Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

The Rise of Student Social Movement: Case Study of #GejayanCalling Movement in Yogyakarta Mahpudin, Mahpudin; Kelihu, Ardiman; Sarmiasih, Mia
ijd-demos Volume 2 Issue 1, April 2020
Publisher : HK-Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37950/ijd.v2i1.2

Abstract

This paper discusses the rise of student social movements in response to the presence of a crisis of public legitimacy triggered by the failure of the government to carry out the functions of the state and failure to realize the welfare of society. The climax when the government and the parliament agreed to revise the rules regarding the authority of the Corruption Eradication Commission (Komisi Pemberantasan Korupsi, KPK) which was considered by many elements of civil society as weakening the KPK. This issue became the dominant discourse and triggered the presence of other issues and demands. The focus of this study is the #GejayanCalling movement initiated by a number of students in Yogyakarta who successfully attracted the sympathy and support of thousands of students and various elements of civil society to take to the streets. This paper uses qualitative research methods with a case study approach. The data collection is done through primary data through interviews with key informants and secondary data through literature studies. The results of the study revealed that the #GejayanCalling movement became massive and significant through the consolidation and political compromise undertaken by students in managing the movement to respond to public unrest marked by a crisis of public legitimacy towards the government. The protest was able to attract thousands of students because of the emphasis on the issue by overriding the role of certain figures, actors or organizations. Emphasis on issues rather than actors becomes an effective strategy in creating shared goals and collective action. Besides that, the use of social media as a repertoire of movements in framing issues is very contributing to strengthen demonstration. Penelitian ini membahas kebangkitan gerakan sosial mahasiswa sebagai tanggapan terhadap adanya krisis legitimasi publik yang dipicu oleh kegagalan pemerintah untuk menjalankan fungsi negara dan kegagalan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Puncaknya ketika pemerintah dan parlemen sepakat untuk merevisi aturan mengenai kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang dianggap oleh banyak elemen masyarakat sipil sebagai pelemahan KPK. Masalah ini menjadi wacana dominan dan memicu kehadiran isu dan tuntutan lainnya. Fokus penelitian ini adalah gerakan #GejayanCalling yang diprakarsai oleh sejumlah siswa di Yogyakarta yang berhasil menarik simpati dan dukungan ribuan siswa dan berbagai elemen masyarakat sipil untuk turun ke jalan. Makalah ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui data primer melalui wawancara dengan informan kunci dan data sekunder melalui studi literatur. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa gerakan #GejayanMemanggil menjadi masif dan signifikan melalui konsolidasi dan kompromi politik yang dilakukan oleh siswa dalam mengelola gerakan untuk menanggapi keresahan publik yang ditandai oleh krisis legitimasi publik terhadap pemerintah. Protes ini mampu menarik ribuan siswa karena penekanan pada masalah ini dengan mengesampingkan peran tokoh, aktor atau organisasi tertentu. Penekanan pada masalah daripada aktor menjadi strategi yang efektif dalam menciptakan tujuan bersama dan tindakan kolektif. Selain itu, penggunaan media sosial sebagai repertoar gerakan dalam membingkai isu sangat berkontribusi untuk memperkuat demonstrasi.
POLEMIK PRODUK LEGISLASI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT (DPR) DI INDONESIA DARI TAHUN 2015-2017 Pratama, Prawira Yudha; Sarmiasih, Mia
Jurnal Pemerintahan dan Kebijakan (JPK) Vol 1, No 1 (2019): Desember
Publisher : Magister Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/jpk.v1i1.7798

