Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Media Video Animasi untuk Meningkatkan Listening Skill Anak Usia Dini Ariani, Ni Kadek; Ujianti, Putu Rahayu
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Undiksha Vol 9, No 1 (2021): April
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/paud.v9i1.35690

Abstract

Rendahnya kemampuan peserta didik dalam menyimak (listening skill) suatu pembelajaran. Tujuan penelitian ini yaitu untuk memaparkan proses pengembangan serta mendekripsikan kelayakan media video animasi untuk meningkatkan listening skill anak. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian pengembangan (research and development/R&D). Subjek dalam penelitian ini menggunakan dosen ahli diantaranya dua dosen ahli materi dan dua dosen ahli media. Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data kuantitatif di konversikan menjadi data kualitatif. Penelitian ini menggunakan model pengembangan ADDIE yang meliputi tahapan analisis (analysis), perancangan (design), pengembangan (development), implementasi (implementation), dan evaluasi (evaluation). Penelitian ini hanya sampai pada tahap pengembangan media. Analisis data menggunakan rumus CVI dan CVR. Berdasarkan analisis data validasi media video animasi diperoleh penilaian yang sudah dinilai oleh dosen ahli tersebut memperoleh nilai CVR adalah 1,00 dan CVI adalah 1,00, apabila dikonversikan dengan pedoman skala lima berada rentang skor 0,80-1,00 artinya validitas sangat tinggi. Dari hasil tersebut media video animasi layak untuk dilanjutkan uji efektivitas dalam meningkatkan listening skill anak. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa media video animasi ini sangat layak digunakan untuk mendukung pembelajaran dalam meningkatkan listening skill anak usia dini.
Media Video Animasi untuk Meningkatkan Listening Skill Anak Usia Dini Ariani, Ni Kadek; Ujianti, Putu Rahayu
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Undiksha Vol. 9 No. 1 (2021): April
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/paud.v9i1.35690

Abstract

Rendahnya kemampuan peserta didik dalam menyimak (listening skill) suatu pembelajaran. Tujuan penelitian ini yaitu untuk memaparkan proses pengembangan serta mendekripsikan kelayakan media video animasi untuk meningkatkan listening skill anak. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian pengembangan (research and development/R&D). Subjek dalam penelitian ini menggunakan dosen ahli diantaranya dua dosen ahli materi dan dua dosen ahli media. Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data kuantitatif di konversikan menjadi data kualitatif. Penelitian ini menggunakan model pengembangan ADDIE yang meliputi tahapan analisis (analysis), perancangan (design), pengembangan (development), implementasi (implementation), dan evaluasi (evaluation). Penelitian ini hanya sampai pada tahap pengembangan media. Analisis data menggunakan rumus CVI dan CVR. Berdasarkan analisis data validasi media video animasi diperoleh penilaian yang sudah dinilai oleh dosen ahli tersebut memperoleh nilai CVR adalah 1,00 dan CVI adalah 1,00, apabila dikonversikan dengan pedoman skala lima berada rentang skor 0,80-1,00 artinya validitas sangat tinggi. Dari hasil tersebut media video animasi layak untuk dilanjutkan uji efektivitas dalam meningkatkan listening skill anak. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa media video animasi ini sangat layak digunakan untuk mendukung pembelajaran dalam meningkatkan listening skill anak usia dini.
Implementasi Kebijakan Pelayanan Apostille Berbasis Transformasi Digital di Kementerian Hukum Kantor Wilayah Bali Ariani, Ni Kadek; Prabawati, Ni Putu Anik
Socio-political Communication and Policy Review Vol. 2 No. 3 (2025)
Publisher : Lenggogeni Data Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61292/shkr.255

