Ngadat Ngadat
Unknown Affiliation

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

ANALISIS CARA KERJA PINTU INDERA (DVARA) SEBAGAI USAHA MELATIH KESEIMBANGAN BATIN (UPEKKHA) DAN PERBUATAN BENAR MASYARAKAT KECAMATAN KALORAN KABUPATEN TEMANGGUNG Ngadat
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol. 5 No. 1 (2019): JURNAL AGAMA BUDDHA DAN ILMU PENGETAHUAN
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53565/abip.v2i1.26

Abstract

Panca dvara merupakan alat penerima objek yang ada pada diri manusia. Panca dvara memiliki peran yang sangat penting. Tetapi kadang karena berbagai kondisi orang mengabaikan proses bekerjanya panca dvara. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis cara kerja panca dvara sebagai usaha melatih keseimbangan batin (upekkha). Selain itu penelitian ini bertujuan untuk menguraikan cara kerja panca dvara sebagai usaha untuk memiliki perbuatan benar.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif lapangan. Pengumpulan data peneliti lakukan dengan melakukan wawancara secara mendalam kepada informan. Informan dalam penelitian ini adalah ahli agama Buddha dan masyarakat umat buddha. Sedangkan untuk tempat penelitian dilakukan di kecamatan kaloran Kabupaten Temanggung Jawa Tengah.Hasil dari penelitian Mengkondisikan Panca dvara dalam hal yang positif akan berdampak pada hal yang positif dengan cara selalu mengontrol dan menyadari objek yang diterima oleh pintu indra. Pengedalian prilaku dalam kehidupan bermasyarakat. Kewaspadaan dan kesabaran dalam menjaga objek terima indra. Pelatihan sila untuk meningkatkan moralitas yang baik. Sedangkan pintu indera (dvara) sebagai usaha memiliki perbuatan Benar adalah senantiasa mengkondisikan panca indra menerima objek kemudaian dapat menilai dengan apa adanya. Batin dalam kondisi tersebut merupakan batin yang seimbang dan telah melakukan perbuatan benar yaitu tidak melakukan pembunuhan, pencurian dan tindakan asusila dengan berlatih untuk melakukan meditasi. Menekan sifaf-sifat kebencian (Dosa), keserakahan (lobha), dan kebodohan batin (moha) Kewaspadaan yang terjaga dengan sempurna pada setiap dvara Kata kunci: panca indra, keseimbangan batin, perbuatan benar
POTRET PELAKSANAAN MEDITASI DAN DAMPAKNYA PADA PERUBAHAN PERILAKU MASYARAKAT VIHARA KARANGDJATI KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA Andi Tri Wijaya; Ngadat; Urip Widodo
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol. 5 No. 1 (2019): JURNAL AGAMA BUDDHA DAN ILMU PENGETAHUAN
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53565/abip.v2i1.32

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan bagaimana potret atau gambaran dari pelaksanaan meditasi di Vihara Karangdjati Kabupaten Sleman Yogyakarta dan dampaknya pada perubahan perilaku masyarakat Vihara Karangdjati Kabupaten Sleman Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif yang mampu memberikan gambaran realitas sosial sebagaimana adanya dan relatif utuh. Peneliti melakukan rangkaian kegiatan untuk memperoleh data berupa kata–kata, gambar, dan bukan angka-angka yang bersifat apa adanya tanpa ada perubahan dalam kondisi tertentu yang hasilnya lebih menekankan makna. Peneliti menggunakan metode penelitian deskripsi kualitatif untuk mengeksplor fenomena proses pembentukan maupun perubahan karakter peserta dalam mengikuti pelatihan meditasi. Hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa meditasi menjadi salah satu kegiatan rutin di Vihara Karangdjati yang diikuti masyarakat secara umum. Dampak pada perubahan masyarakat Vihara Karangdjati selain adanya penambahan jumlah umat Buddha secara spiritual, terdapat perubahan cara dan sikap hidup yang lebih baik yang ditunjukan dengan ekspresi gaya hidup yang lebih terbuka dalam menerima setiap fenomena yang terjadi.
PERAN PEMUKA AGAMA DALAM MEMBANGUN TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DI DESA SAMPETAN KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI Jaka Sulistyana; Sukarti; Ngadat
Jurnal Pendidikan, Sains Sosial, dan Agama Vol. 5 No. 1 (2019): Jurnal Pendidikan, Sains Sosial, dan Agama
Publisher : STABN RADEN WIJAYA WONOGIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (7359.391 KB) | DOI: 10.53565/pssa.v5i1.46

