Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

ANALISIS TEKNIS PENGGUNAAN SHOTCRETE PADA TAMBANG BAWAH TANAH GRASBERG BLOCK CAVE (GBC) DI PT. FREEPORT INDONESIA PROVINSI PAPUA Mahmud Said; A.A Inung Arie Adnyano; Bayurohman Pangacella Putra; Jeffryson Munsaki Rumbewas
Prosiding Temu Profesi Tahunan PERHAPI 2020: PROSIDING TEMU PROFESI TAHUNAN PERHAPI
Publisher : PERHAPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36986/ptptp.v0i0.197

Abstract

Penggunaan shotcrete merupakan salah satu penyanggaan sekunder untuk menjaga kestabilan lubang bukaan pada metode penambangan block caving yang diterapkan PT. Freeport Indonesia di area Grasberg Block Cave (GBC). Pada pengaplikasian shotcrete dilapangan divisi engineering menambahkan material dari kebutuhan sebenarnya sebanyak 240% sebagai faktor overspray. Penambahan tersebut akan mempengaruhi besarnya biaya material shotcrete dan tidak sesuai dengan program efisiensi perusahaan pada masa development. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tidak optimalnya penggunaan shotcrete, melakukan pencegahan untuk mengurangi shotcrete yang terbuang dilapangan, dan mengurangi penambahan shotcrete faktor overspray saat perencanaan. Metode penelitian dengan mengumpulkan data primer yang diperoleh langsung dilapangan dan data sekunder yang diperoleh dari arsip perusahaan serta studi literatur. Pada perencanaan shotcrete, kapasitas getmen mixer 4 m³ dapat melapisi heading dengan shotcrete sepanjang 4,65 meter dan berdasarkan data pengukuran panjang dan luasan area shotcrete hanya membutuhkan rata-rata 1,97 m³. Hasil analisis berdasarkan 22 data mixer, didapatkan volume shotcrete yang terisi dalam getmen mixer rata-rata 3,86 m³, shotcrete yang tertempel pada heading rata-rata 3,16 m³, dan panjang yang dapat di shotcrete pada penyemprotan full drift hanya 2,96 meter. Sehingga terdapat overspray rata-rata 121% yang menunjukkan penambahan material faktor overspray saat perencanaan kurang dari 240%. Overspray yang terjadi dipengaruhi oleh faktor overbreak, ketebalan shotcrete 12-27 cm yang melebihi dari perencanaan 7,5 cm, ketidaksesuaian volume pengisian getmen mixer yang kurang dari 4 m³, dan material terbuang dilapangansaat spraying (rebound) dan saat proses transfer material dari getmen mixer ke maxijet.
Squeezing Pada Massa Batuan Sekitar Terowongan di Daerah Tambang Cikoneng, Banten Bayurohman Pangacella Putra
KURVATEK Vol 1 No 2 (2016): November 2016
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33579/krvtk.v1i2.241

Abstract

Kegiatan Pertambangan bawah tanah akan selalu dihadapkan pada masalah deformasi dan ketidakstabilan massa batuan di sekitar lubang bawah tanah. Sebuah deformasi besar dilaporkan terjadi pada terowongan decline Cikoneng PT. Cibaliung Sumberdaya (PT. CSD). Sebelum peristiwa ini terjadi, masalah yang sama pernah terjadi pada terowongan tersebut. Dinding terowongan yang rusak karena peristiwa sebelumnya itu telah diperbarui ke dalam bentuk awalnya. Hal ini menandakan bahwa zona batua sudah mengalami deformasi yang sangat besar, termasuk mengalami squeezing, dan sistem penyangaan yang sama tidak bisa menahan beban yang sudah meningkat. Oleh karena itu, pemantauan deformasi terowongan harus terus dilakukan. Prediksi potensi squeezing massa batuan dapat ditentukan pada daerah dimana titik-titik pemantauan menggunakan convergencmeter dipasang. Dengan memanfaatkan deformasi massa batuan dan karakteristik penyangga yang dipasang, didapatkan bahwa dinding, atap, dan area di antaranya mengalami squeezing pada titik-titik pemantauan.
Analisis Alih Fungsi Lahan Menggunakan Regresi Logistik Ordinal Ani Apriani; Bayurohman Pangacella Putra
Jurnal Geomine Vol 9, No 3 (2021): Edisi Desember 2021
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33536/jg.v9i3.895

