Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Petani Melalui Pemanfaatan Buah Kelapa Sebagai Bahan Baku Yang Diolah Menjadi Produk Kue Dan Aneka Cemilan Tatura, Lydia Surijani; Idji, Berni; Pratiwi, Niniek
Jurnal Sibermas (Sinergi Pemberdayaan Masyarakat) Vol 8, No 3 (2019): Jurnal Sbermas (Sinergi Bersama Masyarakat)
Publisher : Univeristas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/sibermas.v8i3.8337

Abstract

Program ini bertujuan  untuk Pengembangan  Potensi Desa di tengah Pandemi Covid-19 dengan meningkatkan nilai ekonomi komoditas kelapa di Desa Londoun Kecamatan Popayato Timur Kabupaten Pohuwato, melalui Pemanfaatan Buah Kelapa Sebagai Bahan Baku Yang Diolah Menjadi Produk Kue Dan Aneka Cemilan yang enak dan bergizi yang memiliki nilai jual, karena Pemanfaatan buah kelapa oleh petani kelapa maupun masyarakat pada umumnya masih berupa pembuatan kopra dan minyak goreng yang masih menggunakan alat tradisional serta penjualan  bahan  mentah  yang  hanya terbatas di pasar   tradisional. Metode yang digunakan dalam program ini yaitu penyuluhan dan pelatihan bagi masyarakat. Dengan alur kegiatan  yaitu persiapan dan pembekalan mahasiswa KKN, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan, yaitu penyuluhan dan pelatihan pada masyarakat. Dengan adanya partisipasi masyarakat, diharapkan menghasilkan ide-ide baru  dalam mengolah buah kelapa, demi keberlanjutan program ini.
ANALISIS PERFORMA MODEL ECO-COOLER SEBAGAI ALTERNATIF BUKAAN ALAMI Pratiwi, Niniek; Arifin, Sri Sutarni
Nature : National Academic Journal of Architecture Vol 8 No 1 (2021): June
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Science and Technology, Alauddin State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/nature.v8i1a1

Abstract

Abstrak_ Konsumsi nergi listrik nasional terus mengalami peningkatan. Pada 2015 konsumsi listrik sebesar 910 kilowat jam (kWh) per kapita, kemudian meningkat menjadi 1.084 kWh/kapita pada 2019. Di Indonesia, Hermanto,dkk (2005) menyebut sekitar 60% konsumsi listrik hotel di Jakarta digunakan untuk memasok energi mesin AC. Oleh karena itu, usaha penghematan energi yang berkaitan dengan pendinginan ruangan akan berdampak signifikan terhadap usaha penghematan energi di dunia. Salah satu contohnya  yakni penggunaan Eco-Cooler.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa performa dari model Eco-Coolersebagai alternative bukaan alami. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode eksperimen dengan tahapan pengukuran kemudian disimulasikan dengan menggunakan aplikasi Ansysdan dianalisis secara analisis statistik deskriptif. Hasilpengukuran menujukkan bahwa semakin besar perbandingan inletterhadapoutlet maka distribusi kecepatan aliran angin lebih baik. Sementara untuk simulasi bisa ditarik kesimpulan bahwa model C, merupakan model yang lebih baik dibanding model A dan B. Model C mampu membuat jangkauan angin terpanjang yaitu sekitar 2,77 meter dan memiliki kecepatan angin minimum paling besar  berkisar 0,499 m/s dan posisi Eco-Cooler denganketinggian 100 cm memilikijangkauanangin yang lebih baik daripada yang lainnya.Berdasarkan hasil tersebut dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membandingkan antara model tersebut dengan jendela yang dipakai pada umumnya. Kedepannya, Eco-Cooler diharapkan mampu menjadi alternative bukaan alami.Kata kunci: Eco-Cooler; Ansys; Angin, Energi Terbarukan. Abstract_ National electricity consumption continues to increase. In 2015, electricity consumption was 910-kilowatt hours (kWh) per capita, then has risen to 1,084 kWh / capita in 2019. In Indonesia, Hermanto et al. (2005) stated that around 60% of hotel electricity consumption in Jakarta had been used to supply AC engine energy. Therefore, energy-saving efforts related to room cooling will significantly impact energy-saving measures in the world. One example is the use of the Eco-Cooler. This research aims to analyze the performance of the Eco-Cooler model as an alternative to natural openings. This research is a quantitative research using experimental methods with measurement stages then simulated using the Ansys application and analyzed by descriptive statistical analysis. The measurement results show that the greater the inlet to outlet ratio, the better the wind speed distribution. As for the simulation, it can be concluded that model C is a better model than models A and B. Model C can make the most extended wind range, which is about 2.77 meters and has the greatest minimum wind speed of 0.499 m / s, and the Eco- position. Coolers with a height of 100 cm have better wind coverage than others. Based on these results, further research can be conducted to compare the model with the windows used in general. In the future, the Eco-Cooler is expected to be an alternative to natural openings.Keywords: Eco-Cooler; Ansys; Wind; Renewable Energy.
SIMULASI PENCAHAYAAN ALAMI DAN BUATAN PADA RUANG KELAS MENGGUNAKAN DIALUX EVO 12.0 Rahmayanti, Rahmayanti; Pratiwi, Niniek; Mile, Fitrah Zahri Ramadhan
JAMBURA Journal of Architecture Vol 6, No 1 (2024): JJoA : Juni 2024
Publisher : Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/jjoa.v6i1.26534

