Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Kolestasis Neonatal di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya, Bali Isella, Virly; Dewi, Made Ratna
Cermin Dunia Kedokteran Vol 48, No 9 (2021): Nyeri Neuropatik
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (87.453 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v48i9.1492

Abstract

Kolestasis neonatal terjadi akibat kelainan sistem hepatobiliar, sering terlambat didiagnosis karena dianggap fisiologis. Identifikasi dini, menentukan etiologi hingga merujuk ke bagian gastroenterologi-hepatologi anak pada saat yang tepat adalah penting untuk keberhasilan terapi dan prognosis yang optimal. Kasus seorang bayi laki-laki usia 3 minggu dengan keluhan muntah, diare, tubuh kuning, dan tinja kuning pucat. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hiperbilirubinemia disertai peningkatan kadar bilirubin direk, gama glutamil transferase (GGT), peningkatan hitung leukosit dan trombosit; pemeriksaan tinja menunjukkan infeksi bakteri. Diagnosis kolestasis berdasarkan peningkatan bilirubin direk >20% kadar bilirubin total, mengarah pada tipe intrahepatal berdasarkan peningkatan GGT <10 kali lipat batas atas normal. Pasien mendapat terapi antibiotik, disertai terapi suportif stimulasi aliran empedu dan vitamin larut lemak.Neonatal cholestasis is caused by the abnormality of the hepatobiliary system, often unrecognized and late-diagnosed because of misinterpretation as physiological jaundice. Early identification of the underlying etiology and timely referral to pediatric gastroenterology and epatology are important for successful treatment and optimal prognosis. We reported a male infant age 3 weeks with vomiting, diarrhea, icterus, and pale stool. Laboratory findings were hyperbilirubinemia with high direct bilirubin, gamma-glutamyl-transferase (GGT), elevated leukocyte and thrombocytes, and stool test indicated bacterial infection. Diagnosis of cholestasis is based on high direct bilirubin >20% total bilirubin, with intrahepatic type based on elevated GGT <10 times from the upper limit. The patient was treated with antibiotics and supportive treatment of bile flow stimulant and fat-soluble vitamin 
Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Anemia pada Anak Usia 6 – 59 Bulan Cahaiantari, Ni Putu Elis; Suryawan, I Wayan Bikin; Dewi, Made Ratna
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Vol 14 No 2 (2024): Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal: April 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32583/pskm.v14i2.1914

Abstract

Anemia defisiensi besi berpotensi menghambat pertumbuhan kognitif, motorik, sensorik, dan sosial anak. Jika tidak ditangani secara tepat, dampaknya dapat menjadi permanen. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada anak usia 6-59 bulan. Desain penelitian ini adalah observasional analitik dengan metode cross-sectional. Pengambilan sampel melalui metode consecutive sampling. Terdapat 40 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dari penelitian ini. Instrumen dari penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari buku register dan rekam medis pasien. Analisa data penelitian menggunakan uji Chi Square dengan hasil signifikan apabila nilai p kurang dari 0,05. Terdapat hasil signifikan pada hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada anak berusia 6-59 bulan dengan nilai p 0,027. Kesimpulan yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadian anemia pada anak usia 6-59 bulan di RSUD Wangaya Kota Denpasar pada tahun 2022.
Pengaruh Status Gizi terhadap Nilai CD4 pada Anak dengan Sindrom Imunodefisiensi Akuisita di Rumah Sakit Wangaya Kota Denpasar Paramerta, Ni Putu Gladys Arys; Suryawan, I Wayan Bikin; Dewi, Made Ratna
Sari Pediatri Vol 26, No 2 (2024)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp26.2.2024.80-4

Abstract

Latar belakang. Human immunodeficiency virus / Acquired Immune Deficiency Syndrome pada anak merupakan masalah kesehatan global yang serius. Penurunan sistem imun yang diukur melalui nilai CD4 seringkali diperparah oleh status gizi yang buruk, yang dapat memengaruhi perkembangan penyakit dan kualitas hidup pasien. Studi tentang hubungan antara status gizi dan nilai CD4 pada anak dengan HIV/AIDS masih terbatas.Tujuan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan nilai CD4 pada pasien anak dengan Sindrom Imunodefisiensi Akuisita.Metode. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian analitik observasional dengan penegakan potong lintang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2023 – Juni 2023.Hasil. Sebanyak 36 pasien anak dengan Sindrom Imunodefisiensi Akuisita dilibatkan dalam penelitian ini. Berdasarkan analisis deskriptif, rerata usia pasien sebesar 9,25±2,99 tahun. Selain itu, sebagian besar pasien merupakan perempuan, yakni sebanyak 19 pasien (52,8%) sedangkan untuk pasien laki-laki sebanyak17 pasien (47,2%). Sebagian besar pasien memiliki nilai CD4 normal, yakni sebesar 27 pasien (75,0%), sedangkan pasien yang memiliki nilai CD4 rendah, yakni sebesar 9 pasien (25,0%). Hasil analisis Chi-square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan nilai CD4 pada pasien anak dengan Sindrom Imunodefisiensi Akuisita (p=0,079; two-tailed).Kesimpulan. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan nilai CD4 pada pasien anak dengan Sindrom Imunodefisiensi Akuisita
Stunting pada Anak dengan Tuberkulosis Paru dan Anemia Defisiensi Besi: Laporan Kasus Putri, Asterisa Retno; Arumndari, Runi; Liman, Claudia Natasha; Dewi, Made Ratna
Cermin Dunia Kedokteran Vol 52 No 3 (2025): Oftalmologi dan Dermatologi
Publisher : PT Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55175/cdk.v52i3.1111

Abstract

Background: Stunting is defined as low height-for-age caused by chronic or recurrent undernutrition. Undernutrition is the leading risk factor for tuberculosis (TB) globally. It is usually associated with poverty, poor maternal health and nutrition, frequent illness and/or inappropriate feeding and care in early life. Stunting prevents children from reaching their physical and cognitive potential, so appropriate management is needed. Case: weight for age but severely stunted and suggestive TB. Blood study result showed anemia with Mentzer index >13. Bone age showed the age of A 4 year-old girl was referred with breathing difficulty since 2 weeks accompanied with decreased appetite and weight. She was in normal 3 years and below chronological age. Management was focused on TB, nutritional, and anemia treatment. Conclusion: Nutritional assessment should be integrated into standard TB care and also simultaneously treat iron deficiency anemia.