study aimed to examine the difference in perceived HIV stigma between PLWH and their families.Methods: This was a cross-sectional study involving 60 respondents that consisted of 30 PLWH and 30 family members. They were recruited purposively in an HIV clinic of a residencial hospital in West Java Province, Indonesia. The perceived HIV stigma was measured by the Berger’s HIV stigma scale (BHSS), and the Liu’s Courtesy Stigma Scale (LCSS) was used to measure the perceived HIV stigma at the family level. Data were analyzed using descriptive and inferential analysis (independent t-test) to test the difference in perceived HIV stigma between PLWH and their families.Results: The study found that most PLWH and their families perceived HIV stigma at a moderate level (70% vs. 63.4%, respectively). There was a significant difference in perceived HIV stigma between PLWH and their families (t=3.4; p=0.001). The PLWH perceived HIV stigma was higher than their family members (M=41, SD=13.9 vs. M=28.5, SD=14.0).Conclusion: This study highlighted that PLWH and their family have different perceptions regarding HIV stigma, which can lead to different responses. Therefore, nurses and other health care providers need to be aware and take a comprehensive assessment-related perceived HIV stigma in order to provide a high quality of nursing care, mainly dealing with HIV stigma for both PLWH and their family members.
Depresi Berhubungan dengan Durasi Tidur pada Pasien Stroke Latuperissa, Glorya Riana; Nurlina, Wa Ode; Kombong, Rita; Tauran, Ireine; Agustina, Agustina
Jurnal Keperawatan Vol 15 No 4 (2023): Jurnal Keperawatan: Supp Desember 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32583/keperawatan.v15i4.2055

Abstract

Penurunan kondisi yang dihadapi pasien stroke menyebabkan masalah psikologis baru yaitu depresi. Masalah baru yang muncul berdampak pada durasi tidur penderitanya. Tujuan dalam penelitian ini dirumuskan untuk menganalisa ada atau tidaknya hubungan tingkat depresi dengan durasi tidur pada pasien stroke. Pada penelitian ini penggunaan jenis penelitian non-eksperimental cross sectional dipilih untuk menganalisa. Teknik sampling dengan cara consecutive sampling dan didapatkan sebanyak 32 responden. Kuesioner Hamilton Rating Scale for Depression merupakan instrument untuk menilai tingkat depresi responden. Hasil dianalisa menggunakan uji statistik Chi-Square. Mayoritas responden penelitian berjenis kelamin perempuan (62,5%) berada pada rentang usia 64-70 tahun (28,1%) dengan Pendidikan terakhir SMA (62,5%). Mayoritas responden mengalami depresi berat dengan durasi tidur kategori pendek yaitu 11 responden. (34,37%). Hasil uji statistic diperoleh nilai p = 0,000. Nilai ini menunjukkan ada hubungan tingkat depresi dengan durasi tidur pada pasien stroke di Rumah Sakit Stella Maris Makassar. Hasil nilai positif menunjukkan semakin berat kategori depresi maka menyebabkan durasi tidur yang pendek.
Analisis Perilaku Keluarga dan Pengetahuan dalam Pencegahan Penyebaran Kusta Nurlina, Wa Ode; Latuperissa, Glorya Riana; Kombong, Rita; Kastella, Faysal
Jurnal Keperawatan Jiwa Vol 12, No 4 (2024): November 2024
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/jkj.12.4.2024.947-954

