Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

PERTUMBUHAN ALGA COKELAT Padina australis Hauch DI PERAIRAN PESISIR, DESA KAMPUNG AMBON, KECAMATAN LIKUPANG TIMUR, KABUPATEN MINAHASA UTARA Kepel, Rene Charles; Mantiri, Desy M. H.; Manu, Gaspar D.
JURNAL LPPM BIDANG SAINS DAN TEKNOLOGI Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : JURNAL LPPM BIDANG SAINS DAN TEKNOLOGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Alga laut adalah bagian terbesar dari tumbuhan laut, namun dari segi morfologi tumbuhan ini mempunyai perbedaan dengan tumbuhan-tumbuhan yang ada di daratan. Alga merupakan tumbuhan tingkat rendah yang tidak memiliki perbedaan susunan kerangka seperti alat pelekat (holdfast), batang (stipe) dan daun (blade) meskipun wujudnya tampak seperti ada perbedaan, tetapi sesungguhnya merupakan bentuk thallus belaka. Pemanfaatan rumput laut di Indonesia sendiri dimulai sejak tahun 1920 yang digunakan secara tradisional sebagai makanan seperti lalap, sayur dan manisan. Akan tetapi dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, pemanfaatan alga laut ke arah komersial untuk diekspor semakin meningkat. Hal ini dikarenakan kandungan kimia yang terdapat dalam alga laut seperti agar dan karaginan yang terdapat pada alga merah, algin pada alga cokelat serta alga hijau yang merupakan sumber karbonat. Salah satu jenis alga laut cokelat yaitu Padina. Pada tahun 2014, telah dikembangkan produk anti-ageing oleh PT APRO yang bekerja sama dengan CEVA (Centre d‟Etude et de Valorisation des Algues) di Pleubian, Perancis yang berasal dari Padina australis yang dipanen dari Kawasan Timur Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pertumbuhan alga cokelat Padina australis untuk menentukan waktu panen yang tepat untuk pengembangan budidaya.
Seagrass Community At Kampung Ambong’s Water East Likupang Subdistrict, North Minahasa Regency Surabi, Astevi; Kondoy, Khristin I. F.; Manu, Gaspar D.
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol 6, No 1 (2018): ISSUE JANUARY-JUNE 2018
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.6.1.2018.17861

