Tuberculosis masih menjadi masalah utama kesehatan dengan tingkat morbiditas tinggi dan menjadi penyebab banyak kematian setiap tahunnya. Dari seluruh kasus tuberculosis baru setiap tahun, 11% terjadi pada anak-anak. Di Indonesia, data menunjukkan bahwa pada tahun 2019 terdapat 1263 anak dibawah 5 tahun yang meninggal karena tuberculosis. Berbagai upaya terus dilakukan pemerintah untuk meningkatkan cakupan vaksinasi BCG di Indonesia. Namun data menunjukkan masih banyak provinsi di Indonesia yang memiliki cakupan vaksinasi BCG rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari determinan pemberian vaksinasi BCG pada balita di Indonesia. Penelitian analitik obeservasional dengan pendekatan cross-sectional ini dilakukan terhadap 6829 responden yang telah diwawancara dalam SDKI 2018, dan dianalisis dengan menggunakan metode kompleks survey. Hasil analisis multivariat diperoleh variabel jumlah anak (aOR=1,50; p=0,001), keinginan kelahiran (aOR=0,57 dan p=0,002), jaminan kesehatan (aOR=1,33; p=0,001), jaminan kesehatan (aOR=1,14; p=0,002), realitas jumlah anak (aOR=1,37; p=0,002), pengambilan keputusan (aOR=1,56; p=0,005), penggunaan internet (aOR=1,50; p=0,001), dan tempat tinggal (aOR=1,45; p=0,001) merupakan faktor yang berhubungan dengan pemberian vaksinasi BCG. Faktor yang paling mendominasi ibu yang tidak mempunyai andil dalam pengambilan keputusan. Walaupun cakupan vaksinasi BCG di Indonesia sudah cukup baik, namun masih terdapat balita yang belum mendapatkan vaksinasi BCG. Untuk itu, berbagai intervensi edukasi akan pentingnya imunisasi untuk mencegah penyakit yang lebih optimal, serta pemberian informasi terkait keamanan dan kehalalan vaksin perlu ditingkatkan.