Abstract

 Lighting is one of the key factors that influences the quality of the indoor environment in designing buildings. Natural lighting is an optimal light source due to its advantages in energy efficiency, superior visual quality and positive impact on the health and well-being of occupants. This research is a classroom design plan using quantitative methods. Lighting simulation was carried out with DIALux Evo 12.0 software. Simulation using the DIALux application proved effective in planning and visualizing classroom lighting systems. This application allows creating virtual models of classrooms, determining light sources, and accurately predicting light distribution. The results obtained are that natural lighting at 08.00 and 16.00 is comfortable, but during the day it tends to experience glare and causes discomfort. Meanwhile, artificial lighting is still in accordance with the SNi standards required for classrooms, namely 250-300 lux. Pencahayaan adalah salah satu faktor kunci yang mempengaruhi kualitas lingkungan dalam  ruangan dalam mendesain bangunan. Pencahayaan alami merupakan sumber cahaya yang optimal karena keunggulannya dalam  efisiensi energi, kualitas visual yang superior, dan dampak positif terhadap kesehatan serta kesejahteraan  penghuni. Penelitian ini merupakan rencana perancangan ruang kelas dengan menggunakan metode kuantitatif. Simulasi pencahayaan dilakukan dengan perangkat lunak DIALux Evo 12.0. Simulasi menggunakan aplikasi DIALux terbukti efektif dalam merencanakan dan memvisualisasikan sistem pencahayaan ruang kelas. Aplikasi ini memungkinkan pembuatan model virtual ruang kelas, penentuan sumber cahaya, dan prediksi distribusi cahaya secara akurat. Hasil yang didapatkan yakni pencahayaan alami pada pukul 08.00 dan 16.00 nyaman, akan tetapi pada siang hari cenderung mengalami glare dan menyebabkan ketidaknyamanan. Sementara untuk pencahayaan buatan masihmasih sesuai dengan standar SNi yang dibutuhkan untuk ruang kelas yaitu 250-300 lux.
OPTIMALISASI PENCAHAYAAN BUATAN PADA RUANG ISOLASI MENGGUNAKAN SIMULASI DIALUX EVO 9.0 Lakoro, Miranti; Pratiwi, Niniek
JAMBURA Journal of Architecture Vol 4, No 2 (2022): JJoA : Desember 2022
Publisher : Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/jjoa.v4i2.15409

Abstract

Ruang isolasi merupakan tempat penanganan khusus yang disediakan dalam satu gedung pelayanan dan penanganan Kesehatan mental. Dijelaskan pada SNI didalam rumah sakit atau balai pengobatan seperti ruang rekreasi dan rehabilitasi yang memiliki fungsi sama seperti ruang isolasi, penggunaan penerangan yang digunakan minimal atau yang disarankan yakni 250 lux. Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan kuantitatif Penelitian bertujuan untuk membuat analisis mengenai sistem pencahayaan pada  kamar hotel dengan mengambil dasar standar petunjuk teknis SNI dalam bidang pencahayaan, yaitu SNI 6197:2011 tentang Konservasi Energi sistem pencahayaan pada bangunan gedung, dan SNI 03-6575-2001 tentang Tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan pada bangunan gedung. Simulasi menggunakan software open source DIALux 9.0 yang merupakan software simulasi untuk perhitungan kebutuhan pencahayaan. 
KONSEP BIOPHILIC ARCHITECTURE SEBAGAI PENDEKATAN PADA AL-QUR’AN CENTER DI GORONTALO Nurmuhammad, Andi Annisa; Heryati, Heryati; Pratiwi, Niniek
JAMBURA Journal of Architecture Vol 6, No 1 (2024): JJoA : Juni 2024
Publisher : Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/jjoa.v6i1.21695