Abstract

This Research is done at Kampung Ambong’s Water East Likupang Subdistrict, North Minahasa Regency. The aim of this research is to know the type composition of seagrass and to analyzed soliding, dominatting index, various index, index of spreadness. The data taken with the line transect method. The transect placement divided become 3 transect line that  located it uphold straight of beach line  each of them 95 meter long. Meanwhile the space between one transect to another (second and third) each 100 m.Meanwhile the space between one transect to another (second and third) each 100 m. All of them identified as : Cymodocea rotundata, Syringodium isoetifolium, Halophila decipiens, Halodule pinifolia, Cymodocea serrulata, Enhalus acoroides, Halphila minor,  Thalassia hempricii, Halodule uninervis, Halophila spinulosa. From the soliding each species show the highest score which is Cymodocea rotundata 2608 individu/m2, Syringodium isoetifolium 816 individu/m2, Halophila decipiens 420 individu/m2, Halodule pinifolia 292 individu/m2, Cymodocea serrulata 268 individu/m2, Enhalus acoroides 260 individu/m2, Halophila minor 224 individu/m2, Thalassia hempricii 160 individu/m2, Halodule uninervis 124 individu/m2, Halophila spinulosa 20 individu/m2.Whereas dominatting index be obtained 0.3 be in low category. its mean there is no species that to dominate in that water. Various index be obtained 1.65 be in mid category. it show that species community almost in spread condition, because it has the same opportunity.Index of spreadness be obtained 0.72 be in   high category, because it has a mixing seagrass field.Keywords:  community, composition, seagrass soliding. ABSTRAKPenelitian ini dilakukan di Perairan Kampung Ambong Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara.Tujuan dari penelitian ini mengetahui komposisi jenis lamun dan menganalisis kepadatan, indeks dominasi, indeks keanekaragaman, indeks kemerataan.  Pengambilan data dilakukan dengan metode garis transek.  Penempatan transek di bagi menjadi 3 garis transek yang di letakkan tegak lurus garis pantai dengan panjang masing-masing garis transek 95 meter.  Sedangkan jarak antara transek 1 dengan transek yang lain (2 dan 3) masing-masing 100 m. Dari hasil penelitian komposisi jumlah spesies lamun (seagrass) adalah 10. Kesepuluh spesies yang teridentifikasi yaitu: Cymodocea rotundata, Syringodium isoetifolium, Halophila decipiens, Halodule pinifolia, Cymodocea serrulata, Enhalus acoroides, Halphila minor,  Thalassia hempricii, Halodule uninervis, Halophila spinulosa.Kepadatan masing-masing spesies  diperoleh menunjukkan nilai tertinggi yaitu Cymodocea rotundata 2608 individu/m2, Syringodium isoetifolium 816 individu/m2, Halophila decipiens 420 individu/m2, Halodule pinifolia 292 individu/m2, Cymodocea serrulata 268 individu/m2, Enhalus acoroides 260 individu/m2, Halophila minor 224 individu/m2, Thalassia hempricii 160individu/m2, Halodule uninervis 124individu/m2, Halophila spinulosa 20 individu/m2.  Sedangkan indeks dominasi diperoleh 0.3 berada dalam kategori rendah, artinya tidak ada spesies yang mendominasi di perairan tersebut. Indeks keanekaragaman diperoleh 1.65 berada dalam kategori  sedang.  Hal ini menunjukkan bahwa komunitas spesies dalam kondisihampir merata, karena memiliki peluang yang sama. Indeks kemerataan diperoleh 0.72 berada dalam kategori tinggi, karena memiliki padang lamun campuran.Kata kunci : komunitas, komposisi, kepadatan lamun.
STUDY OF LONG WEIGHT RELATION OF SCYLLA SERRATA IN MANGROVE FOREST AROUND THE WET LABORATORY FPIK EEAST LIKUPANG DISTRICT NORTH MINAHASA Tumbel, Stivensian M.; Manu, Gaspar D.; Kambey, Alex D.
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol 6, No 1 (2018): EDISI JANUARI-JUNI 2018
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.6.1.2018.17855

Abstract

Mud crab (Scylla serrata) is a ten-legged crustacean animal from Brachura infraordo, known to have a very short tail (in Greek: brachy = short, ura = tail). Mangrove crab is one of the aquatic biota that has significant economic value and its life is strongly influenced by the existence of mangrove forest. The purpose of this study is to identify and analyze the relationship of weight and growth patterns of mangrove crab (Scylla serrata). Sampling is obtained by catching activities using fishing gear that is bubu (chang). Based on the results of research conducted in the area of Mangrove Forest around Wet Laboratory Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Likupang Timur in August - September 2017. Mangrove crab (Scylla serrata) in the can through research obtained as many as 32 individuals.Keywords: Mangrove Crab (Scylla serrata), Long Weight Relation, Growth Pattern, East Likupang ABSTRAKKepiting bakau (Scylla serrata) adalah binatang anggota crustasea berkaki sepuluh dari infraordo Brachura, yang dikenal mempunyai ekor yang sangat pendek (dalam bahasa Yunani : brachy = pendek, ura = ekor). Kepiting bakau adalah salah satu biota perairan yang bernilai ekonomis penting dan kehidupannya sangat dipengaruhi oleh keberadaan hutan mangrove. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi dan menganalisis hubungan panjang berat berserta pola pertumbuhan dari kepiting bakau (Scylla serrata). Pengambilan sampel diperoleh dengan melakukan kegiatan penangkapan menggunakan alat tangkap yaitu bubu (chang). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Daerah Hutan Mangrove sekitar Laboratorium Basah Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Likupang Timur pada bulan Agustus ? September 2017. Kepiting bakau (Scylla serrata) yang di dapat selama melalukan penelitian diperoleh sebanyak 32 individu. Kata Kunci : Kepiting Bakau (Scylla serrata), Hubungan Panjang Berat, Pola  Pertumbuhan, Likupang Timur.
KEADAAN USAHA SOMA PAJEKO (SMALL PURSE SEINE) ERA NEW NORMAL DI DESA SALIBABU KECAMATAN SALIBABU KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD Tarempas, Meike; Durand, Swenekhe S.; Rantung, Steelma V.; Aling, Djuwita R.R.; Kotambunan, Olvie V.; Manu, Gaspar D.
AKULTURASI: Jurnal Ilmiah Agrobisnis Perikanan Vol 9, No 1 (2021): April 2021
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/akulturasi.9.1.2021.34613

