p-Index From 2020 - 2025
0.888
P-Index
This Author published in this journals
All Journal JURNAL ILMIAH PLATAX
Manengkey, Hermanto W.K.
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Sediment Granulometry of the Beach at the Kalasey’s Groynes Simboh, Reyvalentin; Rampengan, Royke M; Manengkey, Hermanto W.K.; Djamaluddin, Rignolda; Opa, Esry T; Sinyal, Hengky J
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 9 No. 2 (2021): ISSUE JULY-DECEMBER 2021
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.9.2.2021.34778

Abstract

Coastal areas have the potential to be developed and utilized for various purposes. However, the intensity of coastal use can result in the degradation of the coastal environment. Therefore, management of the coastal areas is often carried out by building shore protective structures, including groynes. The placement of a structure in the form of a groynes is primarily intended to block littoral flow in moving sediment out of certain places in the shore. Therefore, the placement of groynes on the shore needs to be followed by a study to find out the effectiveness of the groynes. The effectiveness of groynes can be determined, among others, by a study on the granulometry of sediments on the beach. This study was conducted to describe the composition of the sediment and to analyze granulometry distribution in several places at the beach around the groynes on the shore of Kalasey. The study of the physical sediments around the Kalasey groynes was carried out through a study of the sediment samples from October 30, 2020, to April 27, 2021. Sediment sampling was carried out at 6 stations which have been determined on the surface of the beach formed around the groynes. The results obtained through this research showed that the composition of the sediments in the beach around the Kalasey groynes consisted of size classes as follows: very fine sand, fine sand, medium sand, coarse sand, very coarse sand, granule, and pebble. Fine-sized materials at the beach which is located in the groynes on further east have increased in composition. Based on the granulometric analysis of the sediment, it is indicated that the erosion and deposition processes occur alternately in the beaches formed around the groynes.Keywords: Beach; Kalasey Groynes; Sediment Composition; Granulometric AnalysisAbstrakWilayah pantai memiliki potensi untuk dikembangkan dan dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan.  Walaupun demikian, intensivitas pemanfaatan pantai dapat mengakibatkan terjadinya degradasi lingkungan pantai.  Oleh karena itu, dalam rangka pengelolaan pantai seringkali dilakukan dengan cara membangun struktur pelindung pantai, diantaranya berupa groin. Penempatan struktur berupa groin di kawasan pantai, dimaksudkan utamanya untuk menghadang aliran litoral dalam memindahkan sedimen keluar dari tempat tertentu di kawasan pantai.  Oleh karena itu, penempatan groin di pantai perlu diikuti dengan kajian untuk melihat efektivitas fungsi groin pada kawasan pantai tersebut.  Salah satu cara untuk melihat efektivitas kerja groin di pantai adalah melalui kajian menyangkut granulometri sedimen gisik yang terhampar di sekitar groin yang ditempatkan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mendeskripsikan komposisi sedimen dan menganalisis distribusi granulometri di beberapa tempat pada gisik sekitar groin di pantai Kalasey.  Kajian terhadap sedimen gisik sekitar groin Kalasey dilakukan melalui telaah terhadap sampel sedimen yang dicuplik mulai 30 Oktober 2020 sampai dengan 27 April 2021.  Pencuplikan sedimen dilaksanakan di 6 stasiun yang ditetapkan pada permukaan gisik yang terbentuk di sekitar groin Kalasey. Hasil yang diperoleh melalui penelitian ini adalah komposisi sedimen pada gisik di sekitar groin Kalasey terdiri dari kelas ukuran berupa pasir sangat halus, pasir halus, pasir sedang, pasir kasar, pasir sangat kasar, granul, dan kerakal.  Gisik yang terletak pada kawasan groin semakin ke arah Timur pada kawasan ini, komposisi sedimennya mengalami peningkatan jumlah material sedimen yang berukuran halus.  Berdasarkan analisis granulometri sedimen terindikasi bahwa proses erosi dan deposisi terjadi secara bergantian pada gisik-gisik yang terbentuk di sekitar groin.Kata kunci: Gisik; Groin Kalasey; Komposisi Sedimen; Analisis Granulometri
Granulometric and Bioindex Analysis of Macrobenthos in Malalayang Coastal Waters Windarto, Firmansyah Candra; Rampengan, Royke M.; Windarto, Agung B.; Djamaluddin, Rignolda; Manengkey, Hermanto W.K.; Manu, Gaspar D.
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 10 No. 1 (2022): ISSUE JANUARY-JUNE 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v10i1.38817

