Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Identifikasi Polimorfisme Gen N-Asetiltransferase 2 (NAT2) Pada Suku Batak Pasaribu, Ezra; Paranginangin, Jason Merari; Dewi, Lucia Vita Inandha
Health Information : Jurnal Penelitian Content Digitized
Publisher : Poltekkes Kemenkes Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia memiliki berbagai macam suku yang tersebar dari Sabang sampai Merauke yang terdiri lebih dari 300 etnik. Penelitian tentang TB pada suku Jawa (40%) Sunda (15,50%), Melayu (3,7%), Batak (3,6%), Madura (3%) dan Betawi (2,88%). Tujuannya untuk mengetahui adanya polimorfisme pada gen NAT2 subyek sehat suku Batak beserta tipe polimorfisme dan jenis tipe asetilatornya. Dampak polimorfisme NAT2 yaitu toksisitas obat, neuropati perifer. Metode menggunakan metode RFLP dengan pengambilan sampel 10 suku Batak. Sampel darah di isolasi DNA menggunakan Wizard® Genomic DNA Purification Kit kemudian dilakukan PCR RFLP dengan menggunakan enzim restriksi : Taq1, Kpn1, BamH1 dan dielektroforesis. RFLP enzim restriksi Kpn1 menggunakan marker berukuran 100bp. Taq1 didapatkan NAT2*4 dan alel mutan NAT2*6A. BamH1 didapatkan NAT2*4 dan alel mutan NAT2*7B. Terdapat polimorfisme gen NAT2 pada suku Batak yaitu NAT2*4/*5B, NAT2*4/*6A, NAT2*4/*7B, NAT2*5B/*5B dan NAT2*7B/*7B dan tipe polimorfisme gen NAT2 pada suku Batak yaitu asetilator sedang NAT2*4/*5B (20%), NAT2*4/*6A (33,3%) dan pada NAT2*4/*7B (20%), asetilator lambat NAT2*5B/*5B (13,3%) dan NAT2*7B (13,3%). Tipe asetilator pada suku Batak provinsi Sumatra Utara yaitu asetilator sedang dan lambat.
Analisis efektivitas biaya terapi anemia pada pasien hemodialisis GGK di RS X Purnomo, Lenis Sufiya; Dewi, Lucia Vita Inandha; Hanifah, Inaratul Rizkhy
Health Sciences and Pharmacy Journal Vol. 8 No. 1 (2024)
Publisher : STIKes Surya Global Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32504/hspj.v8i1.995

Abstract

Pasien Gagal Ginjal Kronis (GGK) yang menjalani hemodialisis akan mengalami komplikasi anemia, maka membutuhkan terapi anemia yaitu terapi tunggal Asam Folat dan terapi kombinasi Asam Folat –Eritropoietin (EPO). Meskipun terdapat perbedaan dari segi biaya dan efektivitas, keduanya masih menjadi pilihan utama dalam pengobatan. Beberapa peneliti menyebutkan bahwa terapi kombinasi terbukti lebih efektif dari terapi tunggal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui terapi mana yang lebih cost effective.Pengambilan data sudah dilakukan bulan Agustus 2023, dengan sampel pasien anemia yang terdiagnosa GGK dan sedang menjalani hemodialisis di bulan Januari-Desember 2022. Data diambil secara retrospektif dari rekam medis dan billing. Analisis efektivitas biaya dilakukan dengan menghitung biaya medis langsung, efektivitas terapi, nilai Average Cost Effectiveness Ratio (ACER) dan Incremental Cost Effectiveness Ratio (ICER) serta dilakukan analisis sensitivitas. Hasil penelitian menunjukkan terapi kombinasi Asam Folat-Eritropoietin (EPO) lebih efektif dengan persentase sebesar 53% dibandingkan dengan terapi tunggal Asam Folat sebesar 46%. Rata-rata biaya medis terapi tunggal sebesar Rp911.835,00 dan terapi kombinasi Asam Folat-Eritropoietin (EPO) sebesar Rp1.155.769,00 dengan nilai ACER Rp2.183.119,00. Maka disimpulkan terapi kombinasi paling cost effective dengan nilai ICER Rp3.593.961,00 per persen aktivitas. Kata kunci: Anemia; asam folat; eritropoietin
ANALISIS UTILITAS BIAYA KOMBINASI ANTIHIPERGLIKEMIA ORAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RSUD DR. SOERATNO GEMOLONG Anggriani, Indah Putri; Dewi, Lucia Vita Inandha; Pradesthya, Karinda Wirandani; Hanifah, Inaratul Rizkhy
Farmasains : Jurnal Ilmiah Ilmu Kefarmasian Vol. 11 No. 2 (2024)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/farmasains.v11i2.12418

