Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Membangun Karakter Bangsa Sejak Dini Melalui Metode Bercerita Rizqina, Aulia Laily
ACIECE Vol 3 (2018): Annual Conference on Islamic Early Childhood Education
Publisher : Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Memudarnya nilai karakter pada bangsa saat ini jangan dianggap sebagai hal sepele. Bangsayang baik adalah jika memiliki masyarakat yang madani. Untuk mewujudkan hal itu perlunyamenggalakkan kembali nilai-nilai karakter pada bangsa ini yang sempat memudar. Penanamannilai karakter hendaknya dilakukan sedini mungkin oleh orang tua di rumah maupun pendidik disekolah. Hal ini dikarenakan anak usia dini sedang melalui tahap-tahap perkembangan yang luarbiasa. Untuk menunjang keberhasilan dalam menanamkan nilai karakter pada anak usia dinidiperlukan beberapa metode agar tujuan penanaman nilai karakter pada anak usia dini tepatpada sasaran. Salah satu metode untuk menunjang keberhasilan dalam menanamkan nilaikarakter pada anak usia dini yaitu dengan metode bercerita. Metode bercerita dilansir sebagaimetode yang sangat efektif karena bercerita adalah salah satu hal yang sangat disukai olehanak. Sehingga dalam penyampaian nilai karakter dapat langsung di tangkap dan dipahami olehanak melalui cerita, dan diharapkan anak dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata
The Phenomenon of Online Games among Rural Early Childhood in West Kalimantan Rizqina, Aulia Laily; Hafizi, Darul; Hasanah, Mauizatul
AlBanna: Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini Vol 4 No 1 (2024): Albanna: Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Publisher : Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Institut Agama Islam Negeri Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/albanna.v4i1.2576

Abstract

Artikel ini membahas penggunaan game online pada anak di pedesaan di daerah Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat. Dalam studi ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Data yang diolah berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Sedangkan Teknik keabsahan data meliputi, trianguliasi, member check, dan menggunakan bahan referensi. Adapun temuan penelitian ini adalah pertama, terdapat empat game online yang paling banyak digemari oleh anak-anak dipedesaan seperti, Fifa Mobile, PUBG Mobile, Mobile Legends: Bang-Bang (MOBA), dan Free Fire. Kedua, Banyaknya anak yang bermain game online mendapatkan respon dari orang tua seperti adanya kekhawatiran orang tua kepada anak ketika bermain game online akan berdampak pada motivasi belajar dan ibadah anak. Ketiga, Orang tua masih belum maksimal dalam membatasi dan mengawasi game online pada anak dikarenakan terbatasnya pengetahuan orang tua, Penelitian ini berkontribusi dalam memberikan deskripsi terkait banyaknya anak pedesaan yang menggunakan game online. This article discusses the use of online games by rural children in Sambas Regency, West Kalimantan Province. In this study, the author used qualitative research methods with a descriptive approach. Data was processed based on the results of interviews, observations, and documentation. The data analysis techniques in this study are data reduction, data presentation, and conclusions. While data validity techniques include triangulation, member checks, and using reference materials, The findings of this study are that, first, there are four online games that are most popular with children in rural areas, such as Fifa Mobile, PUBG Mobile, Mobile Legends: Bang-Bang (MOBA), and Free Fire. Second, the number of children who play online games gets a response from parents, such as parents’ concerns about children’s learning motivation and worship. Third, parents are still not optimal in limiting and supervising online games in children due to limited parental knowledge. This study contributes to providing a description of the phenomenon of rural children playing online games.
Ḥusn al-Jawāb ‘an Ithbāt al-Ahillah bi al-Ḥisāb: Basyūnī ‘Imrān’s Method for Standardising the Determination of the Qamariyah Month in the Sultanate of Sambas (1913-1976) Herlambang, Saifuddin; Rizqina, Aulia Laily; Ridwansyah, Ridwansyah; Muslih, Moh.; Naffati, Abdel Kadir
Journal of Islamic Law Vol. 5 No. 2 (2024): Journal of Islamic Law
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/jil.v5i2.2775

