Janny D. Kusen
Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi, Manado

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Komunitas ikan karang di Pantai Malalayang dan Pantai Meras Teluk Manado Sumual, Sarah S.; Kusen, Janny D.; Warouw, Veibe; Paruntu, Carolus P.; Roeroe, Kakaskasen A.; Boneka, Farnis B.
e-Journal BUDIDAYA PERAIRAN Vol 6, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/bdp.6.2.2018.20633

Abstract

The study aimed to identify species of reef fishes, to obtain indexes of diversity  and dominance, eveness and to analyze the comparison of communities between the two study sites by Sorensen similarity index. Data was gathered in-situ with underwater recordings at a depth of 6 meters assisted by diving apparatus, and using fish visual census method. Subsequent data were identified using  fish identifikaction guide and WoRMS (Word Register of Marine Science) online identification applications. The number of species and specimens of reef fishes from each study site after bein identified were then analyzed  the diversity, dominance and similarity of the community between the two study sites. The coral reef fishes identification results that obtained from each study site  were:  20 families, 86 spesies and 362 specimen at  Malalayang beach, and 15 families, 55 spesies and 217 specimen at Meras beach. The value of the calculated index o community structure obtained by H’ 3.42 (Malalayang) and 2.91 (meras) has been shown the ecological condition of coral reef ecosystem which is still stable even though diversity is moderate, but inversely with low dominance value (D=0.08). The coral reef fishes in both study sites were very diverse and there was no dominant species. Eveness of community between two study sites high.The result of community similarity analysis using Sorensen Index was 49 % (<50 %) indicates that there was no community similarity of coral reef fishes between Malalayang Beach and Meras Beach which was allegedly caused by natural factors and or anthropogenic one in both research sites.Keywords : coral reef fishes community, diversity, dominance, community similarity
Alternative strategy for management of ecotourism in Bunaken Island, Bunaken National Park, North Sulawesi, Indonesia Rompas, Margresye D.; Kusen, Janny D.; Lasut, Markus T.
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 3, No 2 (2015): Oktober
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.3.2.2015.14048

Abstract

Title (Bahasa Indonesia): Strategi alternatif untuk pengelolaan wisata bahari di Pulau Bunaken, Taman Nasional Bunaken, Sulawesi Utara, Indonesia The coral reefs of Bunaken Island is one of the attractions of the dive tourism, which has a diversity of marine life and the uniqueness of the objects for divers. To maintain its sustainability, it is necessary to study alternative management strategies of the reefs. This study aimed to describe and evaluate the current conditions in the management of marine tourism in Bunaken Island through formal and informal institutional analysis, and formulate alternative strategies as one of the priority strategies in the management of marine tourism of Bunaken Island. Alternative management strategies were analyzed using SWOT, while collecting data was carried out through field surveys using a questionnaire for visitors, communities, and stakeholder or industry-related tourism. Results of the study recommended that an alternative strategy for the management of Bunaken Island attractions should include: 1) increasing the active participation and involvement of local communities in the management of marine tourism destinations; 2) address the problem of garbage and cleanliness of the area; and 3) optimize the promotion of Bunaken Island adequately as the best maritime destination in the world. Terumbu karang di Pulau Bunaken merupakan salah satu objek wisata selam yang terkenal, di mana memiliki keanekaragaman biota laut dan keunikan panorama obyek penyelamannya. Untuk menjaga kelestariannya, maka perlu dikaji alternatif strategi pengelolaannya agar keberadaannya sebagai salah satu destinasi wisata yang penting bisa berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengevaluasi kondisi terkini dalam pengelolaan wisata baharí di Pulau Bunaken secara formal dan nonformal institusional; dan menyusun alternatif strategi sebagai salah satu prioritas strategi pengelolaan wisata baharí di Pulau Bunaken. Alternatif strategi pengelolaan dianalisis menggunakan SWOT, sedangkan pengambilan data melalui survei lapangan dengan menggunakan kuesioner pada pengunjung, masyarakat, dan stakeholder atau industri pariwisata terkait. Hasil penelitian merekomendasikan bahwa alternatif kebijakan untuk pengelolaan objek wisata di Pulau Bunaken meliputi: 1) meningkatkan peran aktif dan pelibatan masyarakat setempat dalam pengelolaan destinasi wisata bahari; 2) mengatasi masalah sampah dan kebersihan kawasan; dan 3) mengoptimalkan kembali promosi Pulau Bunaken secara memadai sebagai destinasi wisata bahari terbaik di dunia.
Struktur Komunitas Karang dan Biota Asosiasi pada Kawasan Terumbu Karang di Perairan Desa Minanga Kecamatan Malalayang II dan Desa Mokupa Kecamatan Tombariri Tuhumena, Jeremias R.; Kusen, Janny D.; Paruntu, Carolus P.
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 1, No 3 (2013): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.1.3.2013.2842