Abstract

Gorontalo regency is a city that possess a majority of Muslim population with a percentage of 98%. However, as times and technology have changed, many Muslims in Gorontalo have started to be influenced by foreign cultures that diverge greatly from Islamic teachings. The Gorontalo Muslim community in the globalization era must also face even more difficult challenges due to the intrussion of a culture of hedonizm, materializm and secularizm into human life. Thus, in order to meet this challenge, The Gorontalo Muslim community must increase their knowledge of their religion, specifically by reading the Qur’an and it also hoped that they will be able to resolve the widespread spiritual crisis that is presently plaguing them. For this reason, a forum is required that can emerge and revive the role of the Qur’an as a guideline for Muslim life, namely by building an Al-Qur’an Center in Gorontalo which prepares all facilities for Islamic activities based on the Qur’an and Hadith.The method used in the design and planning of Al-Qur’an Center is data collection,  which is the first step to collect factual issues that become the background of the title selection then obtain data through observation, which is by collecting data directly from the research site, interview method and literature study method, namely studying, understanding, literatureand searching for sources related to the research object. The design of Al-Qur’an Center is anticipated to be the best effort to overcome the current spiritual crisis in Gorontalo. By emphasizing the concept of Biophilic Architecture, this design will foster a positive relationship between humans and nature with Architecture, this design will foster a positive relationship between humans and nature with architecture. Biophilic design seeks to produce a space that can participate in improving the physical and mental well-being of human life. 
APLIKASI ARSITEKTUR HEALING ENVIRONMENT PADA RANCANGAN PUSAT REHABILITASI SOSIAL TERPADU PROVINSI GORONTALO Paca, Nurhadiningsi; Pratiwi, Niniek; Saman, Satar
JAMBURA Journal of Architecture Vol 6, No 1 (2024): JJoA : Juni 2024
Publisher : Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/jjoa.v6i1.21106

Abstract

Pancasila and the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia mandate that the state has the responsibility to protect the entire Indonesian nation and promote public welfare in the framework of realizing social justice for all Indonesian people. Integrated Social Rehabilitation Center as a place for rehabilitation or recovery and development to enable a person, namely PPKS, to carry out his social functions normally. The design of the Integrated Social Rehabilitation Center in Gorontalo Province was due to the unavailability of Integrated Social Rehabilitation Center facilities in Gorontalo, both as part of the service and as an institution. Based on the results of a field survey, Gorontalo Province does not yet have a Social Rehabilitation Institution, this has become the government's impetus to plan the development of a Social Rehabilitation Institution with a centralized concept in 2025. The building design method is based on all relevant data. This data is obtained from various literature, journals, books according to the design object problems. After collecting the next data in the analysis stage, namely using descriptive analysis methods. Data covering everything related to the Integrated Social Rehabilitation Center and the Healing Environment architecture were obtained, then elaborated and analyzed, the analysis was used as reference material for planning concepts. The design of the building maximizes aspects, namely lighting, especially natural lighting, indoor ventilation, the use of parks and outdoor spaces and an organized spatial arrangement with attention to user comfort. This building carries the theme of Environmental Healing Architecture which applies three elements namely nature, senses and psychology based on the function of the Social Rehabilitation Center. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan negara mempunyai tanggung jawab untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum dalam rangka mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pusat Rehabilitasi Sosial Terpadu sebagai wadah rehabilitasi atau pemulihan dan pengembangan untuk memungkinkan seseorang yakni Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar. Perancangan Pusat Rehabilitasi Sosial Terpadu di Provinsi Gorontalo ini  dikarenakan belum tersedianya fasilitas Pusat Rehabilitasi Sosial Terpadu di Gorontalo, sebagai bagian pelayanan dan panti. Berdasarkan hasil survey lapangan Provinsi Gorontalo belum mempunyai Panti Rehabilitasi Sosial, dengan ini menjadi dorongan pemerintah untuk merencanakan pembangunan Panti Rehabilitasi Sosial dengan konsep tepusat pada tahun 2025. Adapun metode perancangan desain bangunan berdasar dari data-data keseluruhan yang terkait. Data ini diperoleh dari berbagai literatur, jurnal, buku-buku sesuai dengan permasalahan objek perancangan. Setelah melakukan pengumpulan data selanjutnya pada tahapan analisis yakni menggunakan metode analisis deskriptif. Data yang mencakup keseluruhan terkait Pusat Rehabilitasi Sosial Terpadu  dan arsitektur Healing Environment yang diperoleh, kemudian dijabarkan dan di analisis, Analisis–analisis ini sebagai bahan acuan konsep perencanaan. Desain bangunan memaksimalkan aspek-aspek yakni pencahayaan terutama pada pencahayaan alami, penghawaan pada ruangan, penerapan taman dan ruang luar serta pengorganisasian ruang yang tertata dengan mempertimbangkan kenyamanan pengguna. Bangunan ini mengusung tema Arsitektur Healing Environment yang mengaplikasikan tiga unsur yakni alam, indra dan psikologis berdasarkan fungsi dari Pusat Rehabilitasi Sosial.
OPTIMIZING ARTIFICIAL LIGHTING IN HOTEL ROOM INTERIORS Arum, Sekar; Pratiwi, Niniek
Journal Of Building Architecture Vol. 1 No. 1 (2023): JOURNAL OF BUILDING ARCHITECTURE (APRIL)
Publisher : Program Vokasi Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56190/jba.v1i1.3