Abstract

 The purpose of this study was (1) to describe macrozoobenthos and calculate and analyze bio-indexes including density, diversity, domination, and proprietary macrozoobenthos genus found on the beach of Malalayang. (2) inform the condition of habitat sediment granulometry and related to various macrozoobenthos bio-indexes found on the Malalayang Beach. The results of the identification of macrozoobenthos types obtained from the entire research station have obtained macrozoobenthos taxa covering 3 classes, namely: Gastropoda classes include 5 genera, namely Melanella, Margarites, Frigidoalvania, Oenopot, and Cylichna, Crustacean class (2 genera: Pagurus and Hemigrapsus) and Polychaeta classes ( 1 genus: nais). Macrozoobenthos density at Station 1 and Station 3. Overall, station 1 has the highest average density of 29.33 ind./m2; Furthermore, Station 3 has an average density of 23 indv. /m2; And finally Station 2 with a density of 17.67 Ind. /m2. Based on the results of the test, it was concluded that none of the values of the macrozoobenthos diversity index at the research site showed that the H1 acceptance or can be said that the results of the t-test stated that all the recatient research tests were not significantly different meaning the diversity of the entire station tested had the same diversity. The dominance index also obtains values that indicate the condition of the lack of dominance from certain macrozoobenthos genera at the research location.The volume index is obtained that the community is in a stable condition only found at Station 3, namely the rear graduation area in the Malalayang River estuary. Communities that are in depressed conditions are found in the graduation land of station 1 and station 3, as well as the rearstal land of station 2. Other areas obtained by the community are in unstable conditionsThe sediment composition that looks for files to stations at the research site displays diverse conditions. In general, through the graph of the sediment composition produced, at station 1 can be said to have decreased grain size towards land. Physical at Station 2, on the contrary, experienced an increase in a more rough (gravel) sediment on the middle and rear land, and at station 3, the center of the center looks composed of sediments that have a rough size.Keywords: intertidal; macrobenthos; sediment AbstrakTujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan makrozoobenthos serta menghitung dan menganalisis bioindeks meliputi kepadatan, keanekaragaman, dominasi, dan kemerataan genus makrozoobenthos yang terdapat di Pantai Malalayang. (2) Menginformasikan kondisi granulometri sedimen habitat dan kaitannya dengan berbagai bioindeks makrozoobenthos yang terdapat di pantai Malalayang. Hasil identifikasi jenis-jenis makrozoobenthos yang diperoleh dari keseluruhan stasiun penelitian telah diperoleh taksa makrozoobenthos meliputi 3 kelas yaitu: Kelas Gastropoda meliputi 5 Genera yakni Melanella, Margarites, Frigidoalvania, Oenopotadan Cylichna, Kelas Crustacea (2 Genus: Pagurus dan Hemigrapsus) dan Kelas Polychaeta (1 Genus: Nais).Kepadatan makrozoobenthos pada Stasiun 1 dan Stasiun 3,  Secara keseluruhan, Stasiun 1 memiliki rata-rata kepadatan tertinggi yaitu sebesar 29,33 ind./m2; selanjutnya Stasiun 3 memiliki kepadatan rata-rata 23 ind./m2; dan terakhir Stasiun 2 dengan kepadatan 17,67 ind./m2.Berdasarkan hasil uji_t diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada satupun dari nilai indeks keanekaragaman makrozoobenthos pada lokasi penelitian menunjukkan terima H1 atau dapat dikatakan hasil uji-t menyatakan bawha semua satisun penelitian yang di uji tidak berbeda nyata artinya keanekaragaman seluruh stasiun yang diuji mempunyai keanekaragaman sama. Indeks Dominansi juga memperoleh nilai-nilai yang menunjukkan kondisi tidak adanya dominasi dari genus makrozoobenthos tertentu pada lokasi penelitian.Indeks kemerataan diperoleh bahwa komunitas berada dalam kondisi stabil hanya terdapat pada Stasiun 3, yaitu area lahan gisik bagian belakang di muara Sungai Malalayang.  Komunitas yang berada dalam kondisi tertekan, terdapat pada lahan gisik bagian depan Stasiun 1 dan Stasiun 3, serta lahan gisik bagian belakang Stasiun 2.  Area lainnya diperoleh komunitas berada dalam kondisi yang labilKomposisi sedimen yang menghampari gisik pada stasiun-stasiun di lokasi penelitian menampilkan kondisi yang beragam.  Secara umum, melalui grafik komposisi sedimen yang dihasilkan, pada Stasiun 1 dapat dikatakan terjadi penurunan ukuran butir ke arah darat. Gisik pada Stasiun 2, sebaliknya mengalami peningkatan sedimen berukuran lebih kasar (kerikil) pada lahan bagian tengah dan belakang, dan pada Stasiun 3, gisik bagian tengah tampak tersusun oleh sedimen yang memiliki ukuran kasar. Kata Kunci: intertidal; makrobenthos; sedimen
Acquisition of Tidal Measurement Data in The Waters Around Bitung City For Predictional Purposes: Akuisisi Data Pengukuran Pasang Surut di Perairan Sekitar Kota Bitung Untuk Keperluan Prediksi Wuwung, Vanessa; Rampengan, Royke M.; Manengkey, Hermanto W.K.; Bara, Robert. A.; Djamaaludin, Rignolda; Losung, Fitje
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 11 No. 2 (2023): ISSUE JULY-DECEMBER 2023
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v11i2.48800