Abstract

Tujuan studi yaitu untuk mengetahui struktur komunitas biota karang dan biota asosiasi di kawasan terumbu karang. Data tutupan karang diperoleh dengan menggunakan metode LIT (Line Intercept Transect) sedangkan untuk biota asosiasi diperoleh dengan menggunakan kuadran. Penelitian dilakukan  pada dua lokasi yaitu di Desa Minanga Kecamatan Malalayang II dan Desa Mokupa Kecamatan Tombariri Provinsi Sulawesi Utara.  Hasil yang diperoleh pada dua lokasi menunjukkan persentase tutupan karang yang sangat rendah.  Biota pada Desa Minanga dan Desa Mokupa memiliki keanekaragaman sedang.  Untuk kesamaan komunitas Ascidian dan Alga ditemukan sama, sedangkan Spons, Ekinodermata, Moluska serta Ikan berbeda pada kedua lokasi.  Nilai Frekuensi biota pada Desa Minanga memiliki nilai tertinggi yaitu Ascidian yang terendah yaitu Krustasea dan Alga sedangkan nilai frekuensi pada Desa Mokupa memiliki nilai tertinggi yaitu Ascidian dan yang terendah yaitu Polikaeta dan Alga.  Kepadatan Ascidian, Spons dan Moluska memiliki nilai tertinggi, sedangkan nilai terendah yaitu Ekinodermata, Krustasea dan Alga di Desa Minanga, sedangkan kepadatan Moluska memiliki nilai tertinggi sedangkan Ascidian, Spons, Alga dan Polikaeta memiliki nilai terendah di Desa Mokupa.
Nematosit Karang Scleractinia, Pocillopora eydouxi Rifai, Husen; Paruntu, Carolus P.; Kusen, Janny D.
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 1, No 3 (2013): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.1.3.2013.2586

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tipe, komposisi, dan dimensi nematosit dari Karang Scleractinia, Pocillopora eydouxi. Pocillopora eydouxi yang digunakan dalam studi ini berasal dari Pantai Malalayang, Manado.  Dua tipe nematosit utama ditemukan pada Pocillopora eydouxi, yaitu holotrichous isorhizas (HI) dan microbasic p-mastigophore (MpM).  Komposisi nematosit memperlihatkan bahwa HI lebih berlimpah dari MpM.  Tipe HI memiliki panjang kapsul 63,38 ± 11,36 µm (mean ± SD) dan lebar kapsul 19,25 ± 4,60 µm (mean ± SD), sedangkan MpM memiliki panjang kapsul 27,05 ± 3,68 µm (mean ± SD), lebar kapsul 7,05 ± 1,88 µm (mean ± SD) dan panjang tangkai 19,59 ± 4,67 µm (mean ± SD).  Hasil studi menyimpulkan bahwa Pocillopora eydouxi memiliki dua tipe nematosit utama, yaitu HI dan MpM, dan mengusulkan untuk diteliti lebih lanjut peranan dari ke dua tipe nematosit tersebut.
Struktur Komunitas Plankton Di Perairan Pulau Bangka Kabupaten Minahasa Utara Usman, Muhamad Shabir; Kusen, Janny D.; Rimper, Joice R. T. S. L.
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 1, No 2 (2013): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.1.2.2013.2149

