Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Bijak Menggunakan Media Sosial Bagi Siswa Smp Swasta Tenera: Upaya Terhindar Dari Cyber Crime Dan Penyimpangan Perilaku Sejak Dini Banjarnahor, Daulat Nathanael; Togatorop, Firinta; Jan Sardo Pratama Purba; Juni Yanti Bagariang
SAMBARA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 3 No 3 (2025): September
Publisher : CV Putra Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58540/sambarapkm.v3i3.1007

Abstract

Saat ini, kita semua tidak dapat membantah fakta bahwa di era digital saat ini, Media Sosial telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahakan dari kehidupan anak dan remaja. Hal ini dapat dilihat pada data yang berasal dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) di tahun 2024, yaitu persentase orang yang berselancar di dunia maya, mayoritas adalah Gen Z (kelahiran 1997-2012), yaitu sebanyak 34,40%. Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memberikan edukasi pada Siswa SMP Swasta Tenera dan membentuk pemahaman mereka agar dapat dengan bijak menggunakan sosial media, denga harapan mereka dapat terhindar dari potensi kejahatan siber dan penyimpangan perilaku sejak dini. SMP Swasta Tenera dipilih menjadi tempat pelaksanaan kegiatan PkM dengan alasan bahwa dalam masa MPLS, para siswa baru perlu mendapatkan pemahaman kembali tentang dampak buruk yang terjadi ketika menggunakan media sosial secara berlebihan. Hasil dan kesimpulan dari pelaksanaan kegiatan PkM adalah para siswa/i mendapatkan pemahaman yang utuh untuk lebih bijak dalam menggunakan media sosial agar terhindar dari potensi menjadi korban dari kejahatan siber atau Cyber Crime dan penyimpangan perilaku sejak dini, dengan upaya bijak menggunakan sosial media tersebut adalah jaga privasi dan keamanan akun, pikirkan sebelum memposting, membatasi waktu penggunaan media sosial, berpikir, bersikap positif, dan menghormati orang lain dalam ruang digital dan media sosial, verifikasi informasi sebelum membagikan. Berdasarkan hasil dari pelaksanaan kegiatan PkM, Tim memberikan rekomendasi, yaitu kegiatan sejenis perlu diinsersi ke dalam mata pelajaran di sekolah agar edukasi bijak menggunakan sosial media bagi anak dan remaja dapat dilakukan secara berkala sehingga dapat berdampak masif dan positif bagi pemahaman dan/atau peningkatan pemahaman anak dan remaja untuk menggunakan media sosial dan internet dengan bijak.
Anti-Bullying Education As A Character Education Effort To Prevent Violence Among Students Banjarnahor, Daulat Nathanael; Saragih, Sepriandison; Togatorop, Firinta; Purba, Jan Sardo Pratama
International Journal of Community Service (IJCS) Vol. 3 No. 2 (2024): July-December
Publisher : PT Inovasi Pratama Internasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55299/ijcs.v3i2.1578

Abstract

Bullying remains a serious problem in many schools in Indonesia. In general, data from the UN Children's Fund (UNICEF), released in 2021, indicates that approximately 30% of students have experienced bullying at school. The prevalence of bullying tends to make children who are victims feel afraid, isolated, and stressed, which negatively impacts their mental health and academic performance. Bullying cases in schools in Indonesia are quite concerning. The Indonesian Child Protection Commission (KPAI) recorded 17 cases of physical violence in 2021, resulting in six student deaths and one paralysis. This Community Service (PkM) activity aims to educate the academic community of Muhammadiyah 55 Kandangan Private Middle School so they understand the dangers of bullying and understand character education from an early age as a way to prevent bullying in and outside of school. The results obtained through the implementation of the PkM activity are that the students of Muhammadiyah 55 Kandangan Private Middle School have a better understanding of the meaning, types, and dangers of Bullying, as well as character education efforts as the best way to reduce and prevent Bullying at school and outside of school. The school and the PkM Team have almost the same views and suggestions, namely that there is a need for further activities in other forms, for example a Workshop within the framework of the Anti -Bullying School strengthening project
The Use of Cooperative Principle in Students’ Conversation Togatorop, Firinta
Journal of Applied Linguistics Vol. 3 No. 2 (2024): January 2024
Publisher : English Lecturers and Teachers Association (ELTA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research explored the application of Grice's Cooperative Principle in the conversations of eighth-grade students at SMP N I Pematangsiantar. The study aimed to identify the types of cooperative principles employed by students and determine the most dominant one. Drawing on Grice (1975) and Levinson's (1983) theories, the four types of cooperative principles examined are the Maxim of Quality, the Maxim of Quantity, the Maxim of Manner, and the Maxim of Relevance. This study employed a descriptive qualitative research method, the data consisted of 30 conversations, revealing that students predominantly utilize all four types of cooperative principles. However, the most dominant principle is the Maxim of Quantity, accounting for 34.17%, followed by the Maxim of Relevance (30.37%), the Maxim of Manner (22.78%), and the Maxim of Quality (12.65%). The findings suggested that cooperative principles play a crucial role in enhancing communication and facilitating comfortable and easily understandable conversations among students. As a conclusion, this research underscores the significance of cooperative principles in conversational dynamics, recommending further study for linguistic students to deepen their understanding of these principles. Keywords : Linguistics, Cooperative principle, Maxim
Fulfillment of Human Rights to a Good and Healthy Environment in the Perspective of Spatial Planning in Pematangsiantar Banjarnahor, Daulat Nathanael; Togatorop, Firinta
JURNAL SYNTAX IMPERATIF : Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan Vol. 4 No. 6 (2024): Jurnal Syntax Imperatif: Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan
Publisher : CV RIFAINSTITUT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36418/syntax-imperatif.v4i6.341