Abstract

Kejadian bencana tanah longsor tidak lepas dari kondisi yang memang rentan  untuk terjadi gerakan longsor seperti lereng yang curam dan curah hujan yang tinggi. Kejadian tanah longsor diperparah juga dengan ketidakdisiplinan masyarakat dalam penggunaan lahan sesuai dengan fungsinya yang dinamakan alih fungsi lahan yang dapat menjadi faktor pemicu kejadian tanah longsor. Melakukan penelitian tentang alih fungsi lahan menjadi hal yang penting untuk melihat dampak yang diakibatkan oleh aktivitas manusia tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis alih fungsi lahan pengaruhnya terhadap tingkat bahaya tanah longsor di Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo. Metode dalam penelitian ini yaitu deskriptif kuantitatif dengan menggunakan data primer yaitu survey lapangan dan juga pengambilan data sekunder. Tahapan yang dilakukan yaitu dengan melakukan pengamatan lapangan tentang kejadian alih fungsi lahan. Kemudian melakukan pengambilan data tentang tingkat bahaya longsor di titik pengamatan alih fungsi lahan. Analisis data yang dilakukan dengan menggunakan regresi logistik ordinal. Hasil analisis didapatkan bahwa nilai p value (0,036) 0,05. Maka, keputusan yang diambil adalah tolak H0. Dengan demikian, pada tingkat kepercayaan 95% dapat dikatakan bahwa variabel alih fungsi lahan mempengaruhi tingkat bahaya longsor di Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo. Hal ini dapat menjadi masukan bagi masyarakat untuk menggunakan lahan sebagaimana fungsinya.
FUNGSI KAWASAN BERDASARKAN KELERENGAN DI KECAMATAN SAMIGALUH, KABUPATEN KULONPROGO Bayurohman Pangacella Putra; Ani Apriani
Retii Prosiding Seminar Nasional ReTII ke-13 2018
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bertambahnya jumlah penduduk mengakibatkan banyaknya lahan yang digunakan sebagai kawasan permukiman. Mengingat topografi Indonesia sangat beragam seperti pegunungan, bukit, dan dataran, perlu adanya pembagian fungsi kawasan mulai dari kawasan fungsi lindung, kawasan fungsi peyangga, kawasan fungsi budidaya tanaman semusim sekaligus untuk permukiman. Masing-masing fungsi kawasan tersebut mempunyai kriteria dan seharusnya berdiri pada fungsinya masing-masing. Tujuan dari penelitian ini adalah membagi fungsi kawasan berdasarkan analisa kelerengan dan mengevaluasi tingkat alih fungsi lahan di Kecamatan Samigaluh, Kabupeten Kulonprogo.Tiga parameter, yaitu kelerengan, curah hujan, dan jenis tanah digunakan dalam penentuan fungsi lahan. Ketiga data tersebut diplot dalam peta dan kemudian di-overlay untuk dijumlahkan nilai pembobotannya sehingga mendapatkan zona penggolongan fungsi lahan. Dari tiap zona diambil titik-titik pengamatan sebagai sampel untuk menentukan kesesuaian antara fungsi kawasan berdasarkan ketiga parameter dengan realitas penggunaan lahan oleh masyarakat.Hasil pengamatan menyatakan bahwa sebagian besar kawasan penelitian merupakan kawasan lindung dan kawasan penyangga. Hanya sebagian kecil yang tergolong kawasan budidaya tanaman semusim. Hasil perbandingan menyatakan bahwa hanya 61% kawasan lindung, 38% kawasan penyangga, dan 70% kawasan budidaya tanaman semusim digunakan sesuai fungsi kawasannya. Secara umum, ketidaksesuaian pada kawasan lindung dan penyangga adalah digunakannya lahan-lahan tersebut untuk pemukiman warga yang seharusnya dibangun di kawasan budidaya tanaman semusim.
Tingkat Kerawanan Longsor Berdasarkan Peralihan Fungsi Kawasan: Studi Kasus Kecamatan Samigaluh, Kabupatern Kulonprogo, D.I. Yogyakarta. Bayurohman Pangacella Putra
Retii 2020: Prosiding Seminar Nasional ReTII ke-15
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Seringnya terjadi kejadian tanah longsor di Kabupaten Kulonprogo dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan diperlukannya suatu kajian mengenai kerawanan tanah longsor di kabupaten tersebut. Faktor alami maupun keterlibatan manusia menjadi parameter yang perlu dilihat dalam kajian ini. Karaketistik lereng seperti kemiringan lereng, jenis tanah menjadi faktor alami yang mempengaruhi tingkat rawan longsor, sedangkan pemanfaatan fungsi lahan yang termasuk dalam kategori pengaruh manusia. Pengamatan dilakukan terhadap kondisi lapangan dan melihat peta kontur kecamatan Samigaluh. Kondisi lapangan yang diamati diantaranya adalah kemiringan lereng, jarak lereng dari jalan, dan jenis tanah atau batuan yang membentuk lereng. Hasil ini kemudian dikombinasikan dengan fungsi kawasan kecamatan menghasilkan peta dan luasan kawasan berdasarkan fungsi lahan terhadap tingkat kerawanan longsor. Hasil perhitungan menyatakan bahwa luasan kawasan lindung dengan kerawanan longsor sedang sebesar 1.818,65 Ha, dengan kerawanan longsor tinggi sebesar 2.562,509 Ha, dan dengan kerawanan longsor rendah sebesar 16,24 Ha. Sedangkan untuk kawasan penyangga, luasan kawasan penyangga dengan kerawanan longsor sedang sebesar 1.294,201 Ha, dengan kerawanan longsor tinggi sebesar 777,284 Ha, dan tidak ada kawasan penyangga dengan kerawanan longsor rendah. Untuk kawasan budidaya tanaman musiman dengan kerawanan longsor rendah sebesar 73,86 Ha, dengan kerawanan longsor sedang sebesar 156,767 Ha, dan dengan kerawanan longsor tinggi sebesar 22,967 Ha.