Abstract

This article analyses the responses of Basyūnī ‘Imrān (1885-1976), a muftī (jurisconsult) and qādhī (judge) with the title Mahārāja Imām (highest religious official) in the Sambas Sultanate, to the debates surrounding the determination of the beginning of Ramaḍān and Eid al-Fitr at the turn of the twentieth century. The differences arose from conflicting claims of accuracy between two methods, ḥisāb (astronomical calculations) and ruʾyah (physical sighting of the moon), in determining the start of the lunar month among Muslims. Concerned about these issues, Basyūnī ‘Imrān addressed them in his manuscript written in Arabic-Malay (known as Aksara Jawī), titled Ḥusn al-Jawāb ‘an Ithbāt al-Ahillah bi al-Ḥisāb (1933). By employing a historical approach and content analysis of the manuscript, the authors find that Basyūnī ‘Imrān favoured the ḥisāb method for determining the start of the lunar month. In addition to referencing Sūrah al-Raḥmān verse 5, Sūrah Yūnus verse 5, and a hadith narrated by Imām Mālik, Basyūnī ‘Imrān also considered the geographical and social conditions of Muslims to standardise the observance of fasting and Islamic festivals in the Sultanate of Sambas and its surroundings. He argued that differences in determining the start of the lunar month should not lead to divisions among Muslims, as both methods are grounded in the same theological principles. This finding contributes to the history of Islamic legal thought in Indonesia by providing evidence of scholarly efforts to standardise the determination of the lunar month during his tenure as Mahārāja Imām in the Sultanate of Sambas from 1913 to 1976. [Artikel ini menganalisis respons Basyūnī ‘Imrān (1885-1976), muftī dan qādhī yang bergelar Mahārāja Imām di Kesultanan Sambas, terhadap polemik perbedaan dalam penentuan awal puasa Ramadhan dan hari raya Idul Fitri pada awal abad kedua puluh. Perbedaan tersebut disebabkan saling klaim kebenaran metode, antara ḥisāb dan ruʾyah, dalam penentuan awal bulan Qomariyah di kalangan umat Islam. Prihatin terhadap peristiwa tersebut, Basyūnī ‘Imrān meresponsnya sebagaimana yang tertuang dalam manuskrip berbahasa Arab-Melayu (dikenal sebagai Aksara Jawī) yang berjudul, Ḥusn al-Jawāb ‘an Ithbāt al-Ahillah bi al-Ḥisāb (1933). Dengan menggunakan pendekatan sejarah dan analisis konten manuskrip, para penulis menemukan bahwa Basyūnī ‘Imrān cenderung menggunakan metode ḥisāb dalam penentuan awal bulan Qomariyah. Selain merujuk pada Sūrah al-Raḥmān ayat 5, Sūrah Yūnus ayat 5, dan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imām Mālik, Basyūnī ‘Imrān juga mempertimbangkan kondisi geografis dan sosial umat Islam untuk menyeragamkan pelaksanaan ibadah puasa dan hari raya Islam di Kesultanan Sambas dan sekitarnya. Menurutnya, perbedaan dalam penentuan awal bulan tersebut tidak boleh menimbulkan perpecahan di antara umat Islam, karena kedua metode tersebut berlandaskan pada dasar teologi yang sama. Temuan ini berkontribusi terhadap sejarah pemikiran hukum Islam di Indonesia dengan memberikan bukti adanya pemikiran ulama yang berupaya menyeragamkan penentuan awal bulan Qomariyah yang diterapkannya ketika menjabat sebagai Mahārāja Imām di Kesultanan Sambas pada tahun 1913 sampai 1976.]
The Ice Breaking Model in Early Childhood Education: Training Kindergarten Teachers in Indonesia HMS, Deden; Rizqina, Aulia Laily
AlBanna: Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini Vol. 5 No. 1 (2025): Albanna: Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Publisher : Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Institut Agama Islam Negeri Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/albanna.v5i1.4637

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk mengimplementasikan dan mengembangkan model ice breaking pada guru pendidikan anak usia dini di Indonesia melalui pendekatan Participatory Action Research (PAR). Pelatihan dilaksanakan di tujuh provinsi yang dilaksanakan di 18 Kabupaten atau Kota pada periode Mei hingga Juni 2025. Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti memberikan instruksi kepada guru dalam merancang dan mempraktikkan ice breaking seperti, lagu anak, permainan, dan aktivitas pembelajaran menyenangkan yang dapat diterapkan di kelas. Pelatihan dilaksanakan dengan pendekatan Gurame (Guru Asyik, dan Menyenangkan) dan dilengkapi dengan panduan buku dan praktik langsung oleh guru.  Hasilnya menunjukkan guru sangat antusias, merasa lebih percaya diri, dan mampu menyesuaikan ice breaking dengan karakteristik anak usia dini. Peneliti juga menerapkan konsep 4F (Fun, Friendly, Focus, Fresh) dan konsep guru betulan dan kebetulan sebagai refleksi peran profesional guru pendidikan anak usia dini. This article aims to implement and develop an ice breaking model for early childhood education teachers in Indonesia through the Participatory Action Research (PAR) approach. The training was conducted in seven provinces across 18 regencies or cities during the period of May to June 2025. In this study, the researcher provided instructions to teachers on designing and practicing ice breaking activities such as children’s songs, games, and enjoyable learning activities that can be applied in the classroom. The training was carried out using the Gurame approach (which stands for Guru Asyik dan Menyenangkan or Fun and Enjoyable Teachers) and was supported by a training manual and direct practice sessions by the teachers. The results showed that teachers were highly enthusiastic, felt more confident, and were able to adapt ice breaking activities to the characteristics of young children. The researcher also applied the 4F concept (Fun, Friendly, Focus, and Fresh) and introduced the concept of guru betulan (genuine teacher, a teacher who teaches with full responsibility, dedication, and continuous self-development) and guru kebetulan (accidental teacher, a teacher who teaches merely as a routine without true commitment or creativity) as a reflection of the professional role of early childhood education teachers.