Abstract

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang memiliki peran sentral dalam mendukung pasien yang terkena kusta, baik dari segi emosional, fisik, maupun sosial. Namun, masih banyak keluarga yang kurang memiliki pengetahuan dan pemahaman yang memadai tentang cara penularan dan pencegahan kusta. Rendahnya pengetahuan ini dapat memperparah penyebaran penyakit, karena keluarga mungkin tidak menyadari pentingnya deteksi dini, pengobatan yang tepat, serta tindakan pencegahan lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perilaku keluarga dan pengetahuan dalam pencegahan penyebaran kusta. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif korelatif, jumlah sampel 16 responden. Variabel independen adalah perilaku keluarga dan pengetahuan sedangkan variable dependen adalah pencegahan penyebaran kusta. Data dikumpulkan dengan melakukan penyebaran kuesioner. Uji analisis korelasi menggunakan uji Spearman. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku keluarga terhadap pencegahan penyebaran kusta. Nilai koefisien yang dihasilkan sebesar 0.672 (positif). Semakin tinggi pengetahuan tentang kusta, maka cenderung meningkatkan perilaku keluarga terhadap pencegahan penyebaran kusta. 
Pengaruh Edukasi Kesehatan terhadap Tingkat Penerimaan Lansia dalam Vaksinasi Influenza: Studi Kuantitatif Latuperissa, Glorya Riana; Nurlina, Wa Ode; Kombong, Rita; Kelrey, Fathimah; Tamalsir, Dylan
Jurnal Keperawatan Jiwa Vol 12, No 4 (2024): November 2024
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/jkj.12.4.2024.989-998

Abstract

Lansia merupakan usia yang dinyatakan telah banyak mengalami degerasi sel. Penurunan ini mempengaruhi kemampuan lansia untuk mencari dan menerima informasi Kesehatan baru. Influenza merupakan salah satu masalah Kesehatan yang sering terjadi dilingkungan masyarakat yang mana penyebarannya sangatlah mudah dan cepat. Vaksin influenza diperlukan untuk mencegah penularan. Edukasi Kesehatan diperlukan untuk memahamkan lansia akan pentingnya vaksinasi influenza. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui sejauh mana edukasi kesehatan berpengaruh terhadap tingkat penerimaan vaksinasi influenza di kalangan lansia di RT 052 Kecamatan Salahutu. Metode: Responden pada penelitian ini diambil dengan mengguankan teknik purposive random sampling dengan kriteria inklusi adalah Lansia dengan usia >60 tahun. Instrument penelitian yaitu kuesioner pengetahuan, sikap dan tingkat penerimaan yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Penelitian kuantitatif ini dianalisa menggunakan jenis analisis analisis paired t test atau wilcoxon test dan independent t test atau mann whitney serta regresi logistik untuk melihat faktor yang mempengaruhi penerimaan vaksinasi. Hasil: terdapat perbedaan yang signifikan tingkat penerimaan saat sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Nilai rata-rata posttest lebih tinggi dari pretest menunjukkan bahwa saat posttest nilai pengetahuan, sikap, dan Tingkat penerimaan lebih tinggi dibandingkan saat pretest. Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian edukasi kesehatan mampu secara signifikan meningkatkan tingkat penerimaan. Berdasarkan hasil uji dengan regresi logistic diketahui nilai odds ratio pengetahuan sebesar 7.555 artinya bahwa lansia dengan Tingkat pengetahuan tinggi memiliki peluang menerima vaksinasi influenza 7.555 kali lebih besar dibandingkan lansia berpengetahuan rendah. Nilai odds ratio sikap sebesar 5.649 artinya bahwa lansia dengan sikap positif memiliki peluang menerima vaksinasi influenza 5.649 kali lebih besar dibandingkan lansia bersikap negatif. Kesimpulan: terdapat pengaruh edukasi kesehatan dengan tingkat penerimaan lansia terhadap vaksinasi influenza.
Edukasi Kesehatan Seksualitas Pada Anak Usia Pra Sekolah Di Taman Kanak-Kanak Al Gufran Waihong Kombong, Rita; Kastela, Faysal; Nurlina, Wa Ode; Latuperissa, Glorya Riana; Umalekhay, Zulfaqirah Fitri; Liligoly, Jesika; Pune, Jaenur
Idea Pengabdian Masyarakat Vol. 5 No. 02 (2025)
Publisher : PT.Mantaya Idea Batara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53690/ipm.v5i02.383