ANALISIS PERUBAHAN KADAR NIKEL LATERIT DARI FRONT PENAMBANGAN KE STOCKPILE DI PT. WAHYU ANGGI SELARAS, KECAMATAN POMALAA, KABUPATEN KOLAKA, SULAWESI TENGGARA. Imam Akhmad; Hendro Purnomo; Bayurohman Pangacella Putra
Retii 2022: Prosiding Seminar Nasional ReTII ke-17
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Wahyu Anggi Selaras is a contractor company at PT. Putra Mekongga Sejahtera, which is engaged in the mining of Laterite Nickel ore in Pomalaa sub-district, Kolaka district, Southeast Sulawesi. Nickel laterite is one of the mineral deposits resulting from the chemical weathering process of ultramafic rocks which results in residual and secondary enrichment of Ni, Fe, Mn, and Co elements. In mining activities for laterite nickel ore, there is often a delution of the elemental content of nickel ore when it is still on the mining front and after being moved to the stockpile, there may be significant changes in grades. The purpose of this study was to analyze the dellution percentage of grades that occur in laterite nickel minerals from the mining front after being moved to the stockpile and determine the factors that occur in these dellution grades. The research method used in this study is a statistical calculation method such as calculating the statistical average, the average difference test method using the t dependent test method and the Pearson correlation analysis method to find out how the relationship between the grades of each element contained in laterite nickel ore. From the results of the study, it was found that there was a dellution of nickel content from the mining front to the stockpile, where from the results of laboratory analysis it was found that the Ni content from the mining front was 2.11% while from the stockpile it was 1.93%. The Fe content from the front is 13.61% while the stockpile is 13.02%, the SiO2 content from the front is 30.63% while the stockpile is 32.33%, and the MgO content from the mining front is 16.85% while from the stockpile obtained MgO levels of 17.43%. From the results of the average difference test, it can be concluded that the changes that occur are significant changes and from the results of the correlation analysis it is found that only the values ​​of Ni and Fe in the stockpile have a relationship. Factors that change the levels are the lack of accuracy in sampling, manual sample preparation, human error factors and the pad or base in the pile of excavated materials still contains impurities. Keyword : Grades, Nickel, Front, Stockpile.
PERGERAKAN DINDING TEROWONGAN PADA VARIASI GEOMETRI TEROWONGAN YANG TIDAK DISANGGA DENGAN ANALISA AXISYMMETRIC SKALA LABORATORIUM Bayurohman Pangacella Putra
Retii 2022: Prosiding Seminar Nasional ReTII ke-17
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pergerakan dinding terowongan, khususnya ke arah dalam terowongan, dapat menyebabkan potensi bahaya yang lebih besar lagi seperti squeezing dan longsoran dinding terowongan. Diperlukan analisis untuk melihat pengaruh variasi diameter dan panjang dinding terowongan yang tidak disangga terhadap besar pergerakan. Penelitian dilakukan dengan analisis axisymmetric karena mengasumsikan terwongan sederhana berbentuk lingkaran dalam kondisi batuan yang homogen, isotrop, dan hanya ingin melihat pergerakan dinding ke arah dalam terowongan. Penelitian dilakukan dengan memodelkan terowongan diameter (D) berbeda, yaitu 5 m, 8 m, dan 10 m dalam model yang terpisah yang akan mengalami perubahan panjang terowongan tidak disangga (L) seiring penggalian terjadi. Pergerakan dievaluasi pada D/L yang sama di ketiga model. Akan dicari nilai D/L yang berhenti memberikan nilai perubahan pergerakan. Hasil analisis menyatakan bahwa dengan nilai toleransi di bawah 5%, pada D/L = 1/3, dinding terowongan berhenti mengalami pergerakan ke arah lebih dalam. Sekitar 50% dari nilai pergerakan tertinggi sudah dicapai batuan pada D/L = 1. Hubungan antara persentasi pergerakan dari pergerakan maksimal (y) terhadap nilai D/L adalah y = 1,49e-1,08D/L.
Pengambilan Data Cycle Time Menggunakan Aplikasi Seconds Count Pada Kajian Produktivitas Alat Gali Muat PT. X Bram Lanjaya; Novandri Kusuma Wardana; Bayurohman Pangacella Putra
Retii 2022: Prosiding Seminar Nasional ReTII ke-17
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

