Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

REKONSTRUKSI BIDANG GELINCIR LONGSOR DENGAN METODE GEOLISTRIK DI KAWASAN TAMAN NASIONAL TAIPINGSHAN, PROPINSI YILAN, TAIWAN Zamroni, Akhmad
KURVATEK Vol 4 No 2 (2019): November 2019
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33579/krvtk.v4i2.1184

Abstract

Longsor di Taipingshan terjadi karena Angin Topan Saola pada tahun 2012. Curah hujan yang tercatat dalam peristiwa itu adalah lebih dari 1800 mm selama tiga hari. Selain itu, faktor geologi seperti material yang lapuk dan erosi juga merupakan faktor pendukung terjadinya longsor di daerah tersebut. Geolistrik adalah metode geofisika yang menggunakan arus listrik yang diinjeksikan ke dalam batuan untuk mendapatkan nilai resistivitas. Fungsi geolistrik adalah untuk menentukan jenis material di bawah permukaan berdasarkan nilai resistivitas, yang dilakukan dengan mengukurnya di atas permukaan tanah. Jenis-jenis material tanah longsor di daerah ini hanya satu jenis batuan, yaitu slate. Perbedaan nilai resistivitas (adanya perbedaan warna dalam gambar resistivitas 2D), karena beberapa faktor, seperti batuan yang lapuk dan segar, zona rekahan pada batuan, dan kontak batuan dengan air. Menurut data pemboran, gambar resistivitas 2D, dan Peta Geologi Taipingshan, rekonstruksi profil bawah permukaan dibuat untuk mengetahui kedalaman potensi massa material yang bergerak. Jenis material-material di daerah tersebut adalah colluvium pada kedalaman 0-10 m, slate lapuk pada kedalaman 10-29 m, dan bedrock slate pada kedalaman 29-100 m. Posisi bidang gelincir terletak di antara slate lapuk dan bedrock slate pada kedalaman sekitar 29 m. Bidang gelincir didapatkan dari dua bahan yang berdekatan yang memiliki kontras yang berbeda dari nilai resistivitasnya. Hal tu membuatnya mudah bergerak dan terkikis pada lereng yang curam dan juga pada saat hujan lebat. Sehingga ketebalan potensi massa material yang bergerak adalah sekitar 29 m.
Promoting Environmental Education for Elementary School Students Around Limestone Mining Area, Gunungkidul Regency, Indonesia Kurniati, Ayu Candra; Putri, Wahyu Endah Christiani; Zamroni, Akhmad; Rachmawati, Yeni; Sagala, Saurina Tua
Jurnal Educative: Journal of Educational Studies Vol. 8 No. 1 (2023): June 2023
Publisher : Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30983/educative.v8i1.6243

Abstract

Indonesia has many environmental problems, especially those related to mining. It becomes essential to provide environmental education to the younger generation. However, the environmental education curriculum has not been explicitly found in the body of formal education in Indonesia. The study area is in Gunungkidul Regency, Indonesia where the limestone mining industry has expanded in almost all areas. The purpose of this study is to assess the environmental impacts of limestone mining activities and align the possible integration of environmental education in the study area. To gather data about the environmental impacts of limestone mining activities, a desktop study, field investigation, and interviews with local communities were conducted. Analysis of the Indonesian curriculum and interviews with elementary school teachers were conducted to align the possible integration of environmental education. The environmental impacts of limestone mining activities in the study area include air pollution, water contamination, drought, soil erosion, and road damage. We provide some suggestions for learning materials including an Introduction to environmentally friendly mining activities (Science subjects, grade 4, thematic 3), an Introduction to air pollution impacts in the mining area on human breathing (Science subjects, grade 5, thematic 2), and Introduction about mining activities impacts on the air, water, and soil (Science subjects, grade 5, thematic 8). It is recommended that teachers not only teach theory but also practice and environmental observation.