Abstract

The existence of the waters around the city of Bitung with all its intensive utilization makes information regarding tidal conditions very important to continue to study. In the waters around Bitung City, there are two tidal measurement stations, the BMKG station, and the IOC station. This research was conducted to analyze the accuracy of tide prediction results based on measurement data at two tide stations located in the waters around Bitung City. The research was conducted by applying the least squares method to calculate the amplitude and phase of the tidal harmonic constants, followed by predicting tidal data. The result was that the most accurate predictions were obtained through a study of tidal data from IOC measurement stations in March–April 2021 with an average deviation of 4.35 cm. However, tide predictions using BMKG measurement station data are more consistent with an average deviation of ± 5 cm, compared to the average deviation of tide predictions from IOC measuring stations which vary from 4.35 – 27.67 cm. Keywords: Tidal prediction, Tidal constants, Tidal amplitude, Mean sea level Abstrak Keberadaan perairan sekitar Kota Bitung dengan semua pemanfaatan intensifnya menyebabkan informasi menyangkut kondisi pasang surut sangat penting untuk terus dikaji.  Di perairan sekitar Kota Bitung terdapat dua stasiun pengukuran pasang surut, yaitu stasiun BMKG dan stasiun IOC.  Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menganalisis akurasi hasil prediksi  pasut berdasarkan data hasil pengukuran di dua stasiun pasut yang berlokasi di perairan sekitar Kota Bitung. Penelitian dilakukan dengan menerapkan metode kuadrat terkecil untuk menghitung amplitudo dan fase konstanta harmonik pasang surut, dilanjutkan dengan melakukan prediksi data pasut. Hasilnya diperoleh bahwa prediksi yang paling akurat diperoleh melalui kajian data pasut stasiun pengukuran IOC pada bulan Maret–April 2021 dengan deviasi rata-rata sebesar 4,35 cm.  Walaupun demikian prediksi pasut menggunakan data stasiun pengukuran BMKG lebih konsisten dengan deviasi rata-rata ± 5 cm, dibandingkan dengan deviasi rata-rata prediksi pasut stasiun pengukuran IOC yang bervariasi dari 4,35 – 27,67 cm. Kata Kunci : Prediksi pasut, Konstanta pasut, Amplitudo pasut, Duduk tengah muka laut
Status and Condition of Mangroves in Mangrove Ecosystem on Tongkeina Coast Bunaken National Park Kolinug, Oscean; Sinjal, Chatrien A. L.; Kusen, Janny D.; Manengkey, Hermanto W.K.; Djamaaludin, Rignolda; Rumampuk, Natalie D.C.
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 12 No. 1 (2024): ISSUE JANUARY-JUNE 2024
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v12i1.51158