Abstract

Kekerasan seksual pada anak usia prasekolah perlu mendapatkan perhatian, salah stau alasannya karena anak dalam posisi yang lemah dan tidak mampu melawan. Dampak dari Tindakan ini adalah anak mengalami gangguan proses tumbuh kembang. Bila tidak segera diatasi maka akan menimbulkan dampak jangka panjang bagi korban kekerasan seksual yaitu korban akan berpotensi untuk menjadi pelaku kekerasan seksual dikemudian hari dan dapat terjadi post- traumatic stress disorder. Data di Provinsi Maluku terdapat 268 anak yang mengalami kekerasan seksual dan di Kota Ambon yang terbanyak 98 anak. Salah satu TK AL GUFRAN WAIHAONG yang berada di Kota Ambon dilakukan observasi ditemukan hampir semua anak belum mengerti tentang kesehatan seksual sehingga pentingnya diberikan edukasi tentang Underwear rules. Pentingnya edukasi pada usia 4- 6 tahun (usia prasekolah) karena mulai muncul rasa ingin tahu mengenai masalah seksualitas. Tujuan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan mencegah terjadinya maslah kesehatan seksual pada anak pra sekolah. Metode yang dipakai adalah observasi lahan PKM, pembuatan materi edukasi dan kuesioner, edukasi dan evaluasi kegiatan ini. Hasil yang didapatkan adalah yang mengikuti kegiatan sebanyak 30 orang dan terjadi peningkatan pengetahuan kesehatan seksual sebanyak 93,33% serta adanya antusias dan keakftifan anak pra sekolah. Kesimpulan adalah terjadi peningkatan kesehatan seksual pada anak pra sekolah jadi perlunya dilakukan edukasi secara konsisten pada anak pra sekolah
Bimbingan Kesehatan Untuk Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Selama Berhaji Pada Calon Jemaah Haji Kecamatan Nusaniwe Kota Ambon Kastella, Faysal; Nurlina, Wa Ode; Kombong, Rita; Masri, Lidi; Rohmah, Khasanatu
Idea Pengabdian Masyarakat Vol. 5 No. 02 (2025)
Publisher : PT.Mantaya Idea Batara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53690/ipm.v5i02.402

Abstract

Manasik kesehatan haji adalah kegiatan penyuluhan atau pemberian informasi kepada calon jemaah haji yang berfokus pada upaya promosi dan pencegahan terkait pembinaan, pelayanan, serta perlindungan kesehatan. Tujuannya adalah membantu jemaah memahami cara mencegah dan mengatasi masalah kesehatan yang mungkin terjadi selama perjalanan ibadah. Melalui bimbingan ini, diharapkan jemaah dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan menjaga kesehatan secara mandiri, sehingga mampu melaksanakan ibadah haji dengan lancar dan optimal.. Metode dalam kegiatan ini adalah lecturer edukasi, interactive learning, diskusi, sharing session dan konsultasi pribadi. Jemaah juga diberikan instrumen pengukuran tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah kegiatan. Kegiatan dilaksanakan pada kelompok calon jemaah haji kecamatan Nusaniwe berjumlah 35 orang beserta keluarga pendamping jemaah lansia. Dengan sebagian besar latar belakang pendidikan jemaah yang terbatas, perlu menggunakan metode komunikasi visual, penggunaan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami, interaktif serta simulasi dan demonstrasi seperti; cara mencuci tangan yang hygienis, atau cara penggunaan masker dengan benar. Penggunaan pendekatan yang berulang dan bertahap melalui sesi kelompok kecil atau konsultasi pribadi yang dapat dilakukan untuk memastikan materi yang dipahami, tentunya dengan melibatkan aspek religi, artinya hubungkan kesehatan dengan nilai-nilai ibadah agar lebih relevan dan diterima. Diharapkan kegiatan ini dapat dilaksanakan secara berkelanjutan dengan bekerja sama dengan Kantor Urusan Agama (KUA) di kota Ambon, untuk meningkatkan kepedulian calon jemaah haji dalam mempersiapkan kesehatan sebelum menunaikan ibadah haji