Abstract

Hotel adalah salah satu solusi untuk tempat sementara bagi seseorang / kelompok untuk tinggal selama mereka melakukan kebutuhan mereka di daerah / kota. Penyediaan fasilitas pendukung diminimalisir dan disesuaikan dengan kebutuhan kelas hotel yang akan dipilih. Dalam desain, desainer umumnya lebih mementingkan fungsionalitas daripada kualitas pencahayaan. Kualitas cahaya yang kurang baik akan mempengaruhi suasana ruangan sehingga menimbulkan tekanan psikologis pada penggunanya dan gangguan penglihatan yang berdampak pada kesehatan. Tujuan penelitian adalah menganalisis sistem pencahayaan pada kamar hotel dengan mengambil standar dasar pedoman teknis SNI di bidang pencahayaan, yaitu SNI 6197:2011 tentang Konservasi Energi sistem pencahayaan pada bangunan gedung, dan SNI 03-6575-2001 tentang tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan. pada bangunan. Simulasi menggunakan perangkat lunak DIALux 9.0 open source, yang merupakan perangkat lunak simulasi untuk menghitung kebutuhan pencahayaan. Hasil analisis menunjukkan bahwa kondisi pencahayaan pada kamar hotel standar di hotel tidak memenuhi standar SNI, sehingga perlu dilakukan beberapa cara untuk mengoptimalkan tingkat pencahayaan.
PENERAPAN ARSITEKTUR EKOLOGIS PADA RANCANGAN BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA DI GORONTALO Bayu, Bayu Setiawan; Pratiwi, Niniek; Ernawati, Ernawati
Journal Of Building Architecture Vol. 2 No. 1 (2024): JOURNAL OF BUILDING ARCHITECTURE (APRIL)
Publisher : Program Vokasi Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56190/jba.v2i1.25

Abstract

ABSTRACT. Horticulture is one of the agricultural sectors that has considerable potential in advancing the economy in Indonesia. The lack of adequate support and facilities from local governments and related institutions in developing the agricultural sector is one of the factors affecting the limited development of the horticulture sector in Gorontalo Province. Therefore, to accommodate research activities and development of horticultural crops, it is necessary to design a horticultural research and development center. Horticultural research and development center, is a place designed to produce and develop horticultural innovations based on local resources and sustainable while maintaining balance and environmental sustainability. The purpose of designing this building is to provide a place that can facilitate horticultural research and development activities and also to apply an ecological architectural approach to the design of horticula research and development centers by considering the interrelationships between humans and the surrounding environment. The application of ecological architecture is applied to building facades such as the application of sun shading on the exterior of buildings, the use of environmentally friendly materials, and the shape of the façade will be arranged as well as possible so that sunlight can be transmitted evenly into the building. In addition, on the roof of the building will also be placed solar panels which are a natural source of energy in the building. It is hoped that the design of this building can facilitate all horticultural research and development activities in Gorontalo.Keywords: Balitbang, Horticulture, Ecological ArchitectureABSTRAK. Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki potensi cukup besar dalam memajukan perekonomian di Indonesia. Kurangnya dukungan dan fasilitas yang memadai dari pemerintah daerah dan lembaga terkait dalam mengembangkan sektor pertanian adalah salah satu faktor yang mempengaruhi terbatasnya perkembangan sektor hortikultura di Provinsi Gorontalo. Oleh sebab itu untuk mewadahi aktivitas penelitian serta pengembangan tanaman hortikultura, maka perlu untuk dirancang sebuah balai penelitian dan pengembangan hortikultura. Balai penelitian dan pengembangan hortikultura, adalah tempat yang dirancang guna menghasilkan dan mengembangkan inovasi hortikultura yang berbasis sumber daya lokal serta berkelanjutan dengan tetap menjaga keseimbangan serta kelestarian lingkungan. Tujuan perancangan gedung ini adalah untuk menyediakan tempat yang dapat memfasilitasi kegiatan penelitian dan pengembangan hortikultura dan juga untuk menerapkan pendekatan arsitektur ekologis pada perancangan balai penelitian dan pengembangan hortikulutra dengan mempertimbangkan hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan sekitarnya. Penerapan arsitektur ekologis diterapkan pada fasad bangunan seperti penerapan sun shading pada eksterior bangunan, penggunaan material yang ramah lingkungan, serta bentuk fasadnya akan ditata sebaik mungkin agar cahaya matahari dapat diteruskan secara merata ke dalam bangunan. Selain itu, pada atap bangunan juga akan diletakkan panel surya yang menjadi sumber energi alami pada bangunan. Diharapkan dengan adanya perancangan gedung ini dapat memfasilitasi seluruh kegiatan penelitian dan pengembangan hortikultura yang ada di Gorontalo. Kata Kunci: BALITBANG, Hortikultura, Arsitektur Ekologis
Pemberdayaan Masyarakat Desa Bongo melalui Inovasi Pengelolaan Air Bersih dan Sanitasi Ramah Lingkungan untuk Pencapaian Tujuan SDGs Tatura, Lydia S.; Djafar, Abdi Gunawan; Pratiwi, Niniek
Jurnal Sibermas (Sinergi Pemberdayaan Masyarakat) Vol 13, No 2 (2024): Jurnal Sibermas (Sinergi Bersama Masyarakat)
Publisher : Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37905/sibermas.v13i2.18521