In the productivity study, there are several things that are done to achieve maximum productivity, including observing loading patterns and cycle time recording. Cycle time recording is usually done manually with stopwatch and stationery. Recording in this way has a fairly large level of measurement error, therefore another method is needed to carry out cycle time measurement activities so as to produce more accurate circulation time calculations, one of which is with the help of the Seconds Count application. The purpose of this study is to identify and analyze the effectiveness of using the Seconds Count application. The use of the Seconds Count application makes it easier to perform data retrieval and analysis of actual front conditions. The results of productivity calculations using data obtained from the Seconds Count application are compared with productivity calculations using Truck Count data and the largest difference is 5.27% so that the use of the Seconds Count application in the study of productivity of digging tools can be concluded to be effective. Keywords: Seconds Count, productivity, cycle time
Kajian Teknis Geometri Jalan Angkut Tambang Pada Kegiatan Pengupasan Overburden PT. Bara Prima Pratama Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau Dede Yusup; Hendro Purnomo; Bayurohman Pangacella Putra
Retii 2022: Prosiding Seminar Nasional ReTII ke-17
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bara Prima Pratama merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan batubara yang terletak di Desa Selensen, Kecamatan Kemuning, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau. Kondisi geometri jalan angkut PT. Bara Prima Pratama masih memiliki beberapa bagian atau segmen jalan yang belum ideal, hal ini mempengaruhi kegiatan produksi overburden sehingga target produksi yang telah ditentukan tidak tercapai yaitu 150.000 BCM/Bulan. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan perbaikan geometri jalan seperti pelebaran lebar jalan angkut, menurunkan kemiringan jalan yang tidak sesuai dengan standar, pembuatan superelevasi dan cross slope untuk dapat menentukan rimpull agar mendapatkan perhitungan teoritis estimasi cycle time dan produksi alat angkut setelah dilakukannya perbaikan jalan sehingga target produksi dapat tercapai. Pada kondisi geometri jalan aktual atau sebelum perbaikan diperoleh cycle time sebesar 6,74 menit dan produktivitas alat angkut Hino 500 FM 260 sebesar 130.787,96 BCM/Bulan. Setelah dilakukan perbaikan geometri jalan, dengan menggunakan analisis rimpull dapat diestimasikan cycle time mengecil menjadi 5,68 menit dan produktivitas alat angkut Hino 500 FM 260 meningkat menjadi 155.195,58 BCM/Bulan. Sehingga produktivitas alat angkut meningkat sebesar 18,7%.
A review of Open Channel Design for Mine Dewatering System Based on Environmental Observations Saputra, Ainul; Adnyano, A. A. Inung Arie; Putra, Bayurohman Pangacella; Sutrisno, Agung Dwi; Zamroni, Akhmad; Machmud, Amir
International Journal of Hydrological and Environmental for Sustainability Vol. 2 No. 1 (2023): International Journal of Hydrological and Environmental for Sustainability
Publisher : CV FOUNDAE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58524/ijhes.v2i1.177

Abstract

The purpose of mine dewatering system is to control runoff water that enters mine openings so that the mining process is not disturbed. The rainfall discharge (Q) is 0.0951 m³/second and the runoff discharge (Q) is 0.69 m³/second, making the total mining discharge entering the location 0.781 m³/second. The open channel design has dimensions of Channel wall slope (α) = 60°, Water depth (h) = 0.73 m, Channel depth (d) = 0.83 m, Channel base width (B) = 0.73 m, Surface width (b) = 1.57 m, Wet cross-sectional area of channel (A) = 0.92 m², and Channel wall length (a) = 0.97 m. The sedimentation pond has the following dimensions and compartments: Total length (l) = 104 m; width (b) = 8 m; depth (H) = 4 m; partition width = 4 m; partition depth = 4 m; partition length = 7 m. It consists of 3 compartments: conditioning compartment, separation between solids and mine water, and flow with an area of 277 m² per compartment. The sedimentation pond volume is 3094 m³ with a total area of 830 m². The results of the study obtained information that to control runoff water entering mine openings, a pond capacity as a settling site was needed of more than 3094 m³ with a maximum dredging time of settling pond particles that can be done once every 10 months.