Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

MAKNA SENI UKIR ‘ITIK PULANG PATANG’ DAN IMPLEMENTASINYA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT MINANGKABAU Resky Annisa Damayanti
Prosiding Seminar Nasional Pakar Prosiding Seminar Nasional Pakar 2018 Buku II
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/pakar.v0i0.2696

Abstract

Bagi nenek moyang masyarakat Minangkabau, setiap dinding atau bidang yang diukir di Rumah Gadang merupakan karya seni yang bermakna khusus. Makna tersebut tidak lepas dari falsafah yang dianut oleh masyarakat Minangkabau. Dalam masyarakat Minangkabau dikenal beberapa macam jenis ukiran yang nama-namanya terinspirasi dari alam, salah satunya yang paling khas yaitu ukiran Itik Pulang Patang. Dewasa ini semakin banyak masyarakat yang menganggap ukiran semata hanya ditampilkan sebagai hiasan pelengkap, padahal ukiran sendiri menggambarkan keselarasan dan keserasian kehidupan masyarakat Minangkabau dengan alamnya, bahkan mengatur tata pergaulan dalam kehidupan sehari-hari. Penulisan ini bertujuan untuk membahas makna filosofis yang terkandung dalam ukiran Itik Pulang Patang yang mencerminkan pola kehidupan masyarakat Minangkabau sehari-hari. Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif untuk mengungkapkan fakta dan keadaan yang ada dengan menyuguhkan apa yang sebenarnya terjadi dalam masyarakat Minangkabau. Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan teoritik yaitu pendekatan yang dilakukan untuk menelaah ukiran Itik Pulang Patang berdasarkan teori konsep kebudayaan Minangkabau, yaitu falsafah Alam Takambang Jadi Guru dan adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukiran Itik Pulang Patang memiliki beragam makna di mana hal tersebut berdasarkan pada falsafah yang berlaku di Minangkabau dan diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat Minangkabau.
Pemanfaatan Limbah Rumah Tangga Dari Botol Bekas Menjadi Benda Pakai Rumah Tangga Untuk UKM Binaan Pemerintah Kota Bekasi Atridia Wilastrina; Resky Annisa Damayanti; Susy Irma Adisurya; Asih Retno Dewanti
Intervensi Komunitas Vol 2 No 2 (2021)
Publisher : ITB Ahmad Dahlan Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32546/ik.v2i2.908

Abstract

Mendaur ulang adalah pengolahan sampah atau sisa produk limbah menjadi produk baru yang dapat dipakai lagi secara layak dengan salah satu tujuannya untuk melestarikan lingkungan. Pengabdian kepada masyarakat (PkM) yang dilakukan dimasa pandemi ini memilih obyek limbah rumah tangga berupa pemanfaatan botol bekas air mineral menjadi benda pakai rumah tangga sebagai alat kebersihan yaitu sapu. Pemahaman dan pengetahuan masyarakat yang kurang tentang cara mengolah sisa material tersebut, menjadikan benda bekas menjadi barang yang kurang berguna sehingga banyak yang dibuang dan tidak dimanfaatkan serta dapat sekaligus mengurangi limbah plastik. Kegiatan PkM ini memberikan penyuluhan kepada masyarakat umum khususnya untuk ibu-ibu pelaku UKM agar dapat memiliki ketrampilan baru mengolah limbah rumah tangga menjadi barang baru yang lebih bermanfaat untuk masyarakat sekitar dan dapat mempunyai fungsi sebagai bahan yang berguna dalam menjaga kebersihan lingkungan di masa pandemi Covid-19. Metode penyuluhan yang dilakukan adalah kualitatif bersifat deskriptif yang berguna untuk menghimpun, memilah, menganalisis dan mengevaluasi data dan informasi yang diperoleh. Melalui PkM diperoleh hasil bahwa sampah rumah tangga berupa botol bekas air mineral dapat diolah menjadi benda pakai rumah tangga, yang fungsional dan mempunyai nilai jual seperti sapu.
RUANG KOMUNAL UNTUK KEBERLANJUTAN INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU Resky Annisa Damayanti; Elda Franzia Jasjfi
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 6, No 2 (2022): Jurnal Arsitektur ARCADE Juli 2022
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/arcade.v6i2.669