Abstract

Penelitian ini dilakukan di perairan Pulau Bangka, Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara. Pengambilan sampel plankton dilakukan pada 6 (enam) titik dengan 2 (dua) kedalaman berbeda yaitu pada lapisan permukaan dan kedalaman 10 meter yang dilakukan pada bulan Februari 2012. Pengambilan sampel menggunakan plankton net dengan penarikan secara horizontal dan  vertikal. Proses pengawetan plankton menggunakan formalin 4%, selanjutnya proses identifikasi dilakukan di Laboratorium Biologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi Manado. Hasil penelitian menunjukkan bahwa plankton yang ditemukan di perairan Pulau Bangka pada dua titik kedalaman terdiri dari 6 genera dari 5 ordo yaitu ordo Gonyaulacales 1 genus, ordo Bacillariales 1 genus, ordo Centrales 2 genus, dan ordo Oscillatoriales 1 genus, Penales 1 genus. Jenis plankton yang ditemukan pada setiap stasiun menunjukkan bahwa hampir semua daur hidupnya adalah holoplankton, plankton dari jenis diatom adalah yang banyak ditemukan. Indeks nilai penting yang diperoleh berdasarkan hasil analisis pada lapisan permukaan adalah Pseudoenotis doliolus dengan nilai tertinggi yaitu 86,017 dan jenis Skeletonema sp, memiliki nilai penting tertinggi di kedalaman 10 meter dengan nilai 88,627. Keanekaragaman plankton di perairan Pulau Bangka menunjukkan suatu bentuk keanekaragaman yang sedang. Dominansi plankton di perairan Pulau Bangka menunjukkan suatu bentuk dominansi rendah.
Distribusi Karang Lunak Di Perairan Teluk Manado Dengan Perbandingan Antara Kawasan Non Reklamasi Dan Reklamasi Jerry, Maramis M. Ch.; Kaligis, Fontje G.; Kusen, Janny D.
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 1, No 2 (2013): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.1.2.2013.2572

Abstract

Penelitian tentang distribusi karang lunak di Perairan Teluk Manado dengan perbandingan antara Kawasan Non Reklamasi dan Reklamasi telah dilakukan di Perairan Teluk Manado pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis karang lunak yang tersebar di perairan Teluk Manado khususnya di Pantai Kalasey serta mendeskripsikan kepadatan dan distribusi dari karang lunak.Pengambilan data dilakukan di perairan Malalayang pada daerah Non Reklamasi dan Reklamasi.Penelitian dimulai dengan melakukan survey awal di lokasi pengambilan data. Pada Setiap Lokasi penelitian mempunyai 3 stasiun pengamatan yaitu pada kedalaman 3 meter, 6 meter dan 9 meter, pengambilan data dilakukan dengan pencatatan bawah air menggunakan whotr plastic sheet dengan bantuan alat SCUBA dan kamera bawah air. Hasil analisis menunjukan bahwa kepadatan tertinggi terdapat pada daerah Reklamasi khususnya pada kedalaman 6 meter oleh Genus Xeniadengan nilai (K) 25.50 ind/m2 dan (KR) 95.39%.Untuk pola penyebarannya pada dua lokasi penelitian adalah mengelompok.
Struktur Komunitas Moluska Di Vegetasi Mangrove Desa Kulu, Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara Rau, Arnol R.; Kusen, Janny D.; Paruntu, Carolus P.
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 1, No 2 (2013): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.1.2.2013.2123

