Fortifikasi terigu menjadi salah satu program fortifikasi wajib yang diterapkan di Indonesia sebagai bagian dari upaya menanggulangi anemia gizi besi (AGB). Hingga saat ini evaluasi efektivitas program fortifikasi tepung terigu masih jarang dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kontribusi konsumsi tepung terigu dan pangan olahannya terhadap asupan Fe, Zn, dan vitamin B9 (asam folat) menggunakan data Survei Konsumsi Makanan Indonesia (SKMI) 2014. Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian cross sectional. Jumlah subjek yang digunakan adalah 145.360 subjek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi tepung terigu penduduk Indonesia sebesar 43,17±72,78 g/kap/hari, jauh di bawah rata-rata konsumsi yang dapat memberikan dampak positif dari program fortifikasi pangan yaitu sebesar 75 g/kap/hari. Hanya 10–30% penduduk Indonesia yang mengonsumsi tepung terigu di atas 75 g/kap/hari. Konsumsi tepung terigu di atas 75 g/kap/hari berkontribusi terhadap asupan Fe sebesar 20,35±11,96% AKG, asupan Zn sebesar 57,52±32,73% AKG dan asupan asam folat sebesar 12,01±6,45% AKG. Monitoring konsumsi tepung terigu secara rutin diperlukan untuk mengevaluasi dampak fortifikasi terigu dalam penurunan defisiensi gizi mikro di Indonesia. Survey Konsumsi Makanan Indonesia (SKMI) perlu dilakukan saat ini untuk memenuhi gap sembilan tahun dari SKMI 2014 dan dilakukan secara reguler di masa mendatang agar perkembangan konsumsi terigu dan kontribusinya terhadap penanggulangan masalah AGB dapat terus dipantau dan menjadi dasar ilmiah penyempurnaan kebijakan penanggulangan masalah AGB di Indonesia melalui fortifikasi pangan.