Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PENDAMPINGAN ANAK KORBAN PERUNDUNGAN PERSPEKTIF TAFSIR Al-QUR’AN SURAT AL-HUJURAT AYAT 11 DAN HAK ASASI MANUSIA Haris, Ahmad Faishal; Cholil, Mufidah; Isroqunnajah, Isroqunnajah
JURNAL AL-IJTIMAIYYAH Vol 7, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/al-ijtimaiyyah.v7i2.10766

Abstract

Abstract: This article is related to guaranteeing the rights of every child from rampant bullying cases that occur in society. Children are very difficult to speak out against what they receive, because they are limited in terms of knowledge of the law and moreover they are in the grip of adults. Children who are victims of acts of violence will become perpetrators of violence themselves when they are adults if they are not accompanied or handled optimally. Although prohibition of bullying or violence has been explained and affirmed in the Qur'an or Human Rights Act, in reality there are still many cases of Peru or violence. This article aims as additional knowledge for the community to provide more assistance to children and can avoid bullying. In Surah Al-Hujurat verse 11, it is clearly explained that Allah Swt expressly forbids his actions to do wrong to others by criticizing or obliging his dignity. Human rights analysis Bullying against children is a disgraceful act that can eliminate a person's rights, because in Article 28b paragraph (2) of the 1945 Constitution, it is emphasized that every child has the right to live, grow and develop and is entitled to protection from violence and discrimination.Keywords:  Accompaniment; Child Victim of Bullying; Interpretation; Human Rights.Abstrak: Artikel ini mendiskusikan terkait dengan jaminan atas hak-hak setiap anak dari maraknya kasus perundungan yang terjadi di masyarakat. Anak-anak sangat susah untuk bersuara menggugat apa yang mereka terima, hal tersebut dikarenakan mereka terbatas dalam hal pengetahuan terhadap hukum dan mereka berada dalam cengkraman orang dewasa. Anak yang menjadi korban tindak kekerasan akan menjadi pelaku kekerasan itu sendiri ketika sudah dewasa jika tanpa ada pendampingan atau penanganan secara maksimal. Meski larangan perundungan atau kekerasan telah banyak dijelaskan dan ditegaskan dalam Al-Qur’an ataupun dalam Undang-Undang Hak Asasi Manusia, namun dalam realitanya kasus perundungan atau kekerasan masih banyak terjadi. Artikel ini bertujuan sebagai tambahan pengetahuan bagi masyarakat agar memberikan pendampingan lebih kepada anak dan bisa menghindari sikap perundungan kepada anak. Pada surat Al-Hujurat ayat 11 dengan tegas dijelaskan bahwa Allah Swt secara tegas melarang makhluknya untuk berbuat dzolim kepada yang lain dengan mencela maupun merendahkan harkat dan martabatnya. Berdasarkan analisis HAM perundungan terhadap anak merupakan perbuatan tercela yang dapat menghilangkan hak-hak seseorang, karena dalam pasal 28b ayat (2) UUD 1945, ditegaskan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang dan berhak atas perlindungan dari kekerasan maupun diskriminasi.Kata Kunci: Pendampingan; Anak Korban Perundungan; Tafsir; Hak Asasi Manusia.
TINDAKAN PREVENTIF WABAH COVID-19 BERDASARKAN IMPLEMENTASI PRINSIP MORAL DALAM AJARAN AGAMA ISLAM: STUDI TENTANG PEMIKIRAN ZAKARIYA AL-ANSARI Rahman, Izzal Afifir; Cholil, Mufidah; Isroqunnajah, Isroqunnajah
Sebatik Vol. 28 No. 1 (2024): June 2024
Publisher : STMIK Widya Cipta Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46984/sebatik.v28i1.2226

