Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Pengaruh Medan Elektromagnetik terhadap Densitas dan Vikositas pada Vacuum Residue Akbar Ismi Azis Pramito; Sri Haryati; Muhammad Djoni Bustan
Jurnal Rekayasa Proses Vol 13, No 2 (2019)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.43599

Abstract

This study tested the effect of electromagnetic field on density and viscosity of vacuum residue from PT. PERTAMINA Refinery Unit III Plaju. The study was conducted using a batch reactor equipped with electromagnetic. The fixed variable in this study is the vacuum residue mass and cracking time, while the variables which are varied are reaction temperature and electromagnetic field. The study was conducted to see the effect of temperatures ranging from 100, 200, 300 and 400oC, and the use of electromagnets with electric currents of 0A, 5A, 10A, 15A and 20A on the density and viscosity of vacuum residue. The experiment compared the effect of the process with electromagnetic field and without electromagnetic field on the density and viscosity of vacuum residue. The results showed that the lowest density (0.874 g/cm3) and viscosity (0.481 cP) were obtained by using 20A electric current electromagnetic field at a temperature of 400oC.A B S T R A KPenelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh medan elektomagnetik terhadap densitas dan viskositas vakum residu petroleum dari PT. PERTAMINA Unit Pengolahan III Plaju. Pengujian dilakukan dalam reaktor-batch yang dilengkapi dengan elektromagnetik. Variabel tetap dalam penelitian ini adalah massa vakum residu dan waktu cracking, sedangkan variabel yang divariasi adalah suhu cracking dan kuat arus listrik elektromagnetik. Studi dilakukan untuk melihat pengaruh suhu mulai dari 100, 200, 300, dan 400oC, serta penggunaan elektromagnet dengan arus listrik sebesar 0A, 5A, 10A, 15A dan 20A terhadap perubahan densitas dan viskositas dari vakum residu. Eksperimen yang dilakukan membandingkan pengaruh proses dengan medan elektromagnetik dan tanpa medan elektromagnet terhadap densitas dan viskositas vacuum residue. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai densitas dan viskositas vakum residu terendah diperoleh pada penggunaan medan elektromagnetik dengan arus listrik 20A pada suhu 400oC yaitu pada nilai denitas sebesar 0,874 g/cm3 dan nilai viskositas sebesar 0,481 cP.
Pengaruh Proses Swelling dengan Supercritical Gas CO2 terhadap Penurunan Energi Ikatan Senyawa Hidrokarbon Vacuum Residue Deby Ansyory; Aditya Retno Utami; Sri Haryati; Muhammad Djoni Bustan
Jurnal Rekayasa Proses Vol 13, No 2 (2019)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (593.06 KB) | DOI: 10.22146/jrekpros.44784

Abstract

The present study aims to develop technology to utilize a vacuum residue by reducing its density, viscosity and energy bonding, using a batch reactor equipped with CO2 injection gas in the form of a swelling process. The study was conducted by applying temperature varied between 60 and 100 °C and CO2 flux pressure varied between 1 and 5 MPa, respectively. The study of applying temperature and CO2 flux pressure are used to decrease the bond energy of hydrocarbon compounds in the form of solid vacuum residue. Furthermore, a series of reaction time was carried out started in the range of 10-30 minutes to obtain the optimum reaction time. The result showed that at temperature of 100°C, pressure of 5 MPa and variation of time, the density, viscosity, and  decrease in energy bonding (ΔG) were in the range of 0.919-0.902 g/cm3, 495-166 cSt, and 8.627–6.436 J.s, respectively. A B S T R A KPenelitian ini bertujuan untuk mengembangkan teknologi pemanfaatan vacuum residue dengan mengurangi densitas, viskositas dan energi ikatan. Pada penelitian ini digunakan reaktor batch yang dilengkapi dengan gas injeksi CO2 dalam bentuk proses swelling. Penelitian dilakukan dengan menerapkan variasi temperatur  antara 60-100 °C dan tekanan fluks CO2 bervariasi antara 1-5 MPa. Rentang temperatur dan tekanan fluks CO2 yang digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengurangi energi ikatan senyawa hidrokarbon dalam bentuk padatan vacuum residue. Selanjutnya, serangkaian waktu reaksi dilakukan mulai dari 10, 15, 20, 25, dan 30 menit untuk mendapatkan waktu reaksi yang optimum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada temperatur konstan (100 °C), tekanan konstan (5 MPa) dan variasi waktu diperoleh penurunan densitas (0,919–0,902 g/cm3), viskositas (495-166 cSt), dan penurunan energi ikatan (ΔG) menjadi 8,627–6,436 Js.
Pengujian Kinerja Baterai Lithium Ion Berbasis Batang Kangkung Air (Ipomoea Aquatica) Ditinjau dari Variasi Binder, Jenis Elektrolit dan Pemakaian Emulsi Felicia Samantha; Sri Haryati; Nirwan Syarif
Syntax Literate Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : Syntax Corporation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (206.598 KB) | DOI: 10.36418/syntax-literate.v7i1.6098

