Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PENGARUH AIR RENDAMAN GETAH PEPAYA TERHADAP KEMATIAN JENTIK AEDES AEGYPTI Rustam Aji; Sherly FSA; Rosmawati; Agus Setya Budi
Jurnal Kesehatan : Jurnal Ilmiah Multi Sciences Vol 9 No 02 (2019): JURNAL KESEHATAN: JURNAL ILMIAH MULTI SCIENCIES
Publisher : STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52395/jkjims.v9i02.158

Abstract

Pemberantasan menggunakan fogging, serbuk abate, yang memiliki efek terhadap lingkungan.Peneliti mencari solusi larvasida alami yang aman dan efektif, Jentik Aedes aegypti yang tidak terpantau akan berkembang menjadi nyamuk dewasa, bisa menyebabkan penyakit Demam Berdarah. melihat banyaknya tumbuhan pepaya yang ditanam oleh warga di pekarangan rumah. Tumbuhan pepaya mengandung zat enzim papain, efek protease papain dapat membunuh jentik Aedes aegypti.Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh air rendaman getah pepaya terhadap kematian jentik Aedes egypti. Lokasi penelitian di Kecamatan Curup Tengah. Jenis quasi eksperimental, analisis Chi-square, menghitung odds ratio, uji Chi kuadrat. Hampir seluruh (94,4%) ada 34 jentik mati dan sebagian kecil (5,5%) ada 2 jentik hidup, dari 36 jentik Aedes aegypti dalam rendaman 50 ml air rendaman getah pepaya waktu dibawah 1 menit. Hasil analisis Chi-square nilaiP value=0.04<α0.05, ada pengaruh yang signifikan antara air rendaman rendaman getah pepaya terhadap kematian jentik Aedes aegypti. Dimana Nilai p value = 0.043, mempunyai pengaruh air rendaman rendaman getah pepaya, pada odds ratio = 4,10 kali.Agar warga masyarakat berperan aktif dalam pemberantasan jentik Aedes aegypti, melalui kegiatan membiasakan menbuat rendaman rendaman getah pepaya dituang kedalam tempat penampungan air.
ANALISIS KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAMBU PETUNG TAKIKAN TIPE U JARAK 5 CM Agus Setya Budi; Wisnu Anandta Sofyan; Sunarmasto Sunarmasto
Matriks Teknik Sipil Vol 3, No 4 (2015): Desember 2015
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (369.621 KB) | DOI: 10.20961/mateksi.v3i4.37246

Abstract

Pada era globalisasi ini pertumbuhan penduduk meningkat sangat pesat seperti di Indonesia. Dengan meningkatnya jumlah penduduk maka meningkat pula kebutuhan perumahan. Pada krisis ekonomi saat ini maka dibutuhkan perumahan yang ekonomis terapi tetap aman dan nyaman. Kebutuhan penggunaan beton bertulang pun akan semakin meningkat seiring dengan semakin banyaknya permintaan pembangunan perumahan. Hal ini akan meningkatkan kebutuhan tulangan baja sebagai komponen utama struktur bangunan, sedangkan ketersediaan bahan dasar pembuatan baja (bijih besi) akan semakin terbatas karena merupakan salah satu sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, otomatis harga tulangan baja pun akan ikut meningkat karena menjadi langka untuk ditemui. Para ahli struktur dunia telah meneliti kemungkinan penggunaan bahan lain dengan memanfaatkan bambu sebagai tulangan beton. Bambu merupakan tanaman yang mampu tumbuh dimana - mana dan kapasitas produksi bambu per tahunnya cukup melimpah. Bambu dipilih sebagai tulangan alternatif beton karena merupakan produk hasil alam yang renewable, murah, mudah ditanam, pertumbuhan cepat, dapat mereduksi efek global warming serta memiliki kuat tarik sangat tinggi yang dapat dipersaingkan dengan baja. Bambu mempunyai kekuatan tarik yang cukup tinggi, antara 100 - 400 MPa, setara dengan ½ sampai ¼ dari tegangan ultimate besi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis berapa kapasitas lentur balok beton bertulangan bambu petung takikan tipe "u" dengan jarak takikan 5 cm pada lebar takikan 1 cm dan 2 cm. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan total benda uji 15 buah. Benda uji yang digunakan adalah balok beton berukuran 110 x 150 x 1700 mm. Lima buah menggunakan tulangan baja, 10 buah menggunakan tulangan bambu petung dengan dimensi 1650 x 20 x 5,2 mm menggunakan takikan tipe "U" dengan jarak takikan 5 cm pada lebar takikan 1 cm dan 2 cm. Uji lentur dilakukan pada umur 28 hari dengan metode three point loading. Ditinjau dari kapasitas lenturnya, momen hasil pengujian balok bertulangan bambu petung takikan tipe U dengan jarak takikan 5 cm lebar 10 mm setara 49.76% sedangkan balok bertulangan bambu petung takikan tipe U dengan jarak takikan 5 cm lebar 20 mm pun setara 44.42% terhadap balok dengan tulangan baja polos diameter 8 mm. Pola keruntuhan pada balok beton dengan tulangan baja maupun pada balok beton dengan tulangan bambu petung tipe "u" dengan jarak takikan 5 cm pada lebar takikan 1 cm dan 2 cm terletak antara 1/3 bentang tengah. Keruntuhan yang demikian termasuk dalam keruntuhan lentur.
PENGARUH UKURAN SPESIMEN TERHADAP HUBUNGAN TEGANGAN DAN REGANGAN PADA BETON HIGH VOLUME FLY ASH SELF COMPACTING CONCRETE Agus Setya Budi; Senot Sangadji; Fitria Rindang N. Insyiroh
Matriks Teknik Sipil Vol 6, No 1 (2018): Maret 2018
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/mateksi.v6i1.36595