Abstract

AbstractThe purpose of this study was to determine and analyze how the business situation of the new normal era soma pajeko (small purse seine) in Salibabu Village, Salibabu District. When the research started from September 2020 to December 2020. The method in this study was a census using structured questions in the form of a questionnaire, while the data collected was through primary data and secondary data. The analysis in this research is quantitative and qualitative analysis. New Normal conditions are also felt in capture fisheries business activities in North Sulawesi, and this also affects the fisheries business in Salibabu Village, Salibabu District, Talaud Islands Regency. However, due to the pandemic in the New Normal Era, demand from the fisheries sector company Talaud has decreased by 30-40 percent and resulted in frozen warehouses for storage of fishery products to become full. As a result, the company reduces the supply of raw materials. The total cost for the soma pajeko capture fishery business in Salibabu Village, Salibabu District, Talaud Islands Regency is Rp. 259,000,000 with an income of Rp. 780,000,000 and a profit of Rp. 521,000,000 per year.Keywords: Soma Pajeko's business, New Normal situation, Salibabu Village.AbstrakTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana keadaan usaha soma pajeko (small purse seine) era new normal di Desa Salibabu Kecamatan Salibabu. Waktu penelitian dimulai September 2020 sampai Desember 2020. Metode dalam penelitian ini adalah sensus dengan menggunakan pertanyaan terstruktur yaitu berupa kuesioner, sedangkan data yang dikumpulkan yaitu melalui data primer dan data sekunder. Analisis dalam penelitian ini yaitu analisis kuantitatif dan kualitatif. Kondisi New Normal ikut dirasakan pada aktifitas usaha perikanan tangkap di Sulawesi Utara, dan ini juga mempengaruhi usaha perikanan yang ada di Desa Salibabu Kecamatan Salibabu Kabupaten Kepulauan Talaud. Namun akibat pandemi di Era New Normal, permintaan dari perusahaan sektor perikanan Talaud mengalami penurunan hingga 30-40 persen dan mengakibatkan gudang beku untuk penyimpanan produk perikanan menjadi penuh. Dampaknya, perusahaan mengurangi pasokan bahan baku. Total biaya untuk usaha perikanan tangkap soma pajeko di Desa Salibabu Kecamatan Salibabu Kabupaten Kepulauan Talaud sebesar Rp. 259.000.000, dengan pendapatan sebesar Rp.780.000.000, serta keuntungan sebesar Rp.521.000.000. per tahun.Kata kunci: Usaha Soma Pajeko, Era New Normal, Desa Salibabu
Gastropod Community Structure in Seagrass Ecosystems in North Minahasa Ganges Waters Sitanggang, Gorga Renaldi; Rangan, Jety K.; Moningkey, Rudy D.; Lalita, Jans D.J; Manu, Gaspar D.; Schaduw, Joshian N. W
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 9 No. 2 (2021): ISSUE JULY-DECEMBER 2021