Abstract

Di daerah mangrove terdapat biota akuatik yang hidup berasosiasi dengan mangrove antara lain moluska, krustasea dan ikan. Moluska sangat banyak ditemukan pada daerah mangrove di Indonesia. Jenis-jenis moluska ini ada yang menempati akar dan ada juga yang mendiami batang mangrove antara lain famili Littorinidae dan yang menempati daerah lumpur di dasar akar antara lain famili Ellobiidae dan Pottamidae. Tujuan dari pernelitian ini yaitu untuk mengidenifikasi moluska yang berasosiasi dengan vegetasi mangrove; mendeskripsikan struktur komunitas melalui analisa nilai indeks keanekaragaman, kekayaan jenis, kepadatan, frekuensi, dominasi dan indeks nilai penting. Metode yang digunakan yakni, metode kuadran, dengan cara meletakan lima buah kuadran 1 x 1 meter pada masing-masing stasiun. Terdapat 11 spesies dari 8 famili yaitu, Littoraria scabra, Nerita planospira, Chicoreus capucinus, Nerita undata, Chrithidea cingulata, Terebralia sulcata, Telecopiun telescopium, Polymesoda expansa, Isognomon ephippium, Saccostrea cucculata, Anomalocardia squamosa. Nilai indeks keanekaragaman yaitu 2,060, nilai indeks kekayaan yakni 2,387, kepadatan 0,660 ind/m², frekuensi kemunculan bervariasi antara 0,067-0,667, nilai indeks dominasi yakni 0,152 dan indeks nilai penting tertinggi yakni Littoraria scabra 75,67 dan terendah terdapat 3 spesies yakni Polymesoda expansa, Saccostrea cucculata dan Anomalocardia squamosa dengan nilai indeks 3,54.
VERTICAL DISTRIBUTION AND DENSITY OF CORAL FUNGIIDAE ON MALALAYANG WATERS Mampuk, Friska; Tioho, Hanny; Kusen, Janny D.
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 1, No 1 (2013): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.1.1.2013.1628

Abstract

Fungiidae known as a solitaire coral, attachment and also free living and has capability of individual move for migrate.  Their mobility allows them to expand the area, providing a hard substrate for coral recruitment and shelter for other invertebrates.  The objective of this study was to examine the density and distribution of fungiid corals in Malalayang waters. The data were collected from September to December 2012 at four different areas.  The results of this study showed that the highest density of fungiid corals were occurred on the front reef study site and mostly by Fungia danai (0,62 ind/m2), compared with other species such as Herpolitha limax (0,25 ind/m2), F. paumotensis (0,19 ind/m2), F. fungites (0,18 ind/m2), F. granulosa (0,18 ind/m2) and with an aggregated pattern of distribution.   Fungiid corals found in this study were mostly relatively more on the reef flat compared to the reef slope.
Community Structure And Attraction Of Reef Fish Associated With Artificial Reef In The Tahuna Bay Makawaehe, Wenseslaus Fransiscus; Kusen, Janny D.; Manoppo, Lefrand; Bataragoa, Nego E.; Sambali, Haryani; Sumilat, Deiske A.; Mantiri, Rose O. S. E.
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 9 No. 2 (2021): ISSUE JULY-DECEMBER 2021
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v9i2.34761

