Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan partisipasi masyarakat lokal dalam pengelolaan pariwisata berkelanjutan di Desa Durian Lingga, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Desa ini memiliki potensi alam yang besar, terutama Pemandian Alam Namu Sira-Sira, namun menghadapi kendala seperti infrastruktur jalan yang terbatas dan kurangnya fasilitas pendukung. Selain itu, pemahaman masyarakat mengenai pariwisata berkelanjutan masih minim. Menggunakan metodologi penelitian tindakan masyarakat, yang melibatkan 20 responden lokal , program ini menerapkan siklus berulang yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Intervensi utama mencakup serangkaian kegiatan edukatif dan praktis, dimulai dengan ceramah oleh ahli pariwisata mengenai konsep sadar wisata dan kebersihan. Hasilnya, terjadi peningkatan pemahaman yang signifikan, terbukti dari perbandingan skor pre-test dan post-test peserta yang menunjukkan peningkatan rata-rata sebesar 15 poin. Program ini berhasil mengimplementasikan berbagai inisiatif nyata, seperti pembentukan "Pojok Literasi Lingkungan" yang menyediakan materi edukasi tentang pengelolaan sampah, konservasi, dan pariwisata berkelanjutan. Selain itu, kegiatan penanaman 50 pohon, termasuk pohon buah-buahan, berhasil dilakukan di sekitar pemandian untuk mendukung pemulihan ekosistem dan menciptakan lingkungan yang lebih sejuk. Untuk meningkatkan profesionalisme pengelolaan, dibentuklah tim pengelola wisata yang melibatkan perwakilan masyarakat, pengelola, dan dosen dari Universitas Sumatera Utara (USU) sebagai dewan ahli. Tim ini kemudian menyusun dan menerapkan Standard Operating Procedures (SOP) yang mencakup pengelolaan lingkungan, pelayanan pengunjung, dan promosi. Melalui penyuluhan, masyarakat dan pengelola dilatih untuk memahami dan melaksanakan SOP ini, yang meningkatkan kapasitas mereka dalam menjalankan pariwisata secara sistematis. Program ini juga memberikan dukungan berupa fasilitas seperti buku literasi, alat kebersihan (sapu lidi, serokan, tempat sampah), dan bibit tanaman untuk menunjang upaya pelestarian lingkungan. Secara keseluruhan, penelitian ini menyimpulkan bahwa pendekatan kolaboratif yang terstruktur berhasil memberdayakan masyarakat lokal untuk mengelola pariwisata secara berkelanjutan, yang tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga menjaga kelestarian alam dan budaya setempat