Abstract

The apostille legalization policy is a form of bureaucratic simplification for public documents intended for international use, adopted by the Indonesian government following the ratification of the 1961 Apostille Convention through Presidential Regulation No. 2 of 2021. Its implementation is conducted digitally and centrally by the Ministry of Law and Human Rights under the authority of the Directorate General of General Legal Administration, including at the regional level through regional offices such as the Bali Regional Office. This digital transformation aims to enhance the efficiency, transparency, and accessibility of cross-border document legalization services in a faster and more standardized manner. This study aims to examine the implementation of the digital-based apostille policy at the Ministry of Law and Human Rights Regional Office in Bali. The main research question focuses on how the implementation aligns with the policy implementation model developed by Van Meter and Van Horn. The qualitative findings indicate that while the implementation has been relatively effective, technical issues such as system disruptions, low digital literacy among the public, and limited service flexibility remain challenges. Therefore, strengthening digital outreach, improving technological infrastructure, and developing a more adaptive system are essential strategies to support the future success of the apostille service. ABSTRAK Kebijakan legalisasi apostille merupakan bentuk penyederhanaan birokrasi dokumen publik untuk keperluan internasional yang telah diadopsi oleh pemerintah Indonesia sejak diratifikasinya Konvensi Apostille 1961 melalui Perpres No. 2 Tahun 2021. Implementasinya dilakukan secara digital dan terpusat melalui Kementerian Hukum Republik Indonesia yang berada di bawah otoritas Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum, termasuk di tingkat daerah oleh Kantor Wilayah, seperti yang diterapkan di Kementerian Hukum Kantor Wilayah Bali. Transformasi digital ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, transparansi, serta aksesibilitas layanan legalisasi dokumen lintas negara secara lebih cepat dan terstandar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi kebijakan pelayanan apostille berbasis transformasi digital di Kementerian Hukum Kantor Wilayah Bali. Permasalahnnya adalah bagaimana implementasi kebijakan berbasis transformasi digital tersebut dilihat dari model teori implementasi kebijakan Van Meter dan Van Horn. Penelitian kualitatif yang dilakukan memperlihatkan bahwa meskipun implementasi berjalan cukup efektif, masih terdapat kendala teknis seperti gangguan sistem, literasi digital masyarakat yang rendah, dan keterbatasan fleksibilitas layanan. Oleh karena itu, peningkatan sosialisasi digital, penguatan infrastruktur teknologi, serta pengembangan sistem yang lebih adaptif menjadi strategi penting untuk mendukung keberhasilan layanan apostille ke depan. Kata Kunci: Implementasi Kebijakan; Transformasi Digital; Apostille
POTENSI ANTIPARASITIK HERBAL EKSTRAK HERBAL TERHADAP LINTAH LAUT (ZEYLANICOBDELLA ARUGAMENSIS) PADA JUVENIL IKAN KERAPU HIBRIDA CANTANG (Epinephelus fuscoguttatus X E. lanceolatus) Mastuti, Indah; Sadewa, Ketut M. Arya; Ansari, Mohamad; Haryanto, Slamet; Zailani, Ahmad; Suwitra, I Nyoman; Ariani, Ni Kadek; Kurdi, Kurdi; Miniartini, Made; Mustaqim, Mustaqim; Sedana, I Made; Sunarto, Mujiono; Astuti, Ni Wayan Widya; Mahardika, Ketut
Media Akuakultur Vol 20, No 1 (2025): Juni 2025
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/ma.20.1.2025.1-13

Abstract

Lintah laut adalahektoparasit yang sangat merugikan bagbudidaya ikan kerapu di Bali Utara. Penelitian ini bertujuan menggali potensi antiparasitik jenis 76 tanaman dalam mengendalikan infeksi lintah laut (Zeylanicobdella arugamensis) pada juvenil ikan kerapu hibrida cantang (Epinephelus fuscoguttatus x E. lanceolatus). Sebanyak 76 jenis tanaman diekstrak menggunakan pelarut air laut steril untuk uji in vitro tahap 1 sebagai skrining awal, dilanjutkan dengan uji in vitro tahap 2 dan uji in vivo tahap 1 dan tahap 2. Uji in vivo dilakukan dengan merendam lintah laut dalam ektrak herbal 1000 ppm selama dua jam. Hasil uji in vitro tahap 1 mendapakan 11 tanaman berpotensi antiparasitik, yaitu lada putih, lada hitam, bunga cengkeh, lengkuas, cabai Jawa, jahe hitam, kulit buah manggis, daun sawo Manila, daun delima, daun brotowali dan batang brotowali. Berdasarkan uji tersebut dilakukan uji in vitro tahap 2 untuk mengetahui konsentrasi minimal yang melemahkan lintah laut. Uji in vitro tahap 2 menunjukkan bahwa konsentrasi minimum (500 ppm) hanya diperoleh dari tanaman lada putih. Uji in vivo dilakukan dengan menggunakan ikan kerapu cantang yang yang terinfeksi lintah laut. Uji in vivo tahap 1 menunjukkan bahwa sembilan (lada putih, lada hitam, bunga cengkeh, lengkuas, cabai Jawa, kulit buah manggis, daun sawo Manila, daun delima, daun brotowali) dari sebelas herbal tersebut belum mampu melepaskan lintah laut namun mematikan bagi ikan. Sedangkan uji in vivo tahap 2 menunjukkan sekaligus menyimpulkan bahwa ekstrak herbal, yaitu jahe hitam (Curcuma aeruginosa Roxb.) dan daun brotowali efektif (Tinospora cordifolia) dalam air laut konsentrasi 1000 ppm.Sea leeches are the major ectoparasites that infect grouper fish. This study explores the antiparasitic potential of 76 plants in controlling sea leech. The plants were extracted using sterile seawater and used in the in vitro test 1 (initial screening), followed by in vitro test 2 and in vivo test 1 and 2. The in vivo test was carried out by soaking sea leeches in 1000 ppm herbal extractsfor two hours. The results of the in vitro test 1 found that 11 plants had antiparasitic potential (white pepper, black pepper, clove flowers, galangal, Javanese chili, black ginger, mangosteen peel, Manila sapodilla leaves, pomegranate leaves, brotowali leaves and brotowali stems). Based on initial test, the in vitro test 2 was conducted to determine the minimum concentration. The in vitro test 2 showed that the minimum concentration (500 ppm) was obtained from white pepper . The in vivo test was conducted using infected fish. The in vivo test 2 showed that nine (white pepper, black pepper, clove flowers, galangal, Javanese chili, mangosteen peel, Manila sapodilla leaves, pomegranate leaves, brotowali leaves) herbals were not able to release leeches but deadly to the fish. Meanwhile, the in vivo test 2 concluded that black ginger (Curcuma aeruginosa Roxb.) and brotowali leaves (Tinospora cordifolia) in sea water at a concentration of 1000 ppm were effective in releasing leeches within 10 minutes and non toxic to fish.