Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PENGARUH LAMA WAKTU PENGASAPAN DAN WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KANDUNGAN GIZI IKAN TANDIPAN (DUSSUMIERIA SP) Ndahawali, Daniel H; Ondang, Hetty M P; Tumanduk, Nova; Ticoalu, Fidel; Rakhmayeni, Dyah Ayu
FRONTIERS: JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI Vol 1, No 3 (2018): DESEMBER 2018
Publisher : Universitas Negeri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (790.842 KB)

Abstract

Pemanfaatan sumberdaya ikan di Indonesia khususnya ikan hasil tangkapan laut baik secara tradisional, semi tradisional, dan modern sudah berkembang dengan baik. Pengolahan ikan tradisional dengan metode pengasapan atau pengeringan cukup berkembang di Indonesia, khususnya di daerah provinsi Sulawesi Utara. Salah satu produk ikan asap kering yang cukup terkenal di Sulawesi Utara khususnya di Kabupaten Minahasa Selatan yakni ikan tandipang. Tujuan dari penelitian ini adalah mengukur kandungan gizi ikan tandipang dan mengukur lama masa simpan ikan tandipang. Mutu adalah gabungan dari sejumlah atribut yang dimiliki oleh bahan atau produk pangan yang dapat dinilai secara organoleptik. Nilai organoleptik ikan asap menurut SNI No. 01-2725-1992 adalah > 7 dengan kriteria kenampakan menarik dan bersih, bau asap cukup tanpa ada tambahan mengganggu, rasa enak, konsistensi padat, kompak serta kering antar jaringan (Nastiti, 2006). Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan variabel lama waktu pengasapan sebagai perlakuan dan lama waktu penyimpanan pada ikan tandipang. Berdasarkan hasil uji laboratorium kadar protein tertinggi (53,15) terdapat pada perlakuan K1K2 (pengasapan dengan kayu kelapa dengan lama 30 menit dan disimpan selama 20 hari). Kadar protein terendah (44,24) terdapat pada perlakuan A1B3 (pengasapan dengan sabut kelapa dengan lama 30 menit dan disimpan selama 30 hari), kadar air tertinggi (20,2) terdapat pada perlakuan A1B2 (pengasapan dengan sabut kelapa selama 30 menit dan disimpan selama 20 hari) dan kadar air terendah (15,85) terdapat pada perlakuan A1B1 (pengasapan dengan sabut kelapa selama 30 menit dan disimpan selama 10 hari), kandungan lemak tertinggi (10,21) terdapat pada perlakuan A1B3 (pengasapan dengan sabut kelapa selama 30 menit dan disimpan selama 30 hari) dan kadar lemak terendah (4,44) terdapat pada perlakuan A4B3 (pengasapan dengan sabut kelapa selama 2 jam dan disimpan selama 30 hari), kandungan karbohidrat tertinggi (15,99) terdapat pada perlakuan A2B1 (pengasapan dengan sabut kelapa selama 45 menit dan disimpan selama 10 hari) dan kadar karbohidrat terendah (9,39) terdapat pada perlakuan K1K2 (pengasapan dengan kayu kelapa selama 30 menit dan disimpan selama 20 hari), dan kadar abu tertinggi (13,45) terdapat pada perlakuan A4B1 ( pengasapan dengan sabut kelapa selama 2 jam dan disimpan selama 10 hari) dan kadar abu terendah (10,56) pada perlakuan A3B3 (pengasapan dengan sabut kelapa selama 60 menit dan disimpan selama 30 hari).Kata kunci: ikan tandipang, pengasapan
Optimalisasi Mutu Sensori Produk Stik Cumi (Sthenoteuthis oualaniensis) Olahan Kelompok Nelayan Desa Motto, Kota Bitung, dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Ndahawali, Daniel Heintje; Wewengkang, Itje Danti; Ticoalu, Fidel; Soeharso, Agusta Putri Balqis Linda; Hariyoto, Fitroh Dwi
JURNAL BLUEFIN FISHERIES Vol 5, No 1 (2023)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Bitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jbf.v5i1.183