Abstract

Diabetes Melitus (DM) tipe II sebagai suatu kondisi kronismemerlukan biaya dan waktu perawatan yang cukup besar dengan kualitas hidup sebagai salah satu parameter keberhasilan terapi. Kombinasi metformin-gliclazid dan metformin-pioglitazon merupakan kombinasi obat yang terbanyak digunakan di RSUD Dr. Soeratno Gemolong. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan obat mana yang lebih cost-utility lebih besar. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode farmakoekonomi Cost Utility Analysis (CUA). Penelitian yang dilakukan pada bulan Januari-Februari 2023 ini melibatkan 71 responden yang memenuhi kriteria inklusi, 38 responden menggunakan kombinasi metformin-gliklazid dan 33 lainnya menggunakan kombinasi metformin-pioglitazon. Pengambilan data menggunakan kuisoner Diabetes Quality of Life (DQoL). Rata-rata total biaya untuk kombinasi metformin-gliklazid sebesar Rp 8.634.959 dengan Quality-Adjusted Life Years (QALY) mencapai 2,33, sedangkan kombinasi metformin-pioglitazon membutuhkan total biaya rata-rata Rp 10.030.517 dengan QALY sebesar 1,99. Nilai Average Cost Effectiveness Ratio (ACER) kombinasi metformin-gliklazid dan kombinasi metformin-pioglitazon sebesar Rp 3.705.991 dan Rp 5.040.461, dengan nilai ICER –Rp 4.104.582, sehingga dapat disimpulkan bahwa kombinasi metformin-gliklazid lebih cost-utility. Berdasarkan analisis sensitivitas menunjukkan biaya obat lain memiliki rentang yang paling panjang, sehingga memiliki dampak paling signifikan terhadap biaya pengobatan.
Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi pada Resep Pasien BPJS RSUD Kota Mataram yang Ditebus di Apotek KF 134 Pejanggik dan KF 458 Catur Warga Berdasarkan ATC/DDD dan DU 90% Hamzani, Yogi Mujizat; Andayani , Tri Murti; Dewi, Lucia Vita Inandha
Journal of Pharmaceutical and Sciences JPS Volume 8 Nomor 3 (2025)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36490/journal-jps.com.v8i3.1028

Abstract

Background: Hypertension is a persistent condition of high blood pressure (systolic >140 mmHg or diastolic >90 mmHg). As a chronic disease requiring long-term treatment, the therapy for hypertensive patients needs to be evaluated regularly. Objective: This study aimed to determine the consumption profile of antihypertensive drugs using the ATC/DDD and DU 90% methods and to assess their compliance with the National Formulary (FORNAS). Methods: This research used a cross-sectional design with retrospective data collection. The samples were prescriptions for BPJS hypertension patients from Mataram City Hospital for the period of January-December 2024, redeemed at KF 134 Pejanggik Pharmacy and KF 458 Catur Warga Pharmacy. The data were analyzed using the Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD) and Drug Utilization 90% (DU 90%) methods. Results: The results showed that the most consumed antihypertensive class was ARBs, specifically candesartan, with a value of 13,082.25 DDD/1000 PPD at KF 134 Pejanggik and 7,215.33 DDD/1000 PPD at KF 458 Catur Warga. The drugs included in the DU 90% segment were candesartan, ramipril, amlodipine, and bisoprolol at both pharmacies, with the addition of valsartan at KF 134 Pejanggik. Compliance with drug use guidelines for FORNAS was 92% at KF 134 Pejanggik Pharmacy and 90% at KF 458 Catur Warga Pharmacy. Conclusion: The use of antihypertensive drugs in both pharmacies is in accordance with FORNAS, with high compliance percentages, indicating rational drug prescribing practices.
Uji Kualitas Hidup Pasien Post Vaksinasi Covid-19 Dengan Pendekatan SF 36 Dan SF 12 endey, joverly; Widodo, Gunawan Pamudji; Dewi, Lucia Vita Inandha
Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia Vol. 10 No. 1 (2024): Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia
Publisher : Program Studi Farmasi Universitas Mandala Waluya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35311/jmpi.v10i1.482