Abstract

Abstract: Communal activity done by Minangkabau society until now. The need of communication and social activity with internal community and the change of places are meaningful to nation sustainability. Human needs to interior activities can be analyzed through cultural and interior design approach, to know the communal room’s role in Rumah Gadang and Minangkabau people’s house in urban area. This research aims to understand the concept of communal room in Rumah Gadang at West Sumatera including its meaning and philosophy, and to know the implementation of communal room in Minangkabau people’s house in urban area as social interaction sustainability of Minangkabau peoples nowadays. This research used qualitative method to describe the meaning, function, and philosophy of Rumah Gadang in Minangkabau and its sustainability in Minangkabau people’s houses in urban area. The data collecting method is documentation and interview with resources to know how they used the communal rooms in the Rumah Gadang Istana Basa Pagaruyung and two houses as study cases of this research. The result is description of Minangkabau people’s communal room in traditional Rumah Gadang to urban houses that carries Minangkabau philosophy in their implementation activities.Abstrak: Aktivitas komunal dilakukan oleh masyarakat Minangkabau sejak dulu hingga saat ini. Adanya kebutuhan masyarakat Minangkabau untuk tetap melakukan aktivitas komunikasi dan sosial bersama saudara sekaum, dan adanya perubahan tempat di mana kegiatan tersebut dilakukan merupakan kondisi sosial masyarakat Indonesia yang bermakna penting untuk keberlanjutan bangsa. Kebutuhan manusia dalam melakukan aktivitas di dalam ruang dapat dikaji melalui pendekatan budaya dan desain interior, sehingga dapat diketahui peran ruang komunal pada Rumah Gadang dan rumah tinggal masyarakat Minangkabau di perantauan. Penelitian ini dilakukan untuk memahami konsep ruang komunal pada Rumah Gadang di Sumatera Barat meliputi makna dan filosofinya, serta mengetahui bagaimana implementasi ruang komunal pada rumah tinggal orang Minangkabau perantauan sebagai bentuk keberlanjutan interaksi sosial masyarakat Minangkabau saat ini. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk mendeskripsikan makna, fungsi dan falsafah ruang komunal Rumah Gadang di Minangkabau dan keberlangsungannya di rumah tinggal masyarakat Minangkabau di perkotaan. Data dikumpulkan dengan metode dokumentasi dan wawancara dengan narasumber untuk mengetahui pemanfaatan ruang komunal Rumah Gadang Istana Basa Pagaruyung dan dua buah rumah tinggal yang menjadi studi kasus penelitian ini. Hasil penelitian ini adalah deskripsi ruang komunal masyarakat Minangkabau dari Rumah Gadang tradisional ke rumah tinggal di perantauan yang masih membawa falsafah adat Minangkabau dalam implementasi penggunaannya.
EKSISTENSI MEBEL BAMBU DI TENGAH PERKEMBANGAN DESAIN DAN TEKNOLOGI Usman Lubis; Resky Annisa Damayanti
Jurnal Dimensi Seni Rupa dan Desain Vol. 11 No. 2 (2014)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (922.065 KB) | DOI: 10.25105/dim.v11i2.107