Abstract

One of the non-fish catches scattered in Bitung City is squid. The squid of the Sthenoteuthis oualaniensis type that are caught by fishermen from Motto Village, Bitung City, which is also processed by a group of fishermen as a processed product of squid sticks. Processed squid stick products have not been standardized both in terms of recipe and process. Therefore it is necessary to optimize squid stick products in the context of local economic development. This research aims to obtain optimal squid stick products in salt addition based on consumer acceptance. The hedonic test results obtained showed that the addition of 10% salt by weight of the raw material for squid, which fried for 45 seconds at ± 1200 C was the most preferred composition. Jurnal Bluefin Fisheries, 5 (1), 37 This salt composition can be used as a reference for standard recipes for the manufacture of subsequent products, with the process flow that are the preparation of raw squid ingredients, preparation of additional ingredients (dough and seasoning ingredients), mixing of ingredients, kneading, making the stick form, frying and packaging. Recipe standards that can be submitted as references based on this research are 100% raw squid, 280% flour, 40% sugar, 10% salt, 60% garlic, 1% ginger, 10% butter, 1 egg, and 1% emulsifier (from total weight of material).
Kajian Mutu dan Keamanan Pangan Tuna Loin Beku di Salah Satu Unit Pengolahan Ikan Kota Bitung Hariyoto, Fitroh Dwi; Wewengkang, Itje Danti; Ticoalu, Fidel; Tumanduk, Nova Magdalena; Natalia, Dessy Atika; Wowiling, Fernando
Jurnal Kelautan, Lingkungan, dan Perikanan Vol 5 No 2 (2024): MANFISH JOURNAL
Publisher : Jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan Politeknik Negeri Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31573/manfish.v5i2.915

Abstract

Kota Bitung merupakan salah satu sentra industri perikanan di Indonesia, utamanya produk olahan tuna seperti loin beku, steak, cube, saku, dan lainnya. Berkembangnya industri pengolahan ini membutuhkan perhatian dan pengendalian serius terhadap mutu dan keamanan pangan. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui kajian mutu dan keamanan pangan produk tuna loin beku. Penelitian ini dilaksanakan bulan April – Mei 2024 bertempat di salah satu Unit Pengolahan Ikan (UPI) Kota Bitung, menggunakan metode deskriptif kualitatif pada pengamatan alur proses termasuk penerapan sanitasi dan hygiene dan pengujian mutu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 23 alur proses pengolahan tuna loin beku yang disesuaikan dengan SNI 4104:2015 dengan menerapkan program keamanan pangan melalui penerapan GMP dan SSOP. Penanganan secara cepat, cermat, dan saniter dalam menjaga rantai dingin dilakukan di setiap alur proses. Suhu pusat produk selalu dipastikan berada di bawah 4,40 C guna mencegah pertumbuhan mikroba. Hasil uji organoleptik pada bahan baku dan produk akhir telah memenuhi persyaratan yaitu 8 untuk bahan baku dan 9 untuk produk akhir. Cemaran mikroba pada bahan dan produk akhir telah memenuhi SNI 4104:2015. Histamin pada produk akhir sebesar 1,52 ppm masih berada pada batas aman, serta penerapan suhu produk, ruangan, dan media air telah sesuai standar. Rendemen yang dihasilkan pada saat loinning, skinning, dan final trimming yaitu 80,37%, 67,77%, dan 56,77%. UPI telah menerapkan pengendalian mutu sehingga produk tuna loin beku terjamin keamanan pangannya.
PENGENDALIAN MUTU PRODUK FILLET KAKAP MERAH CO DI SALAH SATU UNIT PENGOLAHAN IKAN SURABAYA Hariyoto, Fitroh Dwi; Ticoalu, Fidel; Hidayat, Ferdy Nanda
MARLIN Vol 6, No 1 (2025): (Februari) 2025
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/marlin.V6.I1.2025.%p

Abstract

Ikan kakap merah memiliki kandungan nutrisi tinggi, menjadi komoditas penting industri pengolahan. Pengendalian mutu dalam pengolahan hasil perikanan memegang peran penting untuk dapat menghasilkan produk olahan yang aman dan layak untuk dikonsumsi. Produk fillet kakap merah CO memiliki nilai ekonomis tinggi yang telah menembus pasar luar negeri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengendalian mutu fillet kakap merah CO melalui penerapan alur proses, pengujian organoleptik dan mikrobiologi, penerapan rantai dingin, dan rendemen yang dihasilkan. Penelitian dilakukan selama Januari – Mei 2024 bertempat di salah satu UPI di Surabaya melalui pendekatan observasi dan studi literatur. Proses pengolahan telah sesuai SNI 2696:2013 tentang fillet ikan beku dengan 20 alur proses. Mutu produk secara organoleptik telah memenuhi syarat regulasi keamanan pangan yang berlaku, demikian juga hasil uji mikrobiologi pada produk, air dan peralatan yang digunakan.  Rantai dingin diterapkan dengan optimal dengan menjaga suhu pusat produk di bawah 5 oC. Rendemen yang dihasilkan selama proses dan akhir produksi telah memenuhi kriteria yakni berkisar antara 41-43% pada produk akhir.