Abstract

Agama Islam mengajarkan manusia untuk realisasi diri terhadap kehadiran Tuhan yang disertai konsep pengalaman empiris, berupa tindakan sosial dan ritual yang di implementasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip ini merupakan panduan menjalani hidup yang baik di dunia bagi manusia menurut sistem Tuhan, dan sebagai bentuk manifestasi terpilihnya manusia sebagai khalīfah bumi sehingga, menjadi tanggung jawab manusia untuk melindungi bumi dari segala kerusakan, dan kekacauan, sehingga diharapkan manusia dapat menjalai hidup dengan aman, tenang, dan terhindar dari segala mara bahaya dan penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan prinsip moral Islam dalam menghadapi wabah COVID-19 berdasarkan diskusi klasik tentang wabah dalam Islam yakni ṭā‘ūn menurut pemikiran Zakariyā al-‘Anṣārī dalam kitab Tuḥfah al-Rāgibīn Fī Bayāni ‘Amru al-Ṭawā‘īn dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, dan jenis penelitian kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep wabah yang diajarkan dalam Islam berdasarkan pemikiran Zakariyā al-‘Anṣārī dalam kitab Tuḥfah al-Rāgibīn Fī Bayāni ‘Amru al-Ṭawā‘īn yang secara garis besar di latar belakangi oleh prinsip menjaga diri (ḥifẓ al-nafs) dalam ajaran Islam, memiliki keterkaitan yang sama dengan sains, dan justru cenderung saling melengkapi, ini menjadi bukti bahwa tidak ada dikotomi antara keduanya. Dengan demikian ideologi ajaran Islam tentang wabah yang menunjukkan tata acara atau perilaku dalam menghadapi wabah tidak bertentangan dengan sains atau kajian ilmiah. Fakta ini menjadi nilai moral sendiri bagi muslim bahwa ajaran Islam adalah agama yang valid, dan hanya mengajarkan kebenaran untuk kebaikan keberlangsungan kehidupan manusia.
KESALAHPAHAMAN TERHADAP PEMAKNAAN SURAH AL AHZAB AYAT 59: MAKNA JILBAB DAN TUJUAN PERLINDUNGAN Maulida, Rizky; Huda, Ahmad Nawirul; Adyaksa, Adyaksa; Cholil, Mufidah
Ar-Risalah Media Keislaman Pendidikan dan Hukum Islam Vol 23 No 1 (2025): (April 2025)
Publisher : LPPM IAI IBRAHIMY GENTENG BANYUWANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69552/ar-risalah.v23i1.2930

Abstract

This study aims to examine the meaning and purpose of the command to wear hijab in Surah Al-Ahzab verse 59, focusing on the function of hijab as a form of protection and identity for Muslim women. This research is a library research with a qualitative approach. Data was collected through an in-depth study of classical and contemporary interpretive literature, as well as relevant Islamic sources such as hadiths, scholarly works, and related scientific articles. The data analysis technique used is content analysis, which focuses on interpreting the text contextually and historically to explore the substantive meaning of the verse. To maintain the validity of the data, source triangulation is carried out, interpretation validation through comparison between interpretations, and checking the compatibility of meaning in the current social context. interpretation, increase awareness of Islamic values in dressing, and encourage the creation of just social harmony. The results of the study show that there is a narrowing of the meaning of the term hijab, which is often understood only as a head covering or a certain form of clothing, while the main message of the verse is politeness and social protection. In the current context, the hijab remains relevant as a symbol of obedience, respect, and protection from objectification. By understanding the historical and social context of this verse, this research seeks to bridge differences in interpretation, increase awareness of Islamic values in dress, and encourage the creation of just social harmony.
QIRAAH MUBADALAH: SOLUTION TO DOMESTIC VIOLENCE Muthohar, Muhammad Amin; Cholil, Mufidah; Rizki, Kamalia Fitri
istinbath Vol. 24 No. 1 (2025): June
Publisher : Universitas Islam Negeri Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20414/ijhi.v24i1.755

Abstract

The study of domestic violence is very important to discuss because with the existence of domestic violence, various new thoughts and solutions emerge, one of which is qiraah mubadalah. This article aims to describe domestic violence, the involvement of power in domestic violence, and qiraah mubadalah as a solution to domestic violence. This research is in the form of library science research or literature using qualitative methods. The results of this study are: Domestic violence can be defined as domestic violence can be defined as an act against a person, especially a woman, which causes physical, sexual, psychological, and/or domestic neglect. It also includes threats to commit such acts, coercion, or unlawful deprivation of liberty within the scope of the household. The dominance of power is also very influential in domestic violence because, with the power held by someone, other people in the social strata will submit to the owner of the power. Qiraah mubadalah can be a solution when domestic violence cases occur through the principles of mitsaqan ghalidzo, hunna libasun lakum wa antum libasun lahunna, muasyarah bil maruf, tasyawurin, and Taradhim min huma.
PENDAMPINGAN ANAK KORBAN PERUNDUNGAN PERSPEKTIF TAFSIR Al-QUR’AN SURAT AL-HUJURAT AYAT 11 DAN HAK ASASI MANUSIA Haris, Ahmad Faishal; Cholil, Mufidah; Isroqunnajah, Isroqunnajah
JURNAL AL-IJTIMAIYYAH Vol. 7 No. 2 (2021)
Publisher : Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/al-ijtimaiyyah.v7i2.10766