Abstract

Indonesia as a constitutional state, as well as a modern state, has a clear characteristic, namely that it clearly states the regulation of human rights in its constitution, the 1945 Constitution. Article 28H paragraph (1) of the 1945 Constitution states that "everyone has the right to a good and healthy environment". As a response to the needs and human rights for a good and healthy environment in the constitution, the Indonesian government established Law Number 26 of 2007 concerning Spatial Planning as a legal instrument for spatial planning throughout the territory of the Republic of Indonesia. One of the essential things regulated in this law can be seen in article 29 paragraph (3), namely the proportion of public green open spaces in a city area of at least 20 percent of the city area. The problems in this paper: first, how is the Effectiveness of the Fulfillment of Human Rights on a Good and Healthy Environment in the Spatial Planning Perspective in Pematangsiantar, and Second: the Factors Affecting the Effectiveness of the Fulfillment of Human Rights on a Good and Healthy Environment in the Perspective of Spatial Planning in Pematangsiantar. The research method used to answer the problems in this paper is the Normative Legal Research Method with a Literature Study-Based Conceptual Approach. The answer of paper problems is that the fulfillment of human rights for a good and healthy environment in the perspective of spatial planning in Pematangsiantar has not been effective with the influencing factors being the rule of law, apparatus, facilities, society, and culture. The conclusion drawn from the answers to this paper is that Fulfillment of human rights for a good and healthy environment in the perspective of spatial planning in Pematangsiantar has not been effective with several logical arguments. Factors Influencing the Effectiveness of the Fulfillment of Human Rights for a Good and Healthy Environment in the Perspective of Spatial Planning in Pematangsiantar can be seen from the aspects of the rule of law or legal substance, legal apparatus or legal structure, facilities, and legal culture or society.
Efektivitas Pemenuhan Hak Pejalan Kaki dalam Penggunaan Trotoar (Studi Di Kota Pematang Siantar) Banjarnahor*, Daulat Nathanael; Togatorop, Firinta
JIM: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah Vol 8, No 4 (2023): Agustus, Social Religious, History of low, Social Econmic and Humanities
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jimps.v8i4.26794