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The purpose of this study was to determine the types of gastropods in the seagrass ecosystem in the waters of Gangga I Village, North Minahasa Regency through Species Density, Relative Density, Diversity and Dominance in the waters of Gangga I Village, North Minahasa Regency. The results of the study obtained 126 individuals consisting of 13 species (7 genera) from 7 families (3 orders). The results of the analysis of the gastropod community structure showed that the highest species density value was at point 1 of 1.67 ind/m², followed by point 2 of 1.43 ind/m² and the lowest was at point 3 of 1.20 ind/m². The low density of gastropods at the 3 points is assumed to be caused by the environmental conditions in which they live, food sources, and fishing activities carried out by the local community. The relative density value of species with the highest percentage is at point 3, namely, the species Nassarius albescens 0.167% and the species with the lowest percentage is at point 1, namely the species Xenoturris millepunctata 0.020%. The diversity index value which includes the high criteria is at point 1 of 3.25, while the diversity value which includes the medium criteria is at point 2 of 2.87 and point 3 of 2.42. The dominance value obtained from the analysis ranges from C = 0.09 to 0.12 which is classified as low. while the value of diversity which includes the medium criteria is at point 2 of 2.87 and point 3 of 2.42. The dominance value obtained from the analysis ranges from C = 0.09 to 0.12 which is classified as low. while the value of diversity which includes the medium criteria is at point 2 of 2.87 and point 3 of 2.42. The dominance value obtained from the analysis ranges from C = 0.09 to 0.12 which is classified as low.Keywords; Density; Diversity; Dominance; Environmental. AbstrakTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis Gastropda di Ekosistem lamun perairan desa Gangga I, Kabupaten Minahasa Utara melalui: Kepadatan Spesies, Kepadatan Relatif, Keanekaragaman dan Dominansi di perairan Desa Gangga I Kabupaten Minahasa Utara. Dari hasil penelitian, diperoleh 126 individu yang terdiri atas 13 spesies (7 genera) dari 7 famili (3 ordo). Hasil analisis struktur komunitas gastropoda diperoleh nilai kepadatan spesies tertinggi pada titik 1 sebesar 1,67 ind/m², diikuti titik 2 sebesar 1,43 ind/m² dan yang terendah ada pada titik 3 sebesar 1,20 ind/m². Rendahnya kepadatan gastropoda pada ke 3 titik diasumsikan disebabkan oleh kondisi lingkungan tempat hidupnya, sumber makanan dan aktivitas perikanan yang dilakukan masyarakat setempat. Adapun Nilai kepadatan relatif jenis dengan persentase tertinggi ada pada titik 3, yaitu spesies Nassarius albescens 0,167% dan spesies dengan persentase terendah ada pada titik 1, yaitu spesies Xenoturris millepunctata 0,020%. Nilai indeks keanekaragaman yang termasuk kriteria tinggi terdapat pada titik 1 sebesar 3,25, sedangkan nilai keanekaragaman yang termasuk kriteria sedang terdapat pada titik 2 sebesar 2,87 dan titik 3 sebesar 2,42. Nilai dominansi yang diperoleh dari analisis berkisar C = 0,09 sampai dengan 0,12  yang tergolong rendah.Kata kunci; Kepadatan; Keanekaragaman; Dominansi; Lingkungan
Granulometric and Bioindex Analysis of Macrobenthos in Malalayang Coastal Waters Windarto, Firmansyah Candra; Rampengan, Royke M.; Windarto, Agung B.; Djamaluddin, Rignolda; Manengkey, Hermanto W.K.; Manu, Gaspar D.
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 10 No. 1 (2022): ISSUE JANUARY-JUNE 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v10i1.38817