Abstract

Penelitian tentang Peran Pemuka Agama dalam Membangun Toleransi Antar Umat Beragama di Desa Sampetan kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali dilatar belakangi oleh keunikan wilayah Desa Sampetan sebagai salah satu desa di Boyolali yang komplit terdapat lima penganut agama. Selain itu banyak kegiatan kebersamaan dalam keagamaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pemuka Agama dalam membangun toleransi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan mengunakan pendekatan Kualitatif. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Subyek penelitian ini adalah Tokoh Lintas Agama di Desa. Data penelitian ini dianalisis dengan teknik analisis model interaktif, terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penerikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1)Peran para pemuka Agama sangatlah utama untuk mengkondisikan umat beragama bisa rukun: (2) Peran Pemuka agama sebagai pengendali sekaligus pengkoordinasikan untuk kerjasama dan menularkan konsep kedewasaan beragama. Berdasarkan hasil penelitian dan analisia data, maka dapat disimpulkan bahwa: Para pemuka agama sebagai salah satu faktor yang terlibat untuk mengkondisikan keterbiban dan kerukunan hidup bersama dalam perbedaan.
PERANAN MEDIA VISUAL GAMBAR DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI GEMBONGAN 04 KECAMATAN PONGGOK KABUPATEN BLITAR JAWA TIMUR Budhi Irawan; Mujiyanto; Ngadat
Jurnal Pendidikan, Sains Sosial, dan Agama Vol. 4 No. 2 (2018): Jurnal Pendidikan, Sains Sosial, dan Agama
Publisher : STABN RADEN WIJAYA WONOGIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (184.273 KB) | DOI: 10.53565/pssa.v4i2.102

Abstract

Proses belajar mengajar mata pelajaran pendidikan agama Buddha Sekolah Dasar NegeriGembongan 04 kelas III dalam penggunaan media visual gambar belum optimal. Selain itu, gurudalam proses belajar mengajar hanya menggunakan metode ceramah. Akibatnya, proses belajarmengajar hanya terjadi satu arah, siswa menjadi kurang aktif, dan hasil belajar siswa menjadikurang maksimal. Hal ini yang melatar belakangi penulis untuk melakukan penelitian dengantujuan bahwa dengan peranan media visual gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan di Sekolah DasarNegeri Gembongan 04 Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar Jawa Timur. Kelas penelitian yangdigunakan adalah kelas III. Penelitian ini terdiri dari dua siklus pembelajaran, setiap siklus terdiridari dua kali pertemuan. Selain itu juga untuk mengontrol kegiatan pembelajaran digunakanbeberapa instrumen, yaitu lembar observasi, pedoman wawancara, dan soal tes. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri Gembongan 04 KecamatanPonggok Kabupaten Blitar Jawa Timur sudah mengalami peningkatan dengan menggunakanperanan media visual gambar. Peningkatan ketuntasan hasil belajar dari Siklus I sebesar 43%.Selanjutnya pada Siklus II terjadi peningkatan 100%. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatansebesar 57%. Selain hasil belajar yang meningkat, pada proses belajar mengajar siswa menunjukkankeaktifan, siswa tampak lebih senang dan antusias.
RELEVANSI KEPERCAYAAN JAWA DAN AJARAN BUDDHA DI DESA KEMIRI KECAMATAN KALORAN KABUPATEN TEMANGGUNG JAWA TENGAH Ngadat Ngadat
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol. 5 No. 2 (2019): JURNAL AGAMA BUDDHA DAN ILMU PENGETAHUAN
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53565/abip.v2i2.61

Abstract

Ajaran Kejawen bagi masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi.Sebagian masyarakat Indonesia masih melestarikan ajaran kejawen. Ajaran kejawen pada masa sekarang dilakukan oleh masyarakat yang usianya sudah tua atau tergolong tua. Sedangkan untuk generasi muda kurang memahami tentang ajaran jawa. Kondisi tersebut terjadi di masyarakat umat Buddha Desa Kemiri Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung Jawa Tengah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif lapangan. Pengumpulan data peneliti lakukan dengan melakukan wawancara secara mendalam kepada informan. Informan dalam penelitian ini tokoh umat masyarakat, dan para pelaku ajaran kejawen. Pemahaman dan penghayatan kepercayaan orang Jawa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Ajaran Kejawen merupakan ajaran kebatinan yang memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan budaya lain. Diikuti dengan laku prihatin, laku prihatin ini dapat dilakukan dengan puasa yang ditentukan dengan penanggalan jawa. Laku prihatin bertujuan untuk mendorong dan mengarahkan perilaku seseorang agar selalu bersikap positif dan menjauhi hal-hal yang bersifat negatif dan tidak bijaksana, demi tercapainya tujuan hidup. Keseimbangan dan keharmonisan hidup yaitu dengan tanggung jawab moralitas kepada Tuhan. Nilai yang berkaitan antara ajaran jawa dan ajaran Buddha terletak pada ajaran yang mengupas tentang batin. Penguasaan batin yang berkualitas baik adalah dengan cara melakuka pelatihan kemoralan. Pelatihan kemoralan yang baik akan mengantar seseorang untuk mendapatkan pengetahuan benar tenang kehidupan.
PERAN ORANG TUA DALAM MEMBENTUK PERILAKU KEAGAMAAN REMAJA PADA MASYARAKAT BUDDHIS DI DUSUN SODONG DESA GELANGKULON KECAMATAN SAMPUNG KABUPATEN PONOROGO Fitria Johanitasari; Agus Subandi; Ngadat *
Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan Vol. 23 No. 2 (2023): Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
Publisher : Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32795/ds.v23i2.4843

