Background: Eczema is a chronic, inflammatory and recurrent skin disease, characterized by a person's skin becoming red, inflamed, and itchy. Eczema is one type of disease that often occurs in children ranging from the age of 6 months to 5 years. In 2021, eczema increased again by around 59,395 cases and was ranked 5th in West Nusa Tenggara (NTB) Province. In Endut Hamlet, there were 30 cases of babies with eczema ranging from 0-12 months of age. Purpose: To determine the relationship between environmental sanitation and the incidence of eczema in infants aged 0-12 months. Method: Descriptive research with a quantitative approach to determine the relationship between environmental sanitation and the incidence of eczema in infants aged 0-12 months in 2003 in Endut Hamlet, Batu Mekar Village, Lingsar District, West Lombok Regency. The population in this study were 30 mothers who had babies aged 0-12 months. Sampling used total sampling method so that 30 babies became respondents. The dependent variables consisted of hair cleanliness, hand-nail-toenail cleanliness, clothing cleanliness, skin cleanliness, towel cleanliness and bed and bed linen cleanliness. While environmental sanitation consisted of clean water facilities, waste disposal facilities and healthy toilet facilities. The independent variable was the incidence of eczema in babies aged 0-12 months, which was assessed by subjective observation. Data were analyzed using the chi square test with an alpha value of 0.05 (95%). Results: Respondent data shows that most of the environmental cleanliness and sanitation levels are in the poor category. The significance of hair cleanliness levels on eczema cases obtained pValue=0.023. The significance of respondents' hand, foot and nail cleanliness levels with eczema cases obtained pValue=0.023. While the significance of respondents' skin cleanliness levels with eczema cases obtained pValue=0.042. The significance of respondents' clothing cleanliness levels with eczema cases obtained pValue=0.023. While the significance of towels cleanliness levels with eczema cases obtained pValue=0.002. While the significance for bed cleanliness levels with eczema cases and obtained pValue=0.042. And with a p value of 0.023 for clean water facilities and a p value of 0.010 for waste disposal facilities/healthy toilet facilities, it shows that there is a significant relationship between clean water facilities, waste disposal facilities, and healthy toilet facilities and the occurrence of eczema in Endut Hamlet, Batu Mekar Village, Lingsar District, West Lombok Regency. Conclusion: Environmental sanitation, cleanliness of equipment and supporting facilities for cleanliness are factors that influence the incidence of eczema in infants aged 0-12 months. Healthy lifestyles and supporting facilities for cleanliness are dominant factors in preventing the occurrence of eczema. Suggestions: This activity and research is expected to provide increased knowledge, especially regarding the implementation of a healthy lifestyle and maintaining environmental sanitation to prevent eczema and the results of this study can be a reference in further research by adding other variables in testing such as other variables such as eye hygiene, nose hygiene, oral and dental hygiene and genital hygiene. Keywords: Eczema; Environmental sanitation; Infants; Personal hygiene; Skin Pendahuluan: Eksim merupakan penyakit kulit kronik, inflamatif dan dapat muncul kembali, yang ditandai kulit seseorang menjadi merah, meradang, dan terasa gatal. Penyakit eksim salah satu jenis penyakit yang sering terjadi pada usia anak-anak mulai dari usia anak 6 bulan pertama sampai 5 tahun. Pada tahun 2021 penyakit Eksim meningkat lagi sekitar 59.395 kasus dan masuk ke dalam peringkat ke-5 di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Di Dusun Endut sebanyak 30 kasus bayi yang terkena eksim mulai dari usia 0-12 bulan. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara sanitasi lingkungan dengan kejadian panyakit eksim pada bayi berusia 0-12 bulan. Metode: Penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif untuk mengetahui hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian penyakit eksim pada bayi usia 0-12 bulan pada tahun 2003 di Dusun Endut Desa Batu Mekar Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat.. Populasi dalam penelitian ini adalah 30 ibu yang memiliki bayi berusia 0-12 bulan. Pengambilan sampel menggunakan cara total sampling sehingga mendapatkan 30 bayi menjadi responden. Variabel dependen terdiri atas kebersihan rambut, kebersihan tangan-kuku-kaki, kebersihan pakaian, kebersihan kulit, kebersihan handuk dan kebersihan tempat tidur serta sprei. Sedangkan sanitasi lingkungan terdiri atas sarana air bersih, sarana pembuangan sampah dan sarana jamban sehat. Variabel independennya adalah kejadian eksim pada bayi usia 0-12 bulan, yang dinilai dengan observasional subyektif. Data dianalisa dengan uji chi square dengan nilai alpha 0.05 (95%). Hasil: Data responden menunjukkan sebagian besar tingkat kebersihan dan sanitasi lingkungan dalam kategori buruk. Signifikansi tingkat kebersihan rambut terhadap kejadian eksim mendapatkan pValue=0.023. Signifikansi tingkat kebersihan tangan, kaki dan kuku responden dengan kejadian eksim mendapatkan pValue=0.023. Sedangkan signifikansi tingkat kebersihan kulit responden dengan kejadian eksim mendapatkan pValue=0.042. Signifikansi tingkat kebersihan pakaian responden dengan kejadian eksim mendapatkan pValue=0.023. Sedangkan signifikansi tingkat kebersihan handuk dengan kejadian eksim mendapatkan pValue=0.002. Sedangkan signifikansi untuk tingkat kebersihan tempat tidur dengan kejadian dan mendapatkan pValue=0.042. Dan dengan nilai p value sebesar 0.023 untuk sarana air bersih dan p value sebesar 0.010 untuk sarana pembuangan sampah/sarana jamban sehat menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara sarana air bersih, sarana pembuangan sampah, dan sarana jamban yang sehat terhadap timbulnya pernyakit eksim di Dusun Endut Desa Batu Mekar Kecamatan Lingsar Kabupatan Lombok Barat. Simpulan: Sanitasi lingkungan, kebersihan perlengkapan dan sarana penunjang kebersihan adalah faktor yang berpengaruh terhadap kejadian eksim pada bayi berusia 0-12 bulan. Pola hidup sehat dan sarana penunjang kebersihan adalah faktor yang dominan dalam mencegah timbulnya kejadian eksim. Saran: Kegiatan dan penelitian ini diharapkan dapat memberikan peningkatan pengetahuan khususnya mengenai penerapkan pola hidup sehat dan menjaga sanitasi ligkungan untuk mencegah terjadinya eksim dan hasil dari penelitian ini dapat menjadi rujukan di penelitian lanjutan dengan menambahkan variabel lain dalam pengujian seperti variabel lainnya seperti kebersihan mata, kebersihan hidung, kebersihan mulut dan gigi serta kebersihan genetalia.