Abstract

AbstractNowadays, more and more people are turning to modern and contemporary style when it comes to choosing furniture for their homes, offices, restaurants, or hotels. In the past we might tend to back the use of natural elements, and one of the many popular products are bamboo. Bamboo as one of the most important non-timber forest products and fastest-growing plants in the world. As it known that bamboo craft is a folk craft products that has been around for a long time and developed hereditary, therefore we should preserve it. At first the userof bamboo furniture is from the family environment which later evolved to reach a wider market. Many craftsmen developed an appreciation of the existing ones to create a new design that is estimated to sell in the market. The hope is to makeour bamboo furniture craft products can compete with the products of other countries.AbstrakSaat ini semakin banyak orang yang beralih ke gaya modern dan kontemporer dalam memilih mebel untuk rumah tinggal mereka, kantor, restoran, atau bahkan hotel. Dahulu mungkin kita cenderung untuk memilih desain dan gaya klasik, tetapi sekarang ini orang cenderung kembali mempergunakan unsur-unsur alam, dan salah satu produk alam yang banyak digemari adalah bambu. Bambu sebagai salah satu produk non-kayu yang penting serta tanaman yang pertumbuhannya paling cepat di dunia. Seperti diketahui bahwa kerajinan bambu merupakan produk kerajinan rakyat yang telah ada sejak lama dan dikembangkan secara turun temurun, maka sudahselayaknya hal ini perlu dilestarikan. Pada mulanya pemakai kerajinan mebel bambu hanyalah dari lingkungan keluarga yang kemudian berkembang hingga mencapai lingkungan pasar yang lebih luas. Banyak para pengrajin mengembangkan apresiasi yang sudah ada dengan membuat desain baru yang diperkirakan akan laku di pasaran. Harapannya adalah agar produk kerajinan mebel bambu negara kita dapat bersaing dengan produk negara lainnya.
MORFOLOGIS BANGUNAN ARSITEKTUR RUMAH GADANG DALAM KONTEKS KEBUDAYAAN MINANGKABAU Resky Annisa Damayanti
Jurnal Dimensi Seni Rupa dan Desain Vol. 11 No. 1 (2014)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1520.115 KB) | DOI: 10.25105/dim.v11i1.425

Abstract

AbtractRumah Gadang or more correctly called Rumah Begonjong are the traditional home of Minangkabau. Morphology  of Rumah Gadang is long house,rectangular in plant with the forming buffalo horn-like end. The design of this reseacrh is descriptive with morphology ( including form and interpretation)  AbstrakRumah Gadang atau Rumah Bagonjong dalah rumah tradisional Minangkabau. Bentuk dan morfologi dari Rumah Gadang berupa rumah yang berbentuk persegi panjang dengan bentuk tanduk kerbau di atasnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan morfologis yang mementingkan bentuk dan makna dari simbol atau tanda yang terkandung di dalamnya
PENGARUH ISLAM PADA BENTUK ORNAMEN UKIRAN ‘ITIK PULANG PATANG’ SUMATERA BARAT Resky Annisa Damayanti
Jurnal Dimensi Seni Rupa dan Desain Vol. 13 No. 2 (2017)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1622.888 KB) | DOI: 10.25105/dim.v13i2.1784

Abstract

ABSTRACTCarving is decorative ornament on a side. For the ancestors of Minangkabau people, every side that carved is artwork that hass special meaning. That meaning can not be separated from indigenous and natural philosophy were embraced by the Minangkabau people. Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah is a reflection that Islam is a falsifies religion for the Minangkabau people. Nowadays more and more people who think carvings solely displayed as decoration complements. This research took one type of engraving the most typical of West Sumatra, namely Itik Pulang Patang. This research uses qualitative to analyze whether there is influence of Islam on the carving. The research results is not a number.The research results showed that Itik Pulang Patang has meaning where it is based on tradition and the prevailing philosophy in Minangkabau. There is an Islamic education in Minangkabau so that it also affects the shape of carved ornaments Itik Pulang Patang.AbstrakUkiran merupakan ornamen ragam hiasan pada suatu bidang. Bagi nenek moyang masyarakat Minangkabau, setiap bidang yang diukir merupakan karya seni yang bermakna khusus.  Makna tersebut tidak lepas dari adat dan falsafah alam yang dianut oleh masyarakat Minangkabau. Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah merupakan cerminan bahwa Islam adalah agama penyempurna bagi masyarakat Sumatera Barat. Dewasa ini semakin banyak masyarakat yang menganggap ukiran semata hanya ditampilkan sebagai hiasan pelengkap. Penelitian ini mengambil salah satu jenis ukiran Sumatera Barat yang paling khas, yakni ukiran Itik Pulang Patang. Penelitian ini menggunakan kualitatif untuk menganalisis ada tidaknya pengaruh Islam terhadap ukiran tersebut. Data hasil penelitian tidak berupa angka.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukiran Itik Pulang Patang memiliki makna di mana hal tersebut berdasarkan pada adat dan falsafah yang berlaku di Minangkabau. Terdapat pendidikan agama Islam dalam adat Minangkabau sehingga hal ini turut mempengaruhi bentuk dari ornamen ukiran Itik Pulang Patang
KEBERTAHANAN ATAP GONJONG DAN PERUBAHAN ARSITEKTUR DI WILAYAH SUMATERA BARAT Resky Annisa Damayanti
Jurnal Dimensi Seni Rupa dan Desain Vol. 15 No. 1 (2018)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2407.78 KB) | DOI: 10.25105/dim.v15i1.4195