Abstract

Pesantnya penyebaran COVID-19 dan bahaya yang akan muncul jika tidak segera ditangani maka salah satu cara yang sangat mungkin untuk mencegah penyebaran virus ini adalah dengan mengembangkan vaksin. Namun, vaksinasi COVID-19 menimbulkan beberapa efek samping jangka panjang dan jangka pendek. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sosiodemografi pada pasien pasca vaksinasi COVID-19, gambaran kualitas hidup dengan pendekatan SF 36 dan SF-12, serta membandingkan keduanya. Penelitian ini merupakan desain penelitian deskriptif non eksperimental dengan rancangan cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta. Penelitian dekstriptif menggambarkan kualitas hidup masyarakat pasca vaksinasi COVID-19 yang terjadi di Puskesmas Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta. Karakteristik responden penelitian didominasi pasien laki-laki sejumlah 46 pasien (51,69%) dengan kategori umur 17-24 tahun (Remaja Akhir) 42 pasien (47,19%), pendidikan terakhir SMA 47 pasien (52,81 %), status pernikahan belum menikah 51 pasien (57,30%), status pekerjaan pegawai swasta 30 pasien (33,71%), tingkat penghasilan lainnya di luar rentang UMR (1,9 juta) – 3,5 juta sebanyak 40 pasien (44,94% ) dengan mendapatkan vaksin booster pada bulan Februari 2023 77 pasien (86,52%). Kualitas hidup pasien pasca vaksinasi booster COVID-19 dengan kuesioner SF-36 diperoleh hasil kategori baik sebanyak 62 pasien (69,66%). Kualitas hidup pasien pasca vaksinasi booster COVID-19 dengan kuesioner SF-12 diperoleh hasil kategori baik sebanyak 67 pasien (72,28%). Tidak ada perbedaan hasil antara Kuesioner SF-36 dan SF-12 karena hasil dari pengukuran kualitas hidup pasien pasca vaksinasi booster COVID-19 masuk kategori baik dengan nilai Mann Whitney sig. 0,671 > 0,05.
Analisis Cost of Illness Pada Pengobatan Pasien Stroke Iskemik Peserta JKN di RS ‘’X” Surakarta Tahun 2023 Zaqiah, Fiqih; Dewi, Lucia Vita Inandha; Harsono, Samuel Budi
Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia Vol. 10 No. 2 (2024): Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia
Publisher : Program Studi Farmasi Universitas Mandala Waluya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35311/jmpi.v10i2.522