Abstract

Salah satu implikasi dari adanya perubahan politik pasca Reformasi 1998 telah mendorong lembaga DPR menjadi lebih demokratis dan akuntabel. Hal tersebut setidaknya memberikan performance baru bagi DPR yang sebelumnya dinilai kurang berperan dalam menjalankan fungsinya pada masa Orde Baru, maka pasca reformasi peran dan fungsi DPR RI dikembalikan ke koridornya sebagai lembaga legislatif yang menjalankan fungsi legislasi. Namun, didalam pelaksanaannya terjadi beberapa permasalahan. Pasca pemilu tahun 2014, tepatnya ditahun 2015 sampai 2017 ada beberapa RUU (Rancangan Undang-undang) yang tidak bisa diselesesaikan dengan baik oleh badan legislatife ini.  Tercatat pada tahun 2015 dari 39 RUU prioritas hanya 3 yang akan disahkan. Setelah itu tahun 2016 dari 50 RUU prioritas hanya 10 Yang akan disahkan dan ditahun 2017 daru 52 RUU perioritas hanya 6 yang akan disahkan, ini jelas bahwa produk legislasi yang diahasilakn sanglah minim. Ini disebabkan oleh ketidakadanya komitmen badan legislatife didalam penyelesaian RUU. Tarik ulur kepentingan diinternal serta kepentingan individu maupun kelompok juga salah satu penyelesaian dan pengesahan RUU menjadi tertunda sehingga tidakadanya keharmonisasian didalam Badan Legislatif.
A COMPARATIVE POLITICAL ANALYSIS BETWEEN THE NEW ORDER REGIME AND THE REFORMED ERA IN INDONESIA: A CASE STUDY OF OLIGARCHY POLITICS IN THE MINING INDUSTRY OF EAST KALIMANTAN PRATAMA, PRAWIRA YUDHA; BUDIMAN, BUDIMAN; SARMIASIH, MIA
Jurnal Studi Pemerintahan Vol 10, No 3 (2019): November 2019
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (438.667 KB) | DOI: 10.18196/jgp.103105

Abstract

This study analyzes and discusses the democratization of the political oligarchy circle in assessing comparative political oligarchy between the new order (ORBA) and the reformed regime. The authors used a literature review method, which is through journals and reports that associate the goal of this research and had descriptively designed the study through data obtained from the said sources. Findings generated in this study are the comparison between the state of political oligarchy in the new era and the post-reform era. Seen over time, the democratization process increasingly shows a paradoxical situation. It illustrates that the political dynamics and democratic freedoms of citizens are being controlled, as a reflection of perplexed democracy perceived with detachment during the New Order authoritarian regime. Political actors also have taken advantage of the transition building a consolidated political force and repositioning itself into a storefront network of governmental power. However, the transition process aided the rise of a black-market democracy – entrepreneur oligarchs whose hunger for political power and wealth brought them to control the growth and direction of democracy. A problem that this research wants to examine.
The Problematics Mitigation of Forest and Land Fire District (Kerhutla) in Policy Perspective (A Case Study : Kalimantan and Sumatra in Period 2015-2019) Sarmiasih, Mia; Pratama, Prawira Yudha
Journal of Governance and Public Policy Vol 6, No 3 (2019): October 2019
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/63113

Abstract

Forests are the source of community life. In recent years the problem of natural disasters in forest fires (Kerhutla) in two provinces in Kalimantan and Sumatra has been very detrimental to the state and local communities. Disasters are events that can be social, economic and political. Based on the results of this study it can be concluded that forest fires compared to 2015 and 2019, the largest forest and land burning was in 2015, which is the largest forest and burning area of around 2.6 million hectares. Meanwhile, in 2019 forest and land fires will reach 328,722 hectares. On average, forest fires are caused by humans such as land clearing and illegal logging, land clearing usually occurs every year, but this time the forest fires are organized. they are irresponsible parties who deliberately ride local communities to intentionally commit forest fires. In this study, research is analyzed through state-centric and communal analysis and market-based dynamics. The result is when viewed from the state-centric that the State through its governmental institutions has issued several policies at the national level to the local level while these countries are invited to participate in international cooperation to reduce and minimize fires. If viewed from a communal analysis that forest fires are not free from the surrounding culture. This is evidenced by the tradition claimed every year to open land for settlements. Apart from illegal logging and when viewed from a Market Based analysis that forest fires are precisely caused by companies that play to their advantage. In the case of forest and land fires, there is actually an interest to be achieved from forest and land fires. There is some data that results that there is political competition by the local political elite so that the forest fires occur. Forest fires will continue if the government cannot provide strict laws to irresponsible parties. The state must be present as a tool to control its citizens so as not to burn forests and land that harms the country.
BONUS DEMOGRAFI: PELAKSANAAN PESTA DEMOKRASI (PEMILU) DI TAHUN 2024, KOTA SAMARINDA Pratama, Prawira Yudha; Helminasari, Shorea; Sarmiasih, Mia; Rahman, Taufik
Jurnal Riset Inossa : Media Hasil Riset Pemerintahan, Ekonomi dan Sumber Daya Alam Vol. 5 No. 02 (2023): Desember
Publisher : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan Kota Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54902/jri.v5i02.148