Abstract

Abstract Rumah Gadang is often referred to as Rumah Bagonjong. The typical gonjong roof and character in accordance with the identity of the people of West Sumatra. At present, many people do not understand the meaning of the gonjong roof. The purpose of this study was to determine and analyze the sustainability of the gonjong roof in West Sumatra by paying attention to the philosophy and symbolic meaning of the gonjong roof itself as seen from its application to the building of modern architecture. The method used is descriptive qualitative which starts from the field. Data and information obtained from the field are drawn from their meanings and concepts through descriptive analytical exposure and without using numbers because they prioritize the process. In the end, this research will reveal the facts, phenomena, and circumstances that occur. The results showed that the gonjong roof was 'forced' to survive in the midst of modern architectural changes, and this led to a shift in cultural meanings and values which actually threatened the original symbolic values. Rumah Gadang sering kali disebut dengan Rumah Bagonjong. Atap gonjongnya yang khas dan berkarakter sesuai dengan jati diri masyarakat Sumatera Barat. Pada masa sekarang, banyak masyarakatnya yang tidak paham akan makna atap gonjong. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis kebertahanan atap gonjong di Sumatera Barat dengan memperhatikan filosofi dan makna simbolik dari atap gonjong itu sendiri dilihat dari penerapannya pada bangunan arsitektur modern. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif yang dimulai dari lapangan. Data dan informasi yang diperoleh dari lapangan ditarik makna dan konsepnya melalui pemaparan secara deskriptif analitik dan tanpa menggunakan angka karena lebih mengutamakan proses. Pada akhirnya, penelitian ini akan mengungkapkan fakta, fenomena, dan keadaan yang terjadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa atap gonjong 'dipaksa' bertahan di tengah perubahan arsitektur modern sekarang ini, dan hal tersebut menyebabkan terjadinya pergeseran makna dan nilai budaya yang justru mengancam nilai-nilai simbolik yang masih asli.
ORNAMEN ISLAM PADA BANGUNAN ARSITEKTUR MASJID DIAN AL MAHRI KUBAH EMAS DEPOK Apsari Putri Haryani Nirmala; Oudilia Azhar Violaningtyas; Resky Annisa Damayanti
Jurnal Dimensi Seni Rupa dan Desain Vol. 16 No. 1 (2019)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1168.087 KB) | DOI: 10.25105/dim.v16i1.6159