Abstract

Stroke merupakan penyakit yang membutuhkan biaya besar dalam penanganannya, adanya perbedaan kondisi setiap pasien dapat memberikan perbedaan biaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor kondisi pasien apa saja yang mempengaruhi total biaya rumah sakit dan melihat perbedaan antara tarif rumah sakit dengan tarif paket INA-CBG’s. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik, dengan melakukan analisis cost of illness (COI) berdasarkan perspektif rumah sakit.  Data yang diamati hubungan  kondisi pasien terhadap biaya medis langsung  dan melihat apakah terdapat  perbedaan tarif antara biaya RS dengan tarif INA-CBG’s. Sumber data yang digunakan adalah kondisi pasien menurut rekam medis (usia, jenis kelamin, lama perawatan, kelas perawatan, komorbid, tingkat keparahan, dan jenis terapi obat), obat-obat yang digunakan dan biaya yang dikeluarkan periode Januari-Desember 2023. Jumlah sampel yang digunakan sebesar 175 data pasien penderita stroke iskemik sesuai kriteria inklusi. Analisis data secara bivariat dilakukan menggunakan uji one sample t-test untuk melihat perbedaan tarif RS dengan tarif INA-CBG’s berdasarkan kelas perawatan dan tingkat keparahan serta analisis chi-square untuk melihat faktor yang mempengaruhi biaya serta korelasi kedua variabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total biaya rumah sakit pasien stroke iskemik periode Januari-Desember 2023 sebesar Rp. 429.455.726. Biaya tarif rumah sakit menunjukkan faktor yang mempengaruhi ditinjau dari usia, komorbid, lama perawatan, kelas perawatan, tingkat keparahan, dan jenis terapi obat diperoleh nilai p<0,05. Hasil analisis kesesuaian biaya berdasarkan tarif rumah sakit dengan tarif INA-CBG’s menunjukkan terdapat perbedaan positif pada setiap kelas dengan tingkat keparahan.
Pengaruh Edukasi Dagusibu Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Serta Upaya Mengatasi Hambatan Pengelolaan Obat dalam Rumah Tangga di Kecamatan Sepang, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah Anggralisa, Mellinia Yunari; Harsono, Samuel Budi; Dewi, Lucia Vita Inandha
Jurnal Ners Vol. 9 No. 4 (2025): OKTOBER 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jn.v9i4.50780

Abstract

Pengelolaan obat di tingkat rumah tangga menjadi penting karena banyak keluarga yang memiliki persediaan obat di rumah untuk mencegah efek samping dan resistensi obat. Tujuan utama penelitian adalah untuk efektivitas program edukasi Dagusibu dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan obat di rumah, serta mengidentifikasi hambatan-hambatan yang menghambat dalam pelaksanaan program tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan mix-method, dengan data kuantitatif dari 168 responden yang dipilih secara purposive dari tujuh desa di Kecamatan Sepang, dan data kualitatif dari FGD bersama 20 anggota PKK. Kriteria inklusi mencakup warga yang melakukan DAGUSIBU dan bersedia menjadi responden. Instrumen berupa kuesioner dianalisis menggunakan skala Guttman dan Likert, serta uji statistik Paired T-Test. Analisis kualitatif dibantu perangkat lunak NVivo dan diagram Fishbone. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan signifikan dalam tingkat pengetahuan sebesar 6,75% setelah edukasi DAGUSIBU. Sikap ibu rumah tangga dalam pengelolaan obat mengalami peningkatan menjadi 12,57% setelah edukasi. Hambatan utama meliputi minimnya pemahaman, kebiasaan lama masyarakat, dan keterbatasan fasilitas. Edukasi DAGUSIBU terbukti efektif, namun dibutuhkan upaya berkelanjutan untuk optimalisasi pengelolaan obat di rumah tangga.
Evaluation of Pharmacy Service Implementation in Class C Hospitals in Kebumen and Improvement Strategies Muchromin, Muchromin; Wijayanti, Tri; Dewi, Lucia Vita Inandha
Indonesian Journal of Global Health Research Vol 7 No 2 (2025): Indonesian Journal of Global Health Research
Publisher : GLOBAL HEALTH SCIENCE GROUP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37287/ijghr.v7i2.5525