Abstract

Coastal areas and small islands in the middle of the high seas are areas that are very poor in sources of clean water, so that problems arise in fulfilling the need for clean water. Water resources in the area are generally of poor quality, for example the groundwater is brackish or salty. The quality of the water is very poor because it contains very high levels of salt and organic matter. The area of Bongo Village, Batudaa Pantai District, Gorontalo Regency, Gorontalo Province is a coastal area that still needs a supply of clean water. The local community's water needs come from the mountains, and some depend on injection wells to provide clean water, however, the water from these injection wells still tastes salty or contains salt and the provision of these wells is not sufficient for all the houses in Bongo village. To achieve the goals of SDGs (clean water and sanitation) in the environmental sector by ensuring that the community achieves universal access to clean water and sanitation, then to improve environmental quality and health self-sufficiency, students solve existing problems by empowering Bongo Village Communities through Clean Water Management Innovations and Environmentally Friendly Sanitation for Achieving SDGs Goals.
Sustainable building: Achieving thermal comfort in hot and humid climate using building performance simulation Pratiwi, Niniek; Djafar, Abdi Gunawan; Rahmayanti, Rahmayanti; Mutmainnah, Nur; Kaharu, Arlan
Sustinere: Journal of Environment and Sustainability Vol. 9 No. 1 (2025): pp. 1-127
Publisher : Center for Science and Technology, IAIN Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22515/sustinere.jes.v9i1.460

Abstract

The scientific community has established a clear link between the built environment and various environmental problems. Various strategies have been implemented to mitigate the negative impacts of buildings and to address broader environmental challenges. One such strategy is the adoption of sustainable building practices. Among the factors contributing to the environmental impacts of buildings, efforts to achieve thermal comfort play significant role. Particularly due to the energy consumption involved. At the same time, thermal comfort is also a critical factor influencing human productivity, including academic performance. Comfortable learning environments are known to enhance students’ learning outcomes. This research presents a case analysis conducted at State Elementary School 91 Sipatana, Gorontalo City, Indonesia. Measurements were carried out on December 24, 2022, from 06.00 to 18.00. Room temperature was recorded using an Elitech GSP-6 data logger, and further simulations were carried out using Ladybugs and Honeybees. The purpose of this study is to evaluate building performance in achieving thermal comfort by considering solar radiation exposure, roof surface temperature, room temperature, and Predicted Mean Vote (PMV) values. Comparisons were made across different building materials, including variation in roofing, wall types, and ventilation systems. The wall in the existing structure are composed of concrete with a fiber wall. The findings highlight the impact of roofing materials, wall construction, and ventilation on the PMV, roof surface temperature, and indoor air temperature. Based on-site measurements, the average classroom temperature was 30.5°C. Among the simulation configurations, Model 3 which featured a metal roof with a cool roof technology, concrete walls, and added ventilation demonstrated the best thermal performance. It maintained a roof surface temperature just above 25°C and an indoor air temperature close to 30°C, showing the effectiveness of cool roof technology and adequate ventilation in reducing heat accumulation.