Abstract

AbstractIn the teachings of Islam the sources of the Qur’an and the Hadith are basically no rules governing the building of the Mosque other than the terms of the place that can be used in performing the Prayer, but on the other hand many Mosques are adaptive in the form of ornaments. as well as local value systems. The form of ornament that is a decorativeelement of a building is often directly related to the times and culture of the community. In terms of the ornament of the Mosque does not escape the Islamic law that is found in the Hadith and the Quran. This is the focus of this study. The method used is a descriptive qualitative beginning of the field. The results show that the shape of the ornament in the Dian Al Mahri Mosque is no indication of the animal ornament, so the ornamentation of the Mosque is acceptable to Muslims especially in Jakarta and its surroundings.Abstrak Di dalam ajaran agama Islam yang bersumberkan Al Qur’an dan Hadist pada dasarnya tidak terdapat aturan yang secara langsung mengatur mengenai bangunan Masjid selain syarat-syarat tempat yang dapat dipakai dalam melaksanakan Sholat, namun di sisi lain banyak Masjid yang bersifat adaptif dengan memasukkan bentuk ornamen serta sistem nilai setempat (lokal). Bentuk ornamen yang merupakan elemen dekorasi pada suatu bangunan sering kali berkaitan langsung dengan zaman dan budaya masyarakat. Dalam hal ornamen pada Masjid tidak lepas dari hukum Islam yang tertuang dalam Hadis dan Al Quran. Hal demikianlah yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian ini.Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif yang dimulai dari lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk ornamen pada bangunan Masjid Dian Al Mahri tidak terdapat indikasi yang menunjukkan ornamen binatang, sehingga ornamentasi pada Masjid tersebut dapat diterima oleh umat muslim terutama di Jakarta dan sekitarnya.
PENERAPAN ORNAMEN KHAS BETAWI DALAM INTERIOR MASJID RAYA KH. HASYIM ASYARI JAKARTA BARAT Ayesya Ainun Nabila; Ayu Safira Septiana; Githa Nabila; Resky Annisa Damayanti
Jurnal Dimensi Seni Rupa dan Desain Vol. 16 No. 2 (2020)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (759.907 KB) | DOI: 10.25105/dim.v16i2.7052

Abstract

Abstract The Mosque is the buildings of worship for Muslims who can accommodate the worshipers. In the Mosque’s interior design is identical to the use of typical Middle Eastern ornaments such as calligraphy, but over time the Mosques in Indonesia have begun to apply the special ornaments of the area where the Mosque is located, for example the Great Mosque KH Hasyim Asyari which applying Betawi ornaments to the exterior and interior. Betawi ornaments themselves are identical applied to Betawi traditional houses, for example Gigi Balang ornaments that are applied to the house’s lisplang, and also Tapak Dara ornaments that are applied to railing porch railings. Nowadays the application of Betawi ornaments is not only in traditional houses but also in public buildings such as Mosques. The purpose of this research is to discuss the application of Betawi ornaments and the meanings contained in the ornaments. The results of this study are the application of Betawi special ornaments on the interior of the Great Mosque K.H Hasyim Asyari where it is placed on the walls, railings, and pillars of the Mosque. The typical Betawi ornaments that are applied are the Gigi Balang ornament, Tapak Dara, and also the shape of the Betawi traditional house roof which is designed in such a way that it becomes an ornament applied to the Mosque’s pulpit walls. It can be concluded that the application of Betawi special ornaments can not only be applied to traditional houses but also exist in other buildings with modifications in such a way but do not leave the meaning contained in the ornaments. AbstrakMasjid merupakan bangunan tempat beribadah bagi umat islam yang dapat menampung jamaah. Pada desain interior Masjid identik dengan penggunaan ornamen khas Timur Tengah seperti misalnya kaligrafi, namun seiring berjalannya waktu Masjid-Masjid yang berada di Indonesia sudah mulai menerapkan ornamen-ornamen khas daerah tempat Masjid itu berada, sebagai contoh Masjid Raya K.H Hasyim Asyari yang menerapkan ornamen Betawi pada eksterior dan interiornya. Ornamen khas Betawi sendiri identik diterapkan pada rumah adat Betawi misalnya ornamen Gigi Balang yang diterapkan pada lisplang rumah, dan juga ornamen Tapak Dara yang diterapkan pada railing pagar teras rumah. Kini penerapan ornamen Betawi tidak hanya pada rumah adat tetapi juga pada bangunan-bangunan umum seperti pada Masjid. Tujuan penelitian ini adalah untuk membahas mengenai penerapan ornamen khas Betawi dan juga makna yang terkandung dalam ornamen tersebut. Hasil dari penelitian ini adalah adanya penerapan ornamen khas Betawi pada interior Masjid Raya K.H Hasyim Asyari di mana peletakannya berada pada dinding, railing, dan pilar Masjid. Ornamen khas Betawi yang diterapkan yaitu ornamen Gigi Balang, Tapak Dara, dan juga bentuk atap rumah adat Betawi yang di desain sedemikian rupa sehingga menjadi ornamen yang diterapkan pada bagian dinding mimbar masjid. Dapat disimpulkan bahwa penerapan ornamen khas Betawi tidak hanya dapat diterapkan pada rumah adat tetapi juga eksis diterapkan di bangunan lain dengan modifikasi sedemikian rupa namun tidak meninggalkan makna yang terkandung di dalam ornamen tersebut
MAKNA SPIRITUAL DI BALIK BANGUNAN ARSITEKTURRUMAH GADANG ISTANA BASA PAGARUYUNG Resky Annisa Damayanti; Vanessa Vidia Ardyharini
Jurnal Dimensi Seni Rupa dan Desain Vol. 17 No. 1 (2020)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (475.591 KB) | DOI: 10.25105/dim.v17i1.7843