Abstract

Health is a fundamental human right, and pharmacy services are a vital component of the healthcare system, especially in hospitals. The Ministry of Health Regulation No. 72 of 2016 serves as a guideline for implementing pharmacy services to ensure optimal healthcare delivery. Objective: This study aims to evaluate the implementation of Ministry of Health Regulation No. 72 of 2016 regarding pharmacy services in three class C hospitals in Kebumen Regency and to formulate improvement strategies using the Hanlon method. Method: A descriptive-analytical approach with a cross-sectional design was used. Data were collected through observations and interviews with the heads of pharmacy departments in the three hospitals. Results: The implementation of pharmaceutical supply management and clinical pharmacy services achieved 72.7% of the established standards. Key activities such as prescription review, medication history tracking, and counseling were conducted. However, activities like Drug Use Evaluation, sterile dispensing, and Therapeutic Drug Monitoring were not implemented due to limited facilities and skilled personnel. Hanlon analysis identified priority issues, including drug procurement accuracy, the number of items per prescription, and the lack of Drug Use Evaluation and Therapeutic Drug Monitoring. Conclusions: To improve service quality, recommendations include increasing budget allocation, training medical staff, and improving infrastructure. Addressing these issues is expected to enhance patient safety, drug use efficiency, and overall service satisfaction in the hospitals.
Evaluation of BPJS Drug Planning Controls in Regional General IFRS dr. Soehadi Prijonegoro Sragen Tongkonoo, Mutiah; Rahmawati, Ismi; Dewi, Lucia Vita Inandha
International Journal of Science and Society Vol 6 No 2 (2024): International Journal of Science and Society (IJSOC)
Publisher : GoAcademica Research & Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54783/ijsoc.v6i2.1129

Abstract

Service in the pharmaceutical sector at hospitals is one that must be carried out in a timely and high-quality manner in order to support good service. Controlling drug supplies has a major impact on the quality of service to patients. The aim of this research is to evaluate the BPJS drug inventory control system for the planning and procurement stages with ABC, VEN, ABC-VEN, EOQ. The research design is a type of non-experimental descriptive research with retrospective data collection. The data used for the period January-December 2021. The drugs analyzed are oral drugs and the most needed drugs are included in the ABC, VEN categories so that the BPJS ABC-VEN drug group is obtained. The results of ABC analysis with a total of 464 drugs were classified into groups. Group A 19%, group B 25.4% and group 55.6%. The VEN group analysis was Vital 19.4%, Essential 77.8% and non-Essential 2.8%. Based on the results of EOQ with a total of 113 items.
Analysis of Drug Management and Improvement Strategies Using the Hanlon Method in Pharmaceutical Installations RSUD Dr. Moewardi in 2022 Sakaria, Hamra; Wijayanti, Tri; Dewi, Lucia Vita Inandha
Jurnal Multidisiplin Madani Vol. 4 No. 5 (2024): May 2024
Publisher : PT FORMOSA CENDEKIA GLOBAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55927/mudima.v4i5.9379

Abstract

Drug management at RSUD Dr.Moewardi in previous research showed that drug management in the Pharmacy Installation at Dr. Moewardi is not yet efficient. Dr. Moewardi Hospital Pharmacy Installation which includes the selection, planning, procurement, distribution and use stages in 2022, determine priority drug management problems based on the Hanlon method and find out strategies for improving drug management in the RSUD Pharmacy Installation Dr.Moewardi in 2022. Secondary data was obtained from interviews with the Head of the Pharmacy Installation at RSUD Dr. Moewardi. The results of research on drug management at IFRSUD Dr. Moewardi who did not meet the standards at the selection stage for suitability of drug items available at Fornas (82.80%) and FRS (81.41%) at the procurement stage, percentage of drug procurement fund allocation (17.27%) Frequency of late payments (448X) percentage of suitability of drug planning(87.16%) at the distribution stage accuracy of drug quantity data on stock cards (95%) ITOR(15.078 times) percentage of expired drugs (0.04%), percentage of dead stock (13%) and at the usage stage the number of drug items per prescription sheet (3.6), the percentage of generic drug use (72.85%) and the average waiting time for compounded drugs was (61.76 minutes) and non-mixed (28.68 minutes)