Abstract

Mangrove ecosystems are a typical type of vegetation found in tropical coastal areas. Mangrove vegetation generally thrives in gently sloping coastal areas near river mouths and beaches that are protected from wave forces. The mangrove forest ecosystem is a nursery ground for young fauna (juvenile stage) that will grow into adult individuals and is also a spawning ground for several animals and other aquatic biota such as birds, insects, snakes, shrimp, fish, and shellfish. This research was conducted at 3 different points. The results showed that there were 6 types of mangroves at the three stations including Soneratia alba, S. ovata, Rhizophora apiculata, R. stylosa, Avicennia marina, and A. alba. High diversity (H') is found at Station 2 and Station 3 at 0.4 and Station 1 at 0.2 with a Dominance value (D) Medium at Station 1 at 0.37 while Stations 2 and 3 at 0.27 and 0.28 are categorized as low, Uniformity (e) at all stations is high with values of 0.74, 0.89 and 0.70, absolute density is highest at Station-1 and Station-2 with a value of 0.10%, and at Station-3 the lowest Absolute Density is 0.06%, Community Similarity (IS) mangrove species at all three locations are the same because they still cover the same location in the intertidal area. Keywords: Community structure, Mangrove, Tongkeina. Abstrak Ekosistem mangrove merupakan tipe vegetasi khas yang terdapat di daerah pantai tropis. Vegetasi mangrove umumnya tumbuh subur di daerah pantai yang landai di dekat muara sungai dan pantai yang terlindung dari kekuatan gelombang. Ekosistem hutan mangrove merupakan daerah asuhan (nursery ground) fauna-fauna muda (juvenile stage) yang akan bertumbuh kembang menjadi individu dewasa dan juga merupakan daerah pemijahan (spawning ground) beberapa satwa dan biota perairan lain seperti burung, serangga, ular, udang, ikan dan kerang-kerangan.Penelitian ini dilakukan di 3 titik yang berbeda. Hasil penelitian menunjukan terdapat 6 jenis mangrove pada ketiga stasiun di antaranya Soneratia alba, S. ovata, Rhizophora apiculata, R. stylosa, Avicennia marina  dan A. alba. Keanekaragaman tinggi (H’) terdapat pada Stasiun 2 dan Stasiun 3 0,4 serta Stasiun 1 0,2 dengan nilai Dominansi (D) dikategorikan sedang pada Stasiun 1 0,37 sedangkan Stasiun 2 dan 3 0,27 dan 0,28 dikategorikan rendah, Keseragaman (e) pada semua stasiun tinggi dengan nilai 0,74, 0,89 dan 0,70, kepadatan mutlak tertinggi pada Stasiun-1 dan Stasiun-2 dengan nilai 0,10%, dan pada Stasiun-3 Kepadatan Mutlak terendah yaitu 0,06%, Kesamaan Komunitas (IS) jenis bakau pada ketiga lokasi sama karena masih mencakup satu lokasi yang sama di daerah intertaidal. Kata kunci : Struktur komunitas, Mangrove, Tongkeina.