Abstract

AbstractReligious life in West Sumatera is very strong. Islamic spirituality dominates in WestSumatera because of the large number of Muslims there. Even this has influencedthe daily life of the Minangkabau people. Its strong effect is also a concern, includingby designers and architects. This research aims to explore the spiritual meaning thatinfluences the architectural building of the Big House of Pagaruyung Palace. TheBig House of Pagaruyung Palace was the residence of the family of the Kingdom ofPagaruyung in the 17th century and is known as the beginning of the spread of Islamin West Sumatera. The present of Basa Pagaruyung Palace is a replica building.Nevertheless, the Basa Pagaruyung Palace was still built by maintaining its original form. The method used is descriptive qualitative with cultural approach. In the end, thepurpose of this research is to reveal the facts, meanings, phenomena and circumstancesthat are happening. The results of the study note that there are four architecturalelements of the Big House of Pagaruyung Palace that have spiritual meaning. It can be concluded that the architectural building of the Big House of Pagaruyung Palace wasbuilt with the thought to connect existing architectural elements with nature. The BigHouse of Pagaruyung Palace predominantly uses the analogy of natural organisms.This is in accordance with the concept of the Minangkabau culture ‘Nature Developingbecomes a Teacher’ which is also heavily influenced by Islamic spirituality.  AbstrakKehidupan beragama di Sumatera Barat sangatlah kuat. Spiritualitas Islamsangat mendominasi di Sumatera Barat dikarenakan banyaknya pemelukagama Islam di sana. Hal inipun turut mempengaruhi kehidupan sehari-harimasyarakat Minangkabau. Efeknya yang begitu kuat turut menjadi perhatian,termasuk oleh para desainer maupun arsitek. Penelitian ini bertujuan untukmendalami makna spiritual yang berpengaruh terhadap bangunan arsitekturRumah Gadang Istana Basa Pagaruyung. Istana Basa Pagaruyung merupakantempat kediaman keluarga Kerajaan Pagaruyung pada abad ke-17 dandiketahui sebagai awal mula agama Islam tersebar di Sumatera Barat. IstanaBasa Pagaruyung yang ada sekarang merupakan bangunan replika. Meskipundemikian, Istana Basa Pagaruyung tetap dibangun dengan mempertahankanwujud aslinya semula. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptifdengan pendekatan kebudayaan. Pada akhirnya, tujuan dari penelitian ini adalah mengungkapkan fakta, makna, fenomena, dan keadaan yang sedangterjadi. Hasil dari penelitian diketahui bahwa terdapat empat elemen arsitekturyang memiliki makna spiritual. Dapat disimpulkan bahwa bangunan arsitektur Rumah Gadang Istana Basa Pagaruyung dibangun dengan pemikiran untuk menghubungkan antara elemen arsitektur yang ada dengan alam. RumahGadang Istana Basa Pagaruyung dominan menggunakan analogi organisme alam. Hal ini sesuai dengan konsep kebudayaan Minangkabau ‘AlamTakambang jadi Guru’ yang juga banyak terpengaruh spiritualitas Islam.