Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

EKSPLORASI WASTRA BATIK SEBAGAI MEDIA KOMPLEMEN PADA PRODUK HOME DÉCOR BERBAHAN BONGGOL JAGUNG: EXPLORATION OF BATIK WASTRA AS A COMPLEMENTARY MEDIUM IN HOME DÉCOR PRODUCTS MADE FROM CORNCOBS Cama Juli Rianingrum; Ariesa Pandanwangi; Resky Annisa Damayanti; Ariani; MT. Ardynata
Jurnal Seni dan Reka Rancang: Jurnal Ilmiah Magister Desain Vol. 7 No. 2 (2024): Jurnal Seni dan Reka Rancang : Jurnal Ilmiah Magister Desain
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/jsrr.v7i2.20883

Abstract

This research discusses development problems in the creative industry sector related to the collaboration of two different materials, namely corncob material and cloth material with batik motifs. Indonesia is rich in culture with a variety of traditional wastra or cloth, including batik cloth, woven cloth, songket cloth, and so on. Traditional batik motifs as a characteristic of Indonesian literature are very diverse and have been recognized for their beauty. A mix method was used, namely a qualitative descriptive method and an exploration of the collaboration of two different materials, namely cloth material and corncob material to become home decor products. It is hoped that with the collaborative development of this material into a more modern design work it will be able to give a new feel to a room. The aim of this research is to combine a traditional work, namely batik wastra, into a modern home décor product so that the resulting work is novel in keeping up with the times and market developments, but on the other hand, the nuances of Indonesian tradition are not lost.
Bahasa Rupa Gambar Anak Berkesulitan Belajar dan Relasinya dengan Gambar Seni Rupa Tradisi Ariesa Pandanwangi; Yasraf Amir Pialang; Nuning Damayanti Adisasmito
PANGGUNG Vol 24 No 2 (2014): Modifikasi, Rekonstruksi, Revitalisasi, dan Visualisasi Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v24i2.114

Abstract

ABSTRACT Children with learning disabilities have creative capabilities that sometimes unnoticed by their pa- rents or teachers. Their creative capabilities are usually observed from their drawings, which as creative as the drawings created in traditional arts. The aim of this research is to determine the relationship between drawings from children with learning disabilities compared to the drawings created in traditional arts.The research methods employed is a qualitative descriptions with visual languages approaches. The approaches used are contents of wimba, way of wimba, enlargement and shrinkage. It can be shown that the way of drawing by children with learning disabilities has direct relationship with the traditional arts. The way of wimba of these children’s drawings is having similar characteristics with the way of wimba in traditional arts.  This similarity is observed from the unique way of drawing of these children which are figurative objects drawn on a flat sand surface, various backgrounds, various relieves, tranparencies, emphasizing large objects, green colour, and symmetrical compositions. These similarities are constructed because these children do not know about perspective drawing and gravitational principles in the draw- ing, somethings which are also found in traditional art, so that both tend to have similar way of wimba in drawings. The characteristics of drawing by children with learning disabilities can be seen from the way of wimba figures which are schematics, which should already surpassed by children with similar age. Keywords: Children, Drawings, Learning disabilities, Traditional arts, Visual language    ABSTRAK Anak berkesulitan belajar mempunyai kreativitas yang belum diketahui oleh orang tua bah- kan guru. Kreativitas yang tergali dari gambar yang dihasilkan oleh Anak Berkesulitan Belajar (ABB), sama kreatifnya dengan gambar yang berasal dari seni rupa tradisi. Penelitian ini untuk mengetahui relasi antara gambar ABB dengan gambar seni rupa tradisi. Relasi adalah hal yang membuat adanya keterhubungan antara gambar ABB dengan gambar seni rupa tradisi.Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan bahasa rupa. Bahasa rupa yang dipergunakan adalah isi wimba, cara wimba, diperbesar atau diperkecil. Hasil pene- litian ini diketahui bahwa cara gambar anak memiliki relasi dengan gambar seni rupa tradisi, yaitu cara wimba gambar ABB mempunyai karakteristik kemiripan dengan gambar seni rupa tradisi. Hal tersebut dapat diamati dari cara khas gambar anak yaitu objek figur digambarkan diatas rata tanah, aneka latar, aneka tampak, tembus pandang, objek yang besar dibuat penting, warna hijau, komposisi simetris. Kemiripan tersebut karena anak-anak belum mengenal gam- bar perspektif dan gaya gravitasi pada gambar, hal yang sama juga ditemui dalam seni rupa seni tradisi sehingga mereka memiliki kecenderungan penggambaran cara wimba yang mirip. Sedangkan karakteristik gambar ABB dapat dilihat dari cara wimba figur yang menyerupai bagan, padahal untuk anak seusianya anak sudah melampaui bentuk tersebut. Kata kunci: Anak-anak, Bahasa rupa, Berkesulitan Belajar, Gambar, Seni rupa tradisi
Visualisasi Cerita Rakyat: Figur Perempuan dalam Karya Seni Batik Kontemporer Ariesa Pandanwangi; Sigit Purnomo Adi; Belinda Sukapura Dewi; Nuning Damayanti; Arleti Mochtar Apin
PANGGUNG Vol 31 No 4 (2021): Implementasi Revitalisasi Identitas Seni Tradisi
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v31i4.1932