Abstract

Baterai lithium ion adalah baterai yang dapat diisi ulang dan bergerak dari elektroda negatif ke positif saat dilepaskan. Pada komponen baterai lithium ion terdapat bagian elektroda. Bagian tersebut berfungsi sebagai tempat menyimpan energi serta tempat terjadinya reaksi kimia. Pemanfaatan karbon dari sumber-sumber alam seperti sumber hayati maupun limbah industri sudah banyak digunakan oleh peneliti sebelumnya. Seperti pemanfaatan kangkung air (Ipomoea aquatica) sebagai elektroda menghasilkan daya tertinggi sebesar 0,143 W dengan menggunakan media elektrolit cair 40% dan binder Polyurethane (PU). Pada penelitian ini digunakan variasi jenis elektrolit Li2SO4, jenis binder PU dan refill tinta dan penambahan emulsi TEA untuk meningkatkan kinerja baterai. Baterai dengan elektrolit LiCl 40% dan menggunakan binder PU serta penambahan emulsi memiliki nilai daya dan energi tertinggi yaitu sebesar 1,47x10-4 W dan 9,72x10-5 W.h.
Pengaruh Variasi Binder, Elektrolit dan Pemakaian Emulsi terhadap Kinerja Baterai Litium Ion Berbasis Karbon Batang Kangkung Air (Ipomoea Aquatica) Endah Dhita Pratiwi; Sri Haryati; Nirwan Syarif
Syntax Literate Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : Syntax Corporation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (754.206 KB) | DOI: 10.36418/syntax-literate.v7i2.6308

Abstract

Baterai litium ion merupakan jenis baterai sekunder yang artinya dapat dipakai berkali – kali jika dayanya sudah mulai habis dengan cara diisi ulang, dimana baterai ini terdiri dari empat komponen penting yaitu elektroda positif (katoda), elektroda negatif (anoda), elektrolit dan separator. Penggunaan material anoda yang biasanya digunakan dalam pembuatan baterai ion litium berupa karbon, salah satunya dapat dijadikan karbon adalah tumbuhan hayati seperti kangkung air (Ipomoea Aquatiqa). Pada penelitian ini digunakan karbon batang kangkung air (Ipomoea Aquatiqa) sebagai elektroda pada baterai, variasi jenis binder yaitu binder PU dan PTFE, variasi jenis elektrolit LiCl dan Li2SO4 serta pengaruh pemakaian emulsi PEG untuk melihat kinerja baterai yang dihasilkan. Nilai Energi dan daya tertinggi dimiliki oleh baterai binder PTFE dengan elektrolit Li2SO4 tanpa pemakaian emulsi PEG yaitu sebesar 4,96257 x 10-4 W dan 5,51396 x 10-5 W.h. Pada penelitian ini digunakan variasi jenis binder yaitu binder PU dan PTFE, variasi jenis elektrolit LiCl dan Li2SO4 serta pengaruh pemakaian emulsi PEG untuk melihat kinerja baterai yang dihasilkan.
Disosiasi H2S dalam gas alam pada temperatur ruang menggunakan katalisator MgO: pengaruh jumlah katalis dan laju alir massa Devie Herdiansyah; Sri Haryati; Muhammad Djoni Bustan
Jurnal Rekayasa Proses Vol 13 No 2 (2019): Volume 13, Number 2, 2019
Publisher : Jurnal Rekayasa Proses

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.43154

Abstract

The presence of H2S in natural gas is very detrimental to ammonia industry because it can poison and deactivate steam reforming catalysts. In the ammonia plant Pusri-IB PT. Pusri Palembang, H2S was separated in the Desulfurizer Unit (201-D) by adsorption using ZnO adsorbent at low temperature (28 ° C). Unfortunately, in this process the ZnO adsorbent cannot be regenerated so that within one year the ZnO adsorbent will be saturated with sulfur. The alternative process of H2S separation is to dissociate H2S into its constituent elements (hydrogen and sulfur) with catalytic process. The magnesium oxide catalyst was chosen because magnesium oxide is a metal oxide compound widely known in the catalysis process and has two active sites. The highest H2S conversion that can be achieved by MgO catalyst is 92.29%. Unlike ZnO, MgO does not absorb H2S, but catalyzes the dissociation of H2S into hydrogen and solid sulfur without being changed consumed by the reaction itself so that the MgO catalyst has a longer life time than the ZnO adsorbent.