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran orang tua dalam membentuk perilaku keagamaan remaja pada keluarga Buddhis. Orang tua memiliki peranan dalam mendidik dan membentuk perilaku keagamaan remaja, sehingga remaja memiliki perilaku yang baik yang didasari oleh niali-nilai ajaran Buddha. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Keabsahan data menggunakan triangulasi data. Hasil penelitian yaitu orang tua dalam membentuk perilaku keagamaan remaja memiliki peran sebagai pendidik, yaitu menanamkan dan menerapkan nilai-nilai Pancasila Buddhis, mengingatkan remaja Buddhis untuk ikut sekolah Minggu dan menganjurkan remaja untuk aktif dalam kegiatan keagamaan. Selain itu, orang tua berperan sebagai pengawas, yaitu orang tua mengawasi setiap perilaku dan lingkungan pergaulan remaja seperti melarang remaja untuk berkumpul dengan teman yang memiliki tabiat buruk seperti minum-minuman memabukkan, tawuran serta mengkonsumsi obat terlarang.
EKSISTENSI PENYULUH AGAMA BUDDHA DALAM MEMPERTAHANKAN KEYAKINAN UMAT BUDDHA DI VIHARA MAITRI RATNA DUSUN BEDUG DESA GEDONGREJO KECAMATAN GIRIWOYO KABUPATEN WONOGIRI JAWA TENGAH Suharno; Hariyanto; Ngadat
NIVEDANA : Jurnal Komunikasi dan Bahasa Vol. 1 No. 1 (2020): Nivedana : Jurnal Komunikasi & Bahasa
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53565/nivedana.v1i1.143

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan eksistensi penyuluh agama Buddha dalam mempertahankan keyakinan umat di Vihara Maitri Ratna Dusun Bedug, Desa Gedongrejo, Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri. Objek penelitian adalah penyuluh Agama Buddha Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data berasal dari wawancara dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah model interaktif yang mengklasifikasikan analisis data dalam tiga langkah yaitu reduksi, penyajian, dan penarikan simpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa eksistensi penyuluh agama Buddha sangat dibutuhkan oleh masyarakat Buddha. Eksistensi penyuluh sebagai penggerak umat atau motivasi dalam mempertahankan keyakinan ajaran Buddha Dhamma. Seorang penyuluh memiliki tiga komponen penting dalam fungsi dan perannya sebagai seorang penyuluh, yaitu menggerakkan, mengarahkan, dan menopang tingkah laku manusia. Kompetensi penyuluh agama Buddha sangat membantu dalam pengetahuan dan wawasan umat Buddha.
PERAN PENYULUH AGAMA BUDDHA DALAM PERUBAHAN PERILAKU MASYARAKAT UMAT BUDDHA DI DESA JATIMULYO KABUPATEN KULON PROGO Ngadat
DHARMASMRTI: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan Vol 25 No 1 (2025): Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
Publisher : Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32795/ds.v25i1.7520

Abstract

Penyuluh agama Buddha di Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo D.I.Y memiliki peran strategis dalam membentuk dan mengubah perilaku masyarakat umat Buddha sesuai dengan nilai-nilai agama Buddha dan norma sosial yang berlaku sesuai dengan kearifan lokal wilayah tersebut. Artikel peran penyuluh agama Buddha sebagai agen perubahan perilaku masyarakat umat Buddha membahas mengenai fungsi penyuluh agama Buddha sebagai agen perubahan perilaku masyarakat, strategi yang digunakan, tantangan yang dihadapi, serta dampaknya terhadap masyarakat. Melalui pendekatan edukatif dan partisipatif, penyuluh agama mampu mengarahkan masyarakat menuju kehidupan yang lebih harmonis, toleran, dan bermartabat. Artikel ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi akademisi dan praktisi yang berkaitan dengan studi penyuluhan agama Buddha.
Makna Tradisi Manisan Masyarakat Umat Buddha di Dusun Legok Desa Mandiraja Wetan Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara Tugiman; Ngadat
PATISAMBHIDA : Jurnal Pemikiran Buddha dan Filsafat Agama Vol. 3 No. 1 (2022): PATISAMBHIDA - Jurnal Pemikiran Buddha dan Filsafat Agama
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya Wonogiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53565/patisambhida.v3i1.789