Abstract

Figur perempuan telah menjadi inspirasi sebagai subjek dalam karya seni seniman di seluruh dunia. Untuk waktu yang lama, diwujudkan dalam artefak artistik, baik dalam patung (seperti Venus dari artefak Willendorf) atau dalam lukisan yang diciptakan oleh maestro dunia. Figur perempuan yang mendominasi cerita dengan menggambarkan sosok kebaikan dan keibuan. Namun, sosok perempuan masih menjadi subjek yang mewakili ide-ide para seniman, seperti dalam lukisan batik kontemporer berdasarkan Cerita Rakyat yang menampilkan figur perempuan. Makalah ini menggambarkan hasil penelitian sebagai upaya untuk melestarikan budaya dalam lukisan Batik dan fokus pada Batik kontemporer yang mengadopsi Cerita Rakyat dengan perempuan sebagai karakter utamanya. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan hasil penelitian yang berfokus pada estetika dan elemen visual, terutama sosok perempuan sebagai objek dalam lukisan Batik yang terinspirasi oleh Cerita Rakyat. Metode penelitian menggunakan sampel batik yang dianalisis deskriptif kualitatif melalui pendekatan analisis formal dan kritik seni tanpa interpretasi. Studi ini menunjukkan bahwa Cerita Rakyat dengan karakter perempuan memberikan inspirasi untuk penciptaan seni lukisan batik kontemporer. Subjek tokoh perempuan adalah salah satu objek utama yang divisualisasikan dengan menyederhanakan bentuk dengan dekoratif yang khas gaya Batik. Sosok wanita distorsi dan disesuaikan dengan proporsi bentuk perempuan. Sosok ini tidak cukup rinci untuk mewakili karakter, tetapi sebagai motif lukisan batik kontemporer dengan nilai genre yang berbeda seperti variasi gaya tradisional, modern, klasik, dan komprehensif. Kontribusi penelitian ini dapat menjadi wacana dalam menginisiasi dan memperkaya visualisasi Cerita Rakyat dengan karakter perempuan dalam pengembangan lukisan batik Indonesia kontemporer.Kata Kunci: Lukisan Batik Kontemporer, Konservasi Budaya, Figur Perempuan, Cerita Rakyat.
Dampak Mural pada Kegiatan Kesehatan Masyarakat di Posyandu Teratai, Desa Ciwidey Ariesa Pandanwangi; Ismet Zainal Effendi; Marisa Rianti Sutanto; Ethel Deborah; Sri Iriantini; Melinda Dirgandini; Ratnadewi, Ratnadewi
Jurnal Atma Inovasia Vol. 5 No. 2 (2025)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/jai.v5i2.10025

Abstract

Keberadaan Posyandu Teratai di RW 21, desa Ciwidey, Kabupaten Bandung sangat diperlukan warga desa karena terletak strategis di tengah pemukiman warga dan akses jalan yang mudah dicapai dari perumahan warga desa Ciwidey. Oleh sebab itu fungsi Posyandu dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai ruang multi fungsi yang berperan ganda seperti timbang bayi, pemeriksaan kesehatan ibu dan anak, kegiatan untuk remaja, dan kegiatan warga desa. Permasalahan pengabdian ini bagian dinding luar Posyandu belum dimanfaatkan sebagai dinding yang mengedukasi bagi publik. Hal inilah yang menjadikan Kepala Desa berinisiatif untuk memanfaatkannya, dengan menambahkan mural yang dapat mengedukasi warga desa. Tujuannya untuk menciptakan dinding yang mengedukasi dan menjadi area spot yang menarik perhatian diantara lingkungan hijau desa Ciwidey. Metode yang dipergunakan Asset-Based Community Development (ABCD) dan angket, hal ini untuk mengetahui manfaat mural bagi kesehatan masyarakat. Hasilnya mural dibuat mengelilingi dinding posyandu dengan gaya dekoratif dan warna yang mencolok agar terlihat eye catching di antara lingkungan hijau. Simpulannya, Posyandu di kawasan desa Ciwidey menjadi point of interest diantara lingkungan hijau, dan menjadi area spot yang menyenangkan bagi warga.
Peningkatan Motorik Halus Pada Anak Balita Melalui Kegiatan Mewarnai Ariesa Pandanwangi; Aulia Wara Arimbi Putri; Ratnadewi, Ratnadewi; Kartika Suhada
Jurnal Pengabdian Masyarakat Aufa (JPMA) Vol. 7 No. 2 (2025): Vol. 7 No 2 Agustus 2025
Publisher : Universitas Aufa Royhan Di Kota Padangsidipuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51933/jpma.v7i2.1990

Abstract

Orang tua kerap mengabaikan gerakan motorik halus pada balita untuk pertama kalinya yang disebut dengan tahapan coreng moreng. Tujuan pengabdian ini untuk meningkatkan kemampuan anak balita melalui kegiatan mewarnai. Metode yang dilakukan adalah metode partisipatory dengan pendekatan artistik. Tahapannya dibuat perencanaan bersama dengan orang tua, kemudian pelaksanaan dengan pendampingan orang tua dan pengabdi, evaluasi dengan pendekatan artistik. Ada 18 anak yang terlibat dalam kegiatan ini dengan rentang usia 1-5 tahun. Hasil nya objek visual yang diwarnai oleh anak 1-3 tahun memperlihatkan periode coreng moreng dengan warna yang kontras, sedangkan anak usia 4-5 tahun sudah dapat memperlihatkan kemampuannya dengan memberi warna pada bidang dengan warna yang merata. Kesimpulannya anak dapat dilatih secara terus menerus untuk meningkatkan kemampuan motorik halusnya, dan dibutuhkan pendampingan orang tua dalam hal ini.