Abstract

 The purpose of this study was (1) to describe macrozoobenthos and calculate and analyze bio-indexes including density, diversity, domination, and proprietary macrozoobenthos genus found on the beach of Malalayang. (2) inform the condition of habitat sediment granulometry and related to various macrozoobenthos bio-indexes found on the Malalayang Beach. The results of the identification of macrozoobenthos types obtained from the entire research station have obtained macrozoobenthos taxa covering 3 classes, namely: Gastropoda classes include 5 genera, namely Melanella, Margarites, Frigidoalvania, Oenopot, and Cylichna, Crustacean class (2 genera: Pagurus and Hemigrapsus) and Polychaeta classes ( 1 genus: nais). Macrozoobenthos density at Station 1 and Station 3. Overall, station 1 has the highest average density of 29.33 ind./m2; Furthermore, Station 3 has an average density of 23 indv. /m2; And finally Station 2 with a density of 17.67 Ind. /m2. Based on the results of the test, it was concluded that none of the values of the macrozoobenthos diversity index at the research site showed that the H1 acceptance or can be said that the results of the t-test stated that all the recatient research tests were not significantly different meaning the diversity of the entire station tested had the same diversity. The dominance index also obtains values that indicate the condition of the lack of dominance from certain macrozoobenthos genera at the research location.The volume index is obtained that the community is in a stable condition only found at Station 3, namely the rear graduation area in the Malalayang River estuary. Communities that are in depressed conditions are found in the graduation land of station 1 and station 3, as well as the rearstal land of station 2. Other areas obtained by the community are in unstable conditionsThe sediment composition that looks for files to stations at the research site displays diverse conditions. In general, through the graph of the sediment composition produced, at station 1 can be said to have decreased grain size towards land. Physical at Station 2, on the contrary, experienced an increase in a more rough (gravel) sediment on the middle and rear land, and at station 3, the center of the center looks composed of sediments that have a rough size.Keywords: intertidal; macrobenthos; sediment AbstrakTujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan makrozoobenthos serta menghitung dan menganalisis bioindeks meliputi kepadatan, keanekaragaman, dominasi, dan kemerataan genus makrozoobenthos yang terdapat di Pantai Malalayang. (2) Menginformasikan kondisi granulometri sedimen habitat dan kaitannya dengan berbagai bioindeks makrozoobenthos yang terdapat di pantai Malalayang. Hasil identifikasi jenis-jenis makrozoobenthos yang diperoleh dari keseluruhan stasiun penelitian telah diperoleh taksa makrozoobenthos meliputi 3 kelas yaitu: Kelas Gastropoda meliputi 5 Genera yakni Melanella, Margarites, Frigidoalvania, Oenopotadan Cylichna, Kelas Crustacea (2 Genus: Pagurus dan Hemigrapsus) dan Kelas Polychaeta (1 Genus: Nais).Kepadatan makrozoobenthos pada Stasiun 1 dan Stasiun 3,  Secara keseluruhan, Stasiun 1 memiliki rata-rata kepadatan tertinggi yaitu sebesar 29,33 ind./m2; selanjutnya Stasiun 3 memiliki kepadatan rata-rata 23 ind./m2; dan terakhir Stasiun 2 dengan kepadatan 17,67 ind./m2.Berdasarkan hasil uji_t diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada satupun dari nilai indeks keanekaragaman makrozoobenthos pada lokasi penelitian menunjukkan terima H1 atau dapat dikatakan hasil uji-t menyatakan bawha semua satisun penelitian yang di uji tidak berbeda nyata artinya keanekaragaman seluruh stasiun yang diuji mempunyai keanekaragaman sama. Indeks Dominansi juga memperoleh nilai-nilai yang menunjukkan kondisi tidak adanya dominasi dari genus makrozoobenthos tertentu pada lokasi penelitian.Indeks kemerataan diperoleh bahwa komunitas berada dalam kondisi stabil hanya terdapat pada Stasiun 3, yaitu area lahan gisik bagian belakang di muara Sungai Malalayang.  Komunitas yang berada dalam kondisi tertekan, terdapat pada lahan gisik bagian depan Stasiun 1 dan Stasiun 3, serta lahan gisik bagian belakang Stasiun 2.  Area lainnya diperoleh komunitas berada dalam kondisi yang labilKomposisi sedimen yang menghampari gisik pada stasiun-stasiun di lokasi penelitian menampilkan kondisi yang beragam.  Secara umum, melalui grafik komposisi sedimen yang dihasilkan, pada Stasiun 1 dapat dikatakan terjadi penurunan ukuran butir ke arah darat. Gisik pada Stasiun 2, sebaliknya mengalami peningkatan sedimen berukuran lebih kasar (kerikil) pada lahan bagian tengah dan belakang, dan pada Stasiun 3, gisik bagian tengah tampak tersusun oleh sedimen yang memiliki ukuran kasar. Kata Kunci: intertidal; makrobenthos; sedimen
Acanthuridae in Bitunuris Waters Talaud Islands Sasauw, Harpan; Bataragoa, Nego E.; Manu, Gaspar D.; Rondonuwu, Ari B.; Lalita, Jans D.; Kusen, Janny D.
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 10 No. 2 (2022): ISSUE JULY-DECEMBER 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v10i2.41165