Abstract

 Community structure and interest of coral fish associated with artificial reefs in The Bay of Tahuna Sangihe Islands Regency is carried out in relation to increased coral fish production in Tahuna Bay. In addition to sandy waters and seagrass so that environmental engineering is pursued with artificial reefs. Artificial reefs are deployed in 5 locations with a depth of about 8 and underwater observations are carried out in data retrieval using the Underwater Visual Census (UVC) method. The data is processed to get a profile of the community structure of coral fish that can be associated with artificial reefs. The composition of coral fish species consists of target fish 9 families; 14 species, major fish 6 families; 7 species and fish indicator 1 family; 1 species. Indicator fish are generally eaters of the ends of young branch corals, branch corals have not grown in artificial reef structures. The diversity index (H') of the moderate category (+2.5) with a high, stable community, evenness (E) level or classified as a relatively high, uniformity (S) high. A low dominance index (C) indicates no species dominates. Mann-Whitney analysis about the level of fish interest to artificial reefs structure both in morning and evening showed no significant difference, while the highest acquisition of Important Values Indices of coral fish in the morning and evening, is Dascyllus trimaculatus by + 73,15. Generally, artificial reef indicates that the coral fish community was maximum developed yet, it was suspected that the coral fish community is still in the stage of adjustment or adaptation to the new environmental structure.Keywords: Community Structure; Artificial Reef; Associate Fishes; gulf TahunaAbstrakStruktur komunitas dan ketertarikan ikan karang yang  berasosiasi dengan terumbu buatan di Teluk Tahuna Kabupaten Kepulauan Sangihe dilakukan dalam kaitan dengan peningkatan produksi ikan karang di Teluk Tahuna. Selain karena perairan berpasir dan lamun sehingga diupayakan suatu rekayasa lingkungan dengan penempatan terumbu buatan. Terumbu buatan diletakkan (deploy) di 5 lokasi dengan kedalaman sekitar 8 dan dilakukan pengamatan bawah air dan pengambilan data menggunakan metode Underwater Visual Census (UVC). Data diolah  untuk mendapatkan profil struktur komunitas ikan-ikan karang yang dapat berasosiasi dengan terumbu buatan. Komposisi jenis ikan karang terdiri dari ikan target 9 family; 14 spesies, ikan mayor 6 family; 7 spesies dan ikan indikator 1 family; 1 spesies. Ikan indikator yang umumnya pemakan ujung karang cabang muda, karang cabang belum bertumbuh di struktur terumbu buatan. Indeks keanekaragaman (H’) kategori sedang (+ 2,5) dengan kemerataan (E) tergolong tinggi, komunitas stabil, keseragaman (S) tinggi. Indeks dominansi (C) rendah mengindikasikan tidak ada spesies mendominasi. Hasil Analisis Mann-Whitney terhadap tingkat ketertarikan ikan terhadap terumbu buatan baik pagi dan sore hari menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata artinya terumbu buatan mampu menarik ikan karang untuk berlindung dan mencari makan, sedangkan perolehan tertinggi Index Nilai Penting ikan karang saat pagi dan sore hari yaitu Dascyllus trimaculatus sebesar 72.04% dan 74.27% Secara umum menunjukkan terumbu buatan belum berkembang maksimal, di duga komunitas Ikan karang masih dalam tahap penyesuaian atau adaptasi dengan struktur terumbu buatan di lingkungan yang baru.Kata kunci: struktur komunitas; terumbu buatan; ikan asosiasi; teluk tahuna
Composition and Condition Of Coral Reefs In Dudepo Cape, South Bolaang Mongondow Regency, North Sulawesi Ali, Fajri Nurul; Rondonuwu, Ari B.; Pratasik, Silvester B.; Wantasen, Adnan S.; Bataragoa, Nego E.; Kusen, Janny D.
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 10 No. 1 (2022): ISSUE JANUARY-JUNE 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v10i1.38203

Abstract

This study aims to determine the composition and condition of coral reefs in Dudepo Cape, South Bolaang Mongondow Regency. The method used is Line Intercept Transect (LIT). Data were collected by SCUBA diving at 3 meters and 10 meters depths. In 3 meters depth was found biotic components such as Acropora and non-Acropora with 6 growth forms, and five other biotic components, while abiotic components were only found in coral rubbles (R). In 10 meter depth was found biotic components live coral with 7 growth forms, and five other biotic components, while the abiotic components as sand and coral rubbles. In two depths, the coral reef component dominant were Acropora digitate (ACD) and Acropora branching (ACB). The condition of coral reefs at 3-meter depth and 10 meters were  “Fair”  with the percent cover of live corals being 35.59% and 37.30%.Keywords: Coral; Coral Reef; ConditionAbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi dan kondisi terumbu karang di Tanjung Dudepo Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Line Intercept Transect (LIT). Pengambilan data dilakukan dengan penyelaman SCUBA pada kedalaman 3 meter dan 10 meter. Pada kedalaman 3 meter ditemukan komponen biotik berupa karang hidup acropora dan non-acropora dengan 6 bentuk pertumbuhan, dan 5 komponen biotik lainnya, sedangkan komponen abiotik hanya ditemukan berupa pecahan karang. Pada kedalaman 10 meter ditemukan komponen biotik berupa karang hidup dengan 7 bentuk pertumbuhan, dan 5 komponen biotik lainnya, sedangkan komponen abiotik berupa pasir dan pecahan karang. Pada dua kedalaman, bentuk pertumbuhan yang mendominasi yaitu acropora digitate dan acropora branching. Kondisi terumbu karang pada lokasi penelitian khususnya pada kedalaman 3 meter dan 10 meter yaitu berada pada kategori cukup dengan persentase tutupan sebesar 35,59% dan 37,30%. Kata kunci: Karang; Terumbu Karang; Kondisi.