Abstract

UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Pada pasal 4 UU No. 22 Tahun 2009 dijelaskan bahwa undang-undang tersebut memiliki tujuan dan ruang lingkup untuk membina dan menyelenggarakan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat, tertib, dan lancar dan salah satunya adalah melalui gerak pindah kendaraan, orang, dan/atau barang di jalan. Selanjutnya pada undang-undang lalu lintas tersebut juga diatur tentang hak pejalan kaki pada pasal 131 ayat (1) yang mengatur bahwa pejalan kaki berhak atas ketersediaan fasilitas pendukung yang berupa trotoar. namun pada kenyataannya ditemui fakta bahwa hak pejalan kaki atas penggunaan trotoar belum dipenuhi secara baik. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah Bagaimana efektivitas pemenuhan hak pejalan kaki dalam penggunaan trotoar jalan di Kota Pematang Siantar dan Apa kendala yang dihadapi dan upaya yang dilakukan untuk pemenuhan hak pejalan kaki dalam penggunaan trotoar jalan dan di Kota Pematang Siantar. Banyaknya pelanggaran hak pejalan kaki di trotoar yang terjadi di Kota Pematang Siantar menjadi indikator bahwa UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan belumlah efektif dengan kendala yang dihadapi berasal dari 4 faktor, yaitu: sisi aturan atau substansi hukum yang kurang (memberi efek jera), dan adanya ketidakpastian hukum, dari sisi struktur atau aparat penegak hukum belum menjalankan tugas penegakan hukum dengan baik dan konsisten, dari sisi sarana atau fasilitas, adalah belum maksimal, dari sisi budaya dan masyarakat, pemahaman hukum serta budaya hukum warga masyarakat, khusunya yang melanggar di kawasan trotoar adalah rendah. Upaya dan solusi penegakan hukum secara preventif telah diupayakan oleh pihak terkait (satpol PP) untuk mencegah terjadinya pelanggaran hak pejalan kaki. Upaya yang dilakukan oleh pihak terkait tersebut antara lain berupa operasi penertiban dan pengawasan yang dilakukan oleh satpol PP namun belum dilakukan secara berkala setiap hari.
EDUKASI TANGKAS BERINTERNET DAN BIJAK BERSOSIAL MEDIA BAGI ANAK DAN REMAJA SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN DATA PRIBADI UNTUK PENCEGAHAN KEJAHATAN SIBER Banjarnahor, Daulat Nathanael; Togatorop, Firinta; Saragih, Doris Yolanda; Saragih, Sepriandison; Purba, Jan Sardo Pratama
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 5 No. 4 (2024): Volume 5 No. 4 Tahun 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cdj.v5i4.33825

Abstract

Saat ni anak dan remaja menjadi salah satu pengguna internet dan media sosial terbanyak di Indonesia, namun dari fakta tersebut juga ditemukan kondisi yang mengkhawatirkan, yaitu anak dan remaja semakin rentan jadi korban kejahatan di ruang digital. Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memberikan edukasi bagi anak dan remaja sejak dini untuk tangkas berinternet dan bijak bermedia sosial sebagai upaya perlindungan data pribadi untuk pencegahan kejahatan siber. SMA Negeri 1 Pematangsiantar dipilih sebagai tempat pelaksanaan kegiatan PkM dengan alasan bahwa dominan para siswa/siswi SMAN 1 Pematangsiantar belum memahami dengan baik terkait pemahaman kejahatan siber dan pemahaman terkait teknologi informasi dan internet yang aman. Hasil dan kesimpulan pelaksanaan kegiatan PkM adalah perlunya dipahami sejak dini bagi para anak dan remaja tentang jenis-jenis ancaman potensial dalam internet dan media sosial, dan dalam upaya membangun ketangkasan berinternet dan bermedia sosial, unsur-unsur utama yang perlu ditanamkan sejak dini, yaitu: SASKB, yang memiliki kepanjangan: Smart (cerdas), Alert (cermat), Strong (tangguh), Kind (bijak), dan Brave (Berani). Tim PkM memberikan rekomendasi yaitu kegiatan sejenis perlu diinsersi ke dalam mata pelajaran agar dapat berdampak masif bagi peningkatan pemahaman anak dan remaja untuk berinternet dan bermedia sosial dengan baik.
Enhancing Sustainability of Women-Led Rural Tourism MSMEs through Foreign Language Education, Digital Literacy, and Learning Agility Togatorop, Firinta; Saragih, Doris Yolanda; Simarmata, Hengki Mangiring Parulian
Jurnal Ilmiah Global Education Vol. 6 No. 4 (2025): JURNAL ILMIAH GLOBAL EDUCATION
Publisher : LPPM Institut Pendidikan Nusantara Global

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55681/jige.v6i4.4444

Abstract

This study explores the influence of foreign language proficiency, digital literacy, and learning agility on the sustainability of women-led MSMEs in rural tourism, with digital literacy as a mediator and learning agility as a moderator. Guided by the Theory of Planned Behavior, Social Cognitive Theory, and Human Capital Theory, a quantitative explanatory design was employed using PLS-SEM on data from 300 women entrepreneurs in Samosir, Indonesia. Findings indicate that foreign language proficiency does not directly predict sustainability (β = 0.082; p = 0.080) but has a strong indirect effect via digital literacy (β = 0.393; p < 0.001). Language skills act as enablers rather than stand-alone drivers. Foreign language significantly enhances digital literacy (β = 0.837; p < 0.001), which in turn strongly predicts MSME sustainability (β = 0.469; p < 0.001). Learning agility also directly contributes (β = 0.414; p < 0.001) but does not moderate the language-sustainability link (β = −0.011; p = 0.238). The study advances theory by identifying digital literacy as a mediator and learning agility as an independent enabler. Practically, it recommends integrated, culturally grounded training. The primary limitation is its single-regional focus, suggesting future cross-regional, longitudinal, and conditional modeling.