Abstract

 This study aims to determine the species of fish from the Acanthuridae family in Bitunuris Village, Salibabu Island, Talaud Islands Regency. Fish samples were caught using monofilament gill nets with a mesh size of 1.5 inches, net length of 15 m, and net height of 2 m. Sampling was carried out in April and May 2021. A total of 63 individuals were caught consisting of nine species. Acanthurus nigrofuscus 40 individuals, 10.0-17.0 cm in length and 18-77 g in weight. Acanthurus lineatus three individuals, 9.4-17.7 cm in length and 17-96 g in weight. Acanthurus triostegus is seven individuals, 9.3-12.4 cm in length, and weighs 21-55 g. Acanthurus nigricans two individuals each measuring 13.9-13.9 cm in length and weighing 67-70 g each. One individual Ctenochaetus cyanocheilus, a total length of 10.3 cm, and weight of 29 g. Naso lituratus four individuals, length 15.1-17.7 cm and weight ranging from 68-115 g. Naso brevirostris one individual measuring 23.0 cm in length and weighing 186 g. One individual Naso brachycentron, 24.5 cm in length and 172 g in weight. Zebrasoma scopas four individuals, 12.1-15.8 cm in length and weighing 54-105 g.Keywords: Species, gill nets.AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui spesies ikan Famili Acanthuridae di Desa Bitunuris Pulau Salibabu Kabupaten Kepulauan Talaud. Sampel ikan ditangkap menggunakan jaring insang monofilamen dengan ukuran mata jaring 1,5 inci, panjang jaring 15 m, tinggi jaring 2 m. Pengambilan sampel dilakukan pada April dan  Mei 2021. Sebanyak 63 individu yang tertangkap terdiri atas sembilan spesies.  Acanthurus nigrofuscus 40 individu, panjang berkisaran 10,0-17,0 cm dan berat 18-77 g.  Acanthurus lineatus tiga individu, panjang berkisaran 9,4-17,7 cm berat berkisaran 17-96 g.  Acanthurus triostegus  tuju individu, panjang 9,3-12,4 cm dan berat berkisaran antara 21-55 g.  Acanthurus nigricans dua individu masing-masing ukuran panjang 13,9-13,9 cm berat masing-masing ukuran 67-70 g.  Ctenochaetus cyanocheilus satu individu, panjang total 10,3 cm dan  berat 29 g.  Naso lituratus empat individu, ukuran panjang 15,1-17,7 cm berat berkisaran 68-115 g.  Naso brevirostris satu individu ukuran panjang 23,0 cm memiliki berat 186 g.  Naso brachycentron satu individu,  panjang 24,5 cm dan berat 172 g.  Zebrasoma scopas empat individu,  panjang 12,1-15,8 cm dan  berat 54-105 g.Kata Kunci: Spesies, jaring insang.
Crustacea Brachyura Morphology And Morphometrically in Buloh Beach Intertidal Zone, Minahasa District, North Sulawesi Jumeini, Jumeini; Paransa, Darus S. J.; Schaduw, Joshian N. W.; Mantiri, Desy M. H.; Pelle, Wilmy E.; Manu, Gaspar D.
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 10 No. 2 (2022): ISSUE JULY-DECEMBER 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v10i2.42078