Abstract

Tradisi manisan merupakan salah satu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Desa Mandiraja Wetan. Tradisi ini dilakukan secara turun temurun dari nenek moyang sebagai bentuk penghormatan pada leluhur yang dilakukan di Makam Keputihan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahu alasan mendasar mengapat tradisi manisan masih lestari sampai saat. Selain itu penelitian ini akan menguraikan proses bagaimana tradisi dilaksanakan oleh masyarakat umat Buddha di Desa Mandiraja Wetan Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatatif deskriptif. Cara pengumpulan data melalui wawancara, dokumentasi dan observasi. Data yang sudah diperoleh peneliti akan dinalisis dan disimpulkan. Hasil dari penelitian ini adalah tradisi manisan dilakukan oleh masyarakat umat Buddha di Desa Mandiraja Wetan karena dapat memberikan kesejahteraan dan kemakmuran. Tradisi dilakukan dengan cara memberikan sesaji yang diberikan di makan keputihan yang dilakukan bersama juri kunci makan kemudian diberi doa dan dibacakan paritta suci. Implikasi tradisi manisan bagi masyrakat umat buddha di Desa Mandiraja Wetan diterimannya kalangan masyarakat dari berbagai golongan muda dan tua. Hal tersebut dikarenakan faktor utama yang paling penting dalam membuktikan suatu ajaran adalah dengan penyelidikan atau investigasi berdasarkan Pandangan Benar (sammaditthi). Menurut Buddha, investigasi kebenaran (dhammawicaya) atau membuka pandangan merupakan dasar bagi pencerahan dan kebahagiaan sejati. Tanpa ada keinginan untuk membuka diri dan berusaha untuk membebaskan pandangan dari ketidaktahuan, seseorang pasti diliputi ketidakbahagiaan.
Makna Simbolik Tumpeng Dalam Selamatan dan Nilai-Nilai Ajaran Buddha Pada Masyarakat Umat Buddha di Kulon Progo Ngadat
PATISAMBHIDA : Jurnal Pemikiran Buddha dan Filsafat Agama Vol. 4 No. 1 (2023): PATISAMBHIDA - Jurnal Pemikiran Buddha dan Filsafat Agama
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya Wonogiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53565/patisambhida.v4i1.873

Abstract

Masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Jawa sampai saat ini masih memegang dan nguri-uri budaya leluhur. Salah satu budaya leluhur yang masih dilestarikan adalah penggunaan tumpeng dalam setiap selamatan yang dilakukan oleh masyarakat khususnya umat Buddha di Kabupaten Kulon Progo. Budaya jawa dan ajaran agama Buddha memiliki merupakan budaya yang berbeda tetapi dalam praktik dalam masyarakat budaya dan agama Buddha dapat berjalan secara berdampingan. Perbedaan dari dua budaya tersebut saling berakulturasi satu dengan lainnya perbedaan budaya dan ajaran agama Buddha. Hal tersebut menjadi dasar dalam penelitian mengapa budaya penggunaan tumpeng dalam selamatan masih dilakukan oleh masyarakat jawa khususnya umat Buddha di Kabupaten Kulon Progo khu, Bagaimana proses selamatan dengan menggunakan tumpeng, serta nilai-nilai tumpeng dalam ajaran agama Buddha dalam masyarakat umat Buddha di Kabupaten Kulon Progo. Tujuan penelitian adalah menguraikan makna simbolik yang terkadung dalam tumpeng sehingga masih lestari, menguraikan proses pelaksanaan selamatan dengan menggunakan tumpeng, serta menjelaskan nilai-nilai tumpeng dalam ajaran Agama Buddha. Agar tujuan penelitian dapat dicapai peneliti menggunakan metode penelitian lapangan. Peneliti melakukan pengambilan data dengan tiga tahap yaitu melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara sebagai data yang akan diolah dan dianalisis dan menjadi simpulan dalam peneitian ini. Hasil dari penelitian ini adalah Budaya tumpeng sebagai simbul metu dalan sing lempeng artinya ini petunjuk bagi masyarakat yang melakukan, selain itu proses selamatan tumpengan dilakukan dengan mengkolaborasikan dengan menggunakan tradisi jawa dengan menggunakans sesepuh lingkungan masyarakat dan dengan tradisi pembacaan paritta manggala sera nilai ajaran buddha yang terkandung dalam selamatan tumpeng adalah penghormatan pada luluhur, dengan berfikir, berucap dan bertindak baik.