The focus of this study is to examine how Batak Angkola Muslim women, particularly mothers, implement the 3H philosophy—Hamoraon (wealth), Hagabeon (lineage), and Hasangapon (honor)—in shaping strong and dignified family character. These three cultural values have long been the foundation of the Batak Angkola community. However, amid modernization and socio-economic challenges, their application needs contextual adjustment. This study aims to explore the strategic role of mothers in passing down and applying the 3H philosophy in shaping children's character, as well as to identify the challenges they face and the strategies they use. This study employed a qualitative method with a phenomenological approach to understand participants' lived experiences. Data were gathered through observation, in-depth interviews, and documentation, involving housewives and community leaders in the Angkola region, South Tapanuli. Findings show that mothers play a key role in instilling the 3H values through daily parenting and support for education. Despite limited resources, Angkola mothers show resilience and strong commitment to their children's success, especially in formal education. The integration of Islamic values with local culture strengthens mothers’ roles in character building. Academically, this study highlights how maternal roles help preserve cultural-religious values in indigenous Muslim communities. It also enriches the field of character education by offering a culturally rooted model of value transmission that combines local wisdom and Islamic ethics. This can serve as a reference for culturally responsive education policies and gender-inclusive family studies. Fokus dari penelitian ini adalah untuk mengkaji bagaimana perempuan Muslim Batak Angkola, khususnya para ibu, mengimplementasikan filosofi 3H—Hamoraon (kekayaan), Hagabeon (keturunan), dan Hasangapon (kehormatan)—dalam membentuk karakter keluarga yang kuat dan bermartabat. Ketiga nilai budaya ini telah lama menjadi landasan hidup masyarakat Batak Angkola. Namun, di tengah arus modernisasi dan tantangan sosial-ekonomi, relevansi dan penerapannya memerlukan adaptasi yang kontekstual. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran strategis ibu dalam mentransmisikan dan mengaktualisasikan filosofi 3H dalam pengembangan karakter anak, sekaligus mengidentifikasi tantangan yang mereka hadapi serta strategi yang digunakan. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologis guna memahami pengalaman hidup para partisipan. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi terhadap ibu rumah tangga dan tokoh masyarakat di wilayah Angkola, Tapanuli Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para ibu memainkan peran sentral dalam menanamkan nilai-nilai Hamoraon, Hagabeon, dan Hasangapon melalui praktik pengasuhan sehari-hari dan dukungan terhadap pendidikan anak. Meskipun menghadapi keterbatasan ekonomi dan pendidikan, ibu-ibu di Angkola menunjukkan ketangguhan dan komitmen yang kuat terhadap keberhasilan anak-anak mereka, terutama melalui jalur pendidikan formal. Integrasi nilai Islam dengan filosofi budaya lokal memperkuat peran ibu dalam pembentukan karakter. Secara akademik, studi ini menyoroti peran ibu dalam menjaga nilai budaya-agama di komunitas Muslim adat. Selain itu, penelitian ini memperkaya kajian pendidikan karakter dengan menawarkan model transmisi nilai berbasis budaya yang menggabungkan kearifan lokal dan etika Islam. Temuan ini dapat menjadi referensi bagi kebijakan pendidikan yang responsif terhadap budaya serta studi keluarga yang inklusif gender.