Abstract

Brachyura crabs, especially coastal crabs, live in the intertidal zone with zone shape sandy beaches, muddy beaches, and rocky beaches. The colors on the crab’s carapace are caused by the presence of carotenoid pigments. The purpose of the study was to identify crabs morphologically and morphometrically. The sampling location was in Buloh Beach, Tateli Weru Village, Mandolang District, Minahasa Regency, North Sulawesi Province. Sampling using the cruise method, which is a research activity carried out by tracing the coastal area at the lowest tide by capturing organisms as samples directly. The crab samples found then morphologically identified by observing the color and shape of the carapace, claws, walking legs, presence of spines on the carapace, carapace size, abdomen shape, the characteristics of the leg organs presence of hair (setae), and morphometric calculations were also carried out. Based on the morphology of the crabs found, namely: Grapsus albolineatus (Latreille in Milbert, 1812), Atergatis floridus (Linnaeus, 1767), Pilumnus vespertilio (Fabricius, 1793), and Uca (Galasimus) tetragonon (Herbst, 1790)Keywords: Buloh Beach; Brachyura; Morphology; morphometrically; DiversityAbstrakKepiting brachyura khususnya kepiting pesisir hidup di zona intertidal dengan bentuk zona pantai berpasir, pantai berlumpur dan pantai berbatu. warna-warna pada karapas kepiting disebabkan karena adanya kandungan pigmen karotenoid. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi kepiting secara morfologi dan morfometrik. Lokasi pengambilan sampel di Pantai Buloh, Desa Tateli Weru, Kecamatan Mandolang, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara. Pengambilan sampel menggunakan metode jelajah (cruise methods) yaitu suatu kegiatan penelitian dilakukan dengan menelusuri daerah pesisir pantai saat surut terendah dengan menangkap organisme sebagai sampel secara langsung. Sampel kepiting yang ditemukan kemudian dilakukan identifikasi morfologi dengan memperhatikan warna dan bentuk karapas, capit, kaki jalan, keberadaan duri pada karapas, ukuran karapas, bentuk abdomen dan ciri-ciri organ kakinya seperti keberadaan rambut (setae), serta dilakukan perhitungan morfometrik. Berdasarkan identifikasi morfologi kepiting yang ditemukan, yaitu: Grapsus albolineatus (Latreille in Milbert, 1812), Atergatis floridus (Linnaeus, 1767), Pilumnus vespertilio (Fabricius, 1793), dan  Uca (Galasimus) tetragonon (Herbst, 1790).Kata kunci : Pantai Buloh; Brachyura; Morfologi; Morfometrik; Keanekaragaman
Effects of Shochu Distillery By-products on the Energy Budget of Common Carp Mokolensang, Jeffrie Fredrik; Manu, Lusia; Manu, Gaspar D.
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 11 No. 1 (2023): ISSUE JANUARY-JUNE 2023
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v11i1.45008