Abstract

Penelitian ini mendeskripsikan serta menganalisis mengenai pemanfaataan peningkataan Bonus Demografi Kota Samarinda dalam pelaksanaan pesta demokrasi tahun 2024, dalam perjalannya menghadapi peluang dan tantangan unik dalam meningkatkan partisipasi pemilih, terutama dengan memanfaatkan bonus demografi yang didominasi oleh generasi Z (Gen Z). Bonus demografi di Kota Samarinda memberikan potensi signifikan dengan tingginya jumlah penduduk usia produktif, namun tantangan seperti apati politik, kurangnya pengalaman politik, dan dampak media sosial pada kesehatan mental generasi muda menjadi hambatan yang perlu diatasi.Penyelenggara pemilu, terutama Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Samarinda, berupaya meningkatkan partisipasi pemilih melalui sosialisasi, edukasi pemilih, dan penekanan pada pemilih pemula. Dengan jumlah pemilih yang terus meningkat, Kota Samarinda memiliki potensi untuk memberdayakan generasi muda dalam proses demokrasi, tetapi langkah-langkah konkret harus diambil untuk mengatasi tantangan yang ada. sehingga untuk mendalami topik yang dibahas maka penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan penelitian studi literatur yang bersumber dari teori-teori yang relevan. terhadap permasalahan dalam penelitian ini, selain itu bukti-bukti nyata dalam penelitian ini didukung oleh beberapa sumber media massa yang akurat dan terpercaya dalam melakukan penelitian yang mendalam. Selaras dengan data survei dan perkembangan demografi yang dijelaskan dipembahasan, maka temuan penelitian ini bahwa Kota Samarinda memilki bonus demografi yang terus meningkat ini dibuktikan dengan adanya Data Pemilih Tetap (DPT) dengan adanya peningkatan ini maka penelitian ini menekankan pentingnya untuk melakukan pendidikan politik, literasi media, dan lingkungan politik yang inklusif untuk memastikan bahwa bonus demografi tidak hanya menjadi angka statistik, tetapi juga mendorong partisipasi aktif generasi muda dalam membangun masa depan demokratis yang berkelanjutan.
ANALISIS ORGANISASI PALANG MERAH INDONESIA (PMI) DI KOTA SAMARINDA SEBAGAI NON GOVERNMENTAL ORGANIZATION (NGO’S): PERSPEKTIF SEJARAH DAN RUANG LINGKUP Saputra, Raka Roby; Helminasari, Shorea; Eryani, Trisna Waty Riza; Sarmiasih, Mia
Jurnal Riset Inossa : Media Hasil Riset Pemerintahan, Ekonomi dan Sumber Daya Alam Vol. 6 No. 02 (2024): Desember
Publisher : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan Kota Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54902/jri.v6i02.150

Abstract

Penelitian ini mendeskripsikan mengenai bagaimana ruang lingkup Palang Merah indonesia (PMI) sebagai Non Governmental Organization (NGO’S) di Kota Samarinda, sesuai dengan tujuan organisasi serta apa saja yang menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat organisasi dalam menjalankan kegiatannya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dimana jenis penelitian yang menekankan pada peneliti yang harus aktif melakukan pengamatan (observasi), kemudian mencari data-data yang terkait dengan penelitian yang dilakukan, lalu menetapkan key informan dan informan serta mencari masyarakat yang menerima manfaat dari kegiatan Palang Merah Indonesia (PMI) sebagai narasumber yang diwawancarai kemudian akan dijabarkan kedalam tema atau kesimpulan dari tujuan penelitian yang ada. Dari hasil analisis data maka ditemukan bahwa organisasi Palang Merah Indonesia (PMI) adalah organisasi swasta yang kegiatanya sangat bermanfaat bagi masyarakat tetapi pada kenyataanya masyarakat hanya tahu Palang Merah Indonesia(PMI) adalah badan yang melakukan pelayanan darah donor dan pengambilan darah dan organisasi milik pemerintah padahal Palang Merah Indonesia (PMI) adalah organisasi swasta yang ada di Indonesia bahkan mencangkup dunia, kegiatannya sendiri antara lain dalam bidang memberikan bantuan kepada korban konflik bersenjata dan gangguan keamanan, pelayanan darah pelestarian dan pengambilan darah donor, melakukan pembinaan relawan, melakukan Pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan kepalangmerahan, melakukan penyebarluasan kegiatan kepalangmerahan penanganan musibah atau bencana, pelayanan kesehatan dan social, memberikan peran masyarakat dalam kegiatan kepalangmerahan kemudian untuk mengtahui Apa saja faktor pendukung dan penghambat Palang Merah Indonesia (PMI) sebagai Non Governmental Organization (NGO’S) di Kota Samarinda.