Abstract

Fly ash merupakan limbah dari sisa pembakaran batu bara yang berbentuk partikel amorf yang penggunaannya di sunia konstruksi masih berkisar 10%-30%. Penggunaan fly ash dengan kadar minimal 50% sebagai pengganti semen disebut dengan High Volume Fly Ash Concrete (HVFAC). High Volume Fly Ash Self Compacting Concrete (HVFA-SCC) merupakan perpaduan antara beton yang menggunakan kadar fly ash tinggi dan dapat memadat sendiri. Benda uji yang digunakan berbentuk silinder dengan variasi diameter 5 cm, 7,5 cm, dan 11 cm dengan masing - masing variasi tinggi 10 cm, 15 cm, dan 22 cm. Rancang campur yang digunakan pada High Volume Fly Ash Self Compacting Concrete menggunakan teknologi Self-Compacting Concrete (SCC) berdasar EFNARC Specification and Guidelines for Self-Compacting Concrete, 2002. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan ukuran spesimen benda uji silinder dengan rasio perbandingan diameter dan tinggi yang tetap akan menghasilkan karakteristik yang relatif hampir sama pada umur 28 hari. Dengan kuat desak HFVA-SCC lebih rendah dibanding beton normal, dengan rata-rata penurunan sebesar 20%. Penggunaan fly ash sebagai pengganti semen meningkatkan 8,5% nilai indeks toughness dibandingkan dengan beton normal. Daktilitas beton HVFA-SCC lebih tinggi 30% dibandingkan beton normal.
Analysis of the Role of Health Education in the Prevention of Dengue Fever in Remote Areas of Puskesmas Kota Padang Rejang Lebong Regency Bengkulu Province Rustam Aji Rochmat; Abdul Kadir Hasan; Gustomo Yamistada; Wiwik Setyaningsih; Jessy Novita Sari; Sherly Ratih Frichesarius Santy Aji; Roro Ajhie Ayuningtyas; Wirawan Shakty; Agus Setya Budi
Miracle Journal Get Press Vol 2 No 1 (2025): February, 2025
Publisher : CV. Get Press Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69855/mgj.v2i1.109

Abstract

Dengue fever (DHF) is still a major public health problem in tropical areas, including Indonesia, due to high morbidity rates and environmental factors that support mosquito breeding. This study aimed to analyze the role of health education in increasing awareness and behavior of dengue prevention in communities in remote areas in the working area of Puskesmas Kota Padang, Rejang Lebong Regency, Bengkulu Province. Using a one-group pretest-posttest pre-experimental design, 90 respondents were purposively selected and assessed for changes in knowledge and behavior before and after the intervention. The intervention included health education on dengue prevention, with a focus on the 3M Plus method: drain, cover, recycle, and use larvicide. The results showed a significant increase in the proportion of respondents with good prevention behavior, increasing from 15.6% at pretest to 91.1% at posttest (p-value = 0.000). This indicates that health education significantly improved community knowledge and encouraged positive behavior change in dengue prevention. However, sustained community involvement and support from the government are required to sustain this improvement. These findings emphasize the importance of structured health education programs in reducing dengue transmission and suggest further research to explore long-term behavioral adherence and integration with public health policies