Abstract

The effects of Shochu distillery by-products (SDBP) were investigated by supplementary different level of SDBP to the basal diets for Japanese Common carp. To clarify the growth performances, energy budget equation was applied in this study. The feeding trial was conducted for 20 days by feeding the test diets containing SDBP at 0, 2,1 and 4.2%, respectively. Based on the energy budget equation, the digestible energy (DE) requirements for the maximum growth ranged from 49.0 – 55.8 kcal/ind/d. The 4.2% SDBP diet yielded 6.5% higher growth energy but 7.1% lesser metabolic energy than the control. The energy budget on 4.2% SDBP diet accounted for 10.6% of feces (2.42 kcal/ind/d), 4.2% of non-fecal (0.93 kcal/ind/d), 39.4% of metabolic loss (9.03 kcal/ind/d) and 45.9% of growth (10.5 kcal/ind/d), respectively. Correspond to the control, non-fecal and metabolic energies were lower, in 4.2% SDBP resulting in the higher product energy. The above results indicate that SDBP can be utilized as a supplement ingredient for the growth promotion of carp feed, since it could provide a superior property for growth energy of fish by reduced energy of metabolic loss and non-fecal losses. Key words: Shochu distillery by-products; Energy requirements; Metabolic loss; Growth; Carp
Gastropod community structure on seagrass beds in Bahoi Village, North Minahasa Tualangi, Jehezkiel Timotius; Rangan, Jety K.; Sangari, Joudy R. R.; Rondonuwu, Ari B.; Manu, Gaspar D.; Kondoy, Khristin I. F.
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 11 No. 2 (2023): ISSUE JULY-DECEMBER 2023
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v11i2.48307

Abstract

The village of Bahoi has a vast expanse of seagrass meadows of approximately 16.50 Ha, located between mangrove and coral reef ecosystems. This study aims to inventory the gastropod species in the seagrass meadow of Bahoi village waters and to determine the gastropod community structure through analysis of species density, relative density, species diversity index, and dominance index. The method used was a transect line method along 50 meters and a 1x1m quadrat pulled towards the sea, repeated three times during low tide. A total of 117 individuals were found, belonging to 26 species (11 families and 17 genera) of gastropods in the seagrass meadow of Bahoi village coastal waters. Based on the results, the highest density value was 1.10 ind/m2 with a relative density of 28.20%. Based on the analysis, the dominance index (D) of gastropods in the seagrass meadow of Bahoi village coastal waters was low, with values of D = 0.019 to 0.041, indicating that there was no specific species dominance in the seagrass meadow of Bahoi village coastal waters. This has an effect on the diversity index with a value of H' = 2.51, which is categorized as moderate. These results show that the diversity of gastropod species in the seagrass meadow of Bahoi village waters is quite diverse due to the absence of specific gastropod species dominance. Keywords: Bahoi, Seagrass Meadow, Gastropods, Community Structure. Abstrak Desa Bahoi memiliki luas hamparan padang lamun ± 16.50 Ha yang berada di antara ekosistem mangrove dan ekosistem terumbu karang. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan inventarisasi jenis-jenis gastropoda di hamparan lamun perairan Desa Bahoi, dan mengetahui struktur komunitas gastropoda melalui analisis kepadatan spesies, kepadatan relatif, indeks keanekaragaman spesies, dan indeks dominasi. Metode yang digunakan adalah metode transek garis sepanjang 50 meter dan kuadrat berukuran 1×1m yang ditarik ke arah laut, dan dilakukan ulangan sebanyak 3 kali pada saat air surut.Ditemukan 117 individu yang termasuk ke dalam 26 spesies (11 famili dan 17 genera) gastropoda di hamparan padang lamun perairan pantai desa Bahoi. Berdasarkan hasil penelitian, nilai kepadatan tertinggi sebesar 1,10 ind/m2 dengan kepadatan relatif 28,20%. Berdasarkan hasil analisis, Indeks Dominansi (D) gastropoda di hamparan lamun perairan pantai desa Bahoi tergolong rendah, dengan nilai D=0,019 sampai dengan 0,041 menunjukkan bahwa tidak terdapat dominasi spesies tertentu di hamparan padang lamun perairan pantai desa Bahoi. Hal ini berpengaruh terhadap Indeks Keanekaragaman dengan nilai H’=2,51 sehingga berada pada kategori sedang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis gastropoda di hamparan lamun perairan pantai desa Bahoi cukup beragam dikarenakan tidak adanya dominasi spesies gastropoda tertentu. Kata kunci: Bahoi, Padang Lamun, Gastropoda, Struktur Komunitas