Abstract

Abstract: This article is related to guaranteeing the rights of every child from rampant bullying cases that occur in society. Children are very difficult to speak out against what they receive, because they are limited in terms of knowledge of the law and moreover they are in the grip of adults. Children who are victims of acts of violence will become perpetrators of violence themselves when they are adults if they are not accompanied or handled optimally. Although prohibition of bullying or violence has been explained and affirmed in the Qur'an or Human Rights Act, in reality there are still many cases of Peru or violence. This article aims as additional knowledge for the community to provide more assistance to children and can avoid bullying. In Surah Al-Hujurat verse 11, it is clearly explained that Allah Swt expressly forbids his actions to do wrong to others by criticizing or obliging his dignity. Human rights analysis Bullying against children is a disgraceful act that can eliminate a person's rights, because in Article 28b paragraph (2) of the 1945 Constitution, it is emphasized that every child has the right to live, grow and develop and is entitled to protection from violence and discrimination.Keywords:  Accompaniment; Child Victim of Bullying; Interpretation; Human Rights.Abstrak: Artikel ini mendiskusikan terkait dengan jaminan atas hak-hak setiap anak dari maraknya kasus perundungan yang terjadi di masyarakat. Anak-anak sangat susah untuk bersuara menggugat apa yang mereka terima, hal tersebut dikarenakan mereka terbatas dalam hal pengetahuan terhadap hukum dan mereka berada dalam cengkraman orang dewasa. Anak yang menjadi korban tindak kekerasan akan menjadi pelaku kekerasan itu sendiri ketika sudah dewasa jika tanpa ada pendampingan atau penanganan secara maksimal. Meski larangan perundungan atau kekerasan telah banyak dijelaskan dan ditegaskan dalam Al-Qur’an ataupun dalam Undang-Undang Hak Asasi Manusia, namun dalam realitanya kasus perundungan atau kekerasan masih banyak terjadi. Artikel ini bertujuan sebagai tambahan pengetahuan bagi masyarakat agar memberikan pendampingan lebih kepada anak dan bisa menghindari sikap perundungan kepada anak. Pada surat Al-Hujurat ayat 11 dengan tegas dijelaskan bahwa Allah Swt secara tegas melarang makhluknya untuk berbuat dzolim kepada yang lain dengan mencela maupun merendahkan harkat dan martabatnya. Berdasarkan analisis HAM perundungan terhadap anak merupakan perbuatan tercela yang dapat menghilangkan hak-hak seseorang, karena dalam pasal 28b ayat (2) UUD 1945, ditegaskan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang dan berhak atas perlindungan dari kekerasan maupun diskriminasi.Kata Kunci: Pendampingan; Anak Korban Perundungan; Tafsir; Hak Asasi Manusia.
Pendekatan Sadd Al-Dzari’ah Dalam Pencegahan Perkawinan Anak: Studi Kasus di Kabupaten Probolinggo: The Sadd Al-Dzari’ah Approach in Preventing Child Marriage: A Case Study in Probolinggo Regency Nugroho, Irzak Yuliardy; Cholil, Mufidah; Suwandi, Suwandi; Rouf, Abd
LITIGASI Vol. 26 No. 1 (2025)
Publisher : Faculty of Law, Universitas Pasundan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23969/litigasi.v26i1.19478

Abstract

Child marriage remains a significant legal and social issue in Indonesia, particularly in Probolinggo, which has one of the highest child marriage rates in East Java. This phenomenon negatively affects children in terms of education, health, economy, and social well-being. This study analyzes child marriage prevention using the Sadd al-Dzari’ah approach, which aims to prevent actions leading to harm. Employing an empirical juridical method with a qualitative approach, data were gathered through interviews, observations, and legal document analysis. The findings reveal that preventing child marriage is not only permissible but also recommended in Islamic law. The Sadd al-Dzari’ah approach is applied through three key elements: al-ifda (the negative impacts of child marriage), al-wasilah (preventive measures such as education and legal enforcement), and al-mutawasal ilaih (the ultimate goal of protecting children’s rights and well-being based on Maqasid Shariah). The study also highlights challenges in implementation, such as legal loopholes in marriage dispensation, socio-cultural norms, and economic factors that continue to drive child marriages. Strengthening policies, increasing public awareness, and integrating Islamic jurisprudence with national